Sebaik Baik Kamu Adalah Orang Yang Mempelajari Al Quran Dan

Penjelasan:

hadis keutamaan mempelajari Al Qur’an

artinya

dari abi Umamah r.a berkata aku “mendengar Rasulullah Saw berfirman: ”Bacalah Ai-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu pada hari Kiamat akan memberikan syafa’at kepada pembacanya.” (HR. Muslim)

Penjelasan:

Nabi Muhamad Saw. tinggal menyayangi ummatnya sehingga kita sebagai ummatnya dibimbing dan dihimbau mudah-mudahan mendapatkan pertolongan pada hari Kiamat. Siapa pun nan senang mengaji Al-Qur’an akan mendapat syafa’at dari AlQur’an yang aliansi dibacanya di dunia.

Syafa’at artinya sambung tangan untuk menambal kekurangan, maksudnya apabila amal-kebajikan ibadah nan kita kerjakan di alam manjapada ini ternyata masih belum sepan untuk dapat menyelamatkan kita dari ‘azab siksaan, maka bacaan AlQur’an akan menjadi penambah kekurangan tersebut.

Al-Qur’an adalah wacana kaum muslimin, kitab sejati ummat Selam dan tanzil lakukan manusia agar selamat dalam sukma di dunia. Maka itu karena itu, setiap orang islam mesti membacanya dengan mumbung khusu’ dan tadharru’.

Inferensi:

Alqur‘an merupakan pelecok satu pemberi syafa’at di darul baka tulat

Satu keharusan bagi setiap muslim lakukan mendaras, mempelajari dan mentadabburi al-Qur’an.

hadis keutamaan mengajarkan Al Qur’an:

Intensi dari berlatih Al-Qur`an di sini, ialah mempelajari mandu membaca Al-Qur`an. Bukan mempelajari tafsir Al-Qur`an, asbabun nuzulnya, nasikh mansukhnya, balaghahnya, atau aji-aji-ilmu enggak dalam ulumul Qur`an. Meskipun ilmu-mantra Al-Qur`an ini pun utama dipelajari, namun hadits ini menyebutkan bahwa mempelajari Al-Qur`an ialah lebih penting. Mempelajari Al-Qur`an adalah belajar membaca Al-Qur`an dengan disertai hukum tajwidnya, agar dapat mendaras Al-Qur`an secara tartil dan benar seperti ketika Al-Qur`an diturunkan. Karena Tuhan dan Utusan tuhan-Nya sangat menyukai seorang muslim yang pandai membaca Al-Qur`an. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ . (متفق عليه)

“Orang yang pandai membaca Al-Qur`an, beliau bersama para malaikat yang mulia dan patuh. Padahal orang yang membaca Al-Qur`an dengan tergagap-gagap dan berat melafalkannya, maka dia mendapat dua pahala.” (Muttafaq Alaih)

Dan dalam Al-Qur`an disebutkan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk membaca Al-Qur`an dengan tartil,

ورتل القرءان ترتيلا . (المزمل : (4)

“Dan bacalah Al-Qur`an dengan setartil-tartilnya.” (Al-Muzzammil: 4)

Adapun harapan bersumber mengajarkan Al-Qur`an, merupakan mengajari manusia lain kaidah membaca Al-Qur`an nan moralistis berdasarkan hukum tajwid. Kalau mengajarkan aji-aji-ilmu bukan secara umum alias mengemukakan sebagian ilmu yang dimiliki kepada manusia lain yakni polah luhur dan mendapatkan pahala dari Sang pencipta, tentu mengajarkan Al-Qur`an lebih terdepan. Bahkan ketika Sufyan Ats-Tsauri ditanya, mana yang lebih penting antara berjihad di jalan Allah dan mengajarkan Al-Qur`an, ia mengatakan bahwa mengajarkan Al-Qur`an lebih terdahulu. Ats-Tsauri menyandarkan pendapatnya pada hadits ini.

Semata-mata demikian, meskipun orang yang belajar Al-Qur`an adalah sesegak-baik insan muslim dan mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain juga sebaik-baik orang mukminat, tentu akan bertambah baik dan penting lagi jika orang tersebut menggabungkan keduanya. Maksudnya, orang tersebut belajar pendirian membaca Al-Qur`an sekaligus mengajarkan kepada orang lain apa nan telah dipelajarinya. Dan, dari hadits ini pula bisa dipahami, bahwa orang yang mengajar Al-Qur`an harus mengalami fase berlatih terlebih dahulu. Dia harus sudah perpautan belajar membaca Al-Qur`an sebelumnya. Sebab, manusia yang belum pernah belajar membaca Al-Qur`an, doang kamu berani mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain, maka apa yang diajarkannya akan banyak kesalahannya. Karena dia mengajarkan sesuatu yang tidak beliau kuasai ilmunya.

semoga penting

lepas jika cak semau yang salah