Problematika Peserta Didik Dalam Pembelajaran Pada Aspek Perkembangan Fisik
Pekarangan PERSETUJUAN
PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN Bodi MOTORIK Lumat DI TK PERTIWI 2 SELO
Oleh:
IKA PRIHATI
PPG DALJAB Legiun 1
Kepala Sekolah TK Pertiwi 2 Selo Dosen Pembimbing
LATIFAH, S.Pd NUR FAUZIYAH,S.Pd
Utas PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Artikel wara-wara yang saya susun sebagai salah suatu tugas kerumahtanggaan PPG DALJAB 2022 Angkatan 1 berpunca Program Pengkhususan Pendidikan Guru Pendidikan Anak asuh Kehidupan Dini (PG-PAUD) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ialah hasil karya sendiri.
Akan halnya episode-bagian tertentu privat penulisan keterangan Artikel takrif yang saya kutip pecah hasil karya orang tak telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian periode ditemukan seluruh atau sebagian Artikel publikasi ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar sertfikasi yang saya syal dan sanksi-sanksi lain sesuai dengan peraturan perundangan nan bertindak.
Boyolali, 09 November 2022
( IKA PRIHATI )
1. PENDAHULUAN
Menjadi pendidik ditaman kanak kanak tidaklah mudah, apalagi dimasa hawar sebagai halnya saat ini ini. Kegiatan pendedahan berbasis daring yang dilakukan dimasa pandemi ini,padahal untuk anak usia dini pembelajaran yang paling efektif ialah pembelajaran tatap cahaya muka, pendekatan cucu adam menjadi salah satu faktor tercapainya keberhasilan berlatih anak asuh. Pada masa hawar guru harus bisa menciptakan kegiatan yang menyenangkan,menarik dan memotivasi anak asuh kerumahtanggaan sparing, sehingga hasil membiasakan anak juga baik. Di era abad 21 ini guru diharapkan dapat mengaplikasikan unsur unsur HOTS dan TPACK dalam kegiatan pembelajaran.
Dari hasil penilaian pada anak kelompok A TK Pertiwi 2 Selo, Boyolali semester 2 tahun tuntunan 2022/2020 menunjukan bahwa tingkat kreativitas anak masih sangat kurang, sehingga boleh berpengaruh pada hasil belajar anak asuh yang rendah juga khususnya puas pengembangan seni. Ekspansi jasmani motorik halus yang dimaksud disini adalah dalam mengekspresikan diri dengan berkarya seni dan bakir mengfungsikan anggota jasad melangkahi permainan warna dengan bermacam-macam cara. Mula-mula pembelajaran pengembangan seni diberikan temperatur doang dengan menggunakan pensil warna seadanya atau dengan menggunakan krayon seadanya.
Start dari ketidakberhasilan pembelajaran tersebut peneliti menggunakan permainan dandan dengan menggunakan krayon yang disebut dengan usap boros kedalam, sa-puan abur keluar.
Teknik nan berikutnya main-main warna dengan teknik tiup yaitu dengan meniup car air dengan sedotan, teknik tarik bermoral, teknik percik, dan finger painting. Macam-macam teknik permainan corak peneliti berikan kepada anak anak asuh dengan harapan dapat meningkatkan kreatifitas dan hasil membiasakan pengembangan awak motorik lumat maupun kerumahtanggaan berkreasi seni.
Penataran yang mewujudkan anak aktif, kreatif, burung laut inovatif dan nan lebih utama lagi membuat anak merasa asyik, enjoy dan menyenangkan menimbulkan hasil sebagaimana yang peneliti inginkan. Permainan corak dengan berbagai teknik tersebut diatas ternyata dapat membangkitkan kreativitas anak dan meningkatkan hasil membiasakan anak dalam berkarya seni. Melampaui permainan warna dengan berbagai teknik anak merasakan kesenangan, tidak terbebani, kegiatan belajar serasa bermain.
Dari situasi tersebut diatas ada dua masalah, merupakan masalah petatar dan penyakit yang dihadapi guru/pemeriksa. Komplikasi nan dihadapi siswa yakni rendahnya kreativitas dan hasil belajar pengembangan seni. Sementara itu masalah peneliti ialah terbatasnya kreativitas suhu privat mengemas pembelajaran, penyortiran metode nan monoton atau hanya mempergunakan satu macam metode saja dan kembali terbatasnya gawai peraga yang disediakan.
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini memberikan solusi pemecahan masalah tersebut diatas, dengan menunggangi permainan warna dengan berbagai macam tehnik sebagaimana teknik gosokan abur, teknik tiup, teknik tarik benang, teknik percik dan finger painting.
2. METODE Pengkhususan
Metodologi adalah suatu cara utama yang dipergunakan lakukan sampai ke harapan tertentu, misalnya bagi menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan alat serta teknik tertentu. (Winarso, Surachmad 1995:2).
Penelitian ialah proses satu sangkutan langkah-langkah yang di lakukan secara terencana dan sistematis fungsi mendapatkan pemecahan komplikasi. (Sumadi Suryo Broto 2003:11).
Jadi metodologi investigasi bisa diartikan sebagai suatu guna-guna yang membahas tentang prinsip-cara yang di gunakan bikin menemukan dan meluaskan guna-guna pengetahuan secara ilmiah, dengan memperalat metode ilmiah bagi mencapai pamrih tertentu laksana alat menguji suatu hipotesa.
Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian minus menyerahkan perlakuan eksklusif terhadap peristiwa tersebut (Asmani, 2022 : 40). Sementara itu metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2015 : 1) adalah metode pendalaman yang digunakan kerjakan meneliti kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti yaitu sebagai perabot kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (kawin), analisis data berperilaku induktif, dan hasil penelitian kualitatif kian menonjolkan makna tinimbang generalisasi
Teknik pengurukan data dilakukan menerobos wawancara benar-benar dan pengarsipan. Amatan data pada studi ini menunggangi pendapat Miles and Huberman dalam Sugiyono (2015: 91) yang meliputi tiga hal yaitu potongan harga data, penyajian data dan penarikan deduksi. Reduksi data yaitu proses menelaah terhadap data-data nan dihasilkan dikategorikan sesuai dengan aspek alias fokus investigasi. Penyajian data sebagai upaya untuk memaparkan data penelitian privat rajah coretan yang bersifat naratif kendati lebih jelas dan mudah dipahami. Penarikan kesimpulan ialah ringkasan terbit sajian data berupa temuan-temuan dalam penelitian, nan disajikan dalam kalimat yang singkat, padat dan berfaedah. Lega penelitian ini menunggangi diversifikasi triangulasi mata air dan triangulasi teknik untuk memperoleh data yang valid
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Kognisi guru tentang pengembangan fisik motorik halus
Berdasarkan deskripsi data penyelidikan menunjukkan bahwa suhu suhu di TK Pertiwi 2 Selo sudah lalu memaklumi mengenai pengembangan fisik motorik halus. Menurut pendapat suhu-master pengembangan raga motorik subtil yaitu riuk satu kemampuan yang harus dikembangkan internal pendidikan anak asuh jiwa dini. Dalam pelaksanana pengembangan kemampuan fisik motorik lembut ini sebelumnya lagi harus dituangkan dalam gawai pengajian pengkajian yang disusun meliputi silabus, RPP, korban ajar, penilaian. Peristiwa tersebut sesuai dengan yang dirumuskan makanya Suprihatingrum (2013: 131) “Perangkat penelaahan yakni segala apa sesuatu yang dipersiapkan guru sebelum melaksanakan kegiatan proses pembelajaran”.
Guru-guru di TK Pertiwi 2 Selo secara mahajana mutakadim memahami pendirian berekspansi kemampuan raga motorik kecil-kecil. Dengan mengembangkan teknik internal pendedahan dan penggunaan wahana penerimaan yang menyentak serta pendayagunaan APE Edukatif dalam pembelajaran merupakan strategi dalam peluasan kemampuan fisik motorik halus lega anak di TK Pertiwi 2 Selo.
3.2. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi hawa dalam mengembangkan awak motorik halus
Intern setiap pelaksanaan pembelajaran maupun mengembangkan kemampuan pastinya terdapat kendala alias permasalahan yang dihadapi,begitu juga bagi guru di TK Pertiwi 2 Selo menghadapi permasalahan kerumahtanggaan mengembangkan kemampuan fisik motorik halus. Persediaan sarana dan prasarana sekolah seperti kurangnya media pembelajaran, kurangnya APE edukatif menjadi permasalahan bikin guru privat melebarkan fisik motorik lumat pada anak. Dengan keterbatasan wahana dan APE menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi monoton, kurang bervariasi. Khususnya dalam kegiatan ekspansi fisik motorik halus pada momongan didik di TK Pertiwi 2 Selo.
Selanjutnya, persoalan yang dihadapi suhu yaitu permasalahan privat penggunaan sarana penataran. Terwalak guru nan belum memanfaatkan teknologi seperti laptop, LCD sebagai media pengajian pengkajian, situasi yang lainnya ialah hawa jarang menciptakan menjadikan media pengajian pengkajian, biasanya guru hanya memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia di sekolah. Hal tersebut sederajat dengan yang disampaikan oleh Wiyani (2015: 114) menyampaikan bahwa “kendaraan penelaahan memberikan dampak nan positif n domestik kegiatan penelaahan, meskipun demikian dalam kenyataannya ternyata masih jarang suhu nan mendayagunakan media pembelajaran sebagai alat untuk membantu meningkatkan kegiatan pembelajaran”. Hal yang sama pula disampaikan makanya Mupa (2015: 125) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
“teachers do not prepare a variety of media for use in teaching and learning”. Guru tidak menyiagakan media pembelajaran yang bisa digunakan hawa dalam kegiatan penataran, sehingga selama poses pembelajaran sekadar menggunakan gerendel teks saja.
3.3. Kendala-kendala temperatur internal penyusunan perangkat penelaahan
Guru-guru dalam berekspansi jasad motorik lumat tentunya mengalami satu hambatan-obstruksi sehingga menimbulkan suatu permasalahan. Hambatan yang dihadapi hawa dalam mengembangkan fisik motorik lembut merupakan keterbatasan masa. Sehingga guru tidak mampu merumuskan perangkat pendedahan secara optimal kerjakan menyundul pengembangan kemampuan fisik motorik lembut. Hambatan guru tidak membuat ki alat pembelajaran yakni keterbatasan periode. Guru tidak mempunyai banyak masa buat membuat sarana pembelajaran. Musim hawa sudah lalu banyak tersita bikin mengajar dikelas, walaupun dirumah master mutakadim memiliki pekerjaan lainnya. Hal tersebut yang menyebabkan jarang membuat ki alat pembelajaran. Seperti yang telah diungkapkan maka itu Wiyani (2015: 114) bahwa mengajar dengan menggunakan wahana penerimaan membutuhkan persiapan nan maksimal, padahal guru sudah banyak memiliki kesibukan, sebagaimana urusan rumah tangga.
Kondisi dan karakteristik peserta didik kembali menjadi kendala guru internal mengembangkan kemampuan jasmani motorik. Memahami budi setiap petatar didik sangat diperlukan bagi seorang guru, supaya RPPH yang akan di rancang dapat mengakomodasi seluruh peserta jaga, sehingga peserta didik dapat mengikuti penataran dengan optimal. Seperti halnya yang disampaikan maka dari itu Fathurrohman (2016: 229) menyatakan bahwa perbedaan khuluk, tingkat kemampuan dan kesiapan peserta bisa menjadi kendala guru dalam pembelajaran. Maka seorang master harus memahami sendirisendiri kepribadian siswa.
Obstruksi nan lebih jauh yaitu ketersediaan kendaraan atau media pembelajaran yang tekor. Suhu-guru di TK Pertiwi 2 Selo mengalami kendala intern terbatasnya wahana prasarana dan media pendedahan yang disediakan di sekolah. Total wahana pembelajaran nan terbatas serta tidak semua materi penerimaan tersedia wahana pembelajarannya. Seperti yang disampaikan oleh Peri (2014: 107) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keseleo satu peristiwa yang menjadi penghalang suhu dalam implementasi KTSP adalah kurangnya media penelaahan yang dimiliki oleh sekolah tersebut
Selain itu, jika guru menciptakan menjadikan media penerimaan kemudian minus dirawat dengan baik dan menjadi kemungkus, karena di sekolah belum terwalak tempat khusus penyimpanan untuk sarana penerimaan serta belum ada laboratorium. Peristiwa tersebut yang menjadi hambatan temperatur sehingga hawa kurang optimal dalam menggunakan ki alat penataran. Seperti yang telah dikemukakan oleh Musfah (2012: 103) mengemukakan bahwa “tolok media dan prasarana sekolah, setakat momen ini belum tersalurkan. Kemudahan dasar sekolah nan mesti dipenuhi buat tingkat TK, antara lain : ruang inferior, ruang temperatur, toilet/kamar mandi,UKS,perpustakaan, pangsa berlaku, gudang/gelanggang penyimpanan APE/sarana ”.
Obstruksi nan lain merupakan temperatur belum berani untuk melakukan suatu pembaharuan n domestik proses pembelajarannya. Suhu yang tidak memanfaatkan teknologi sama dengan laptop, LCD seumpama media pembelajaran, hal tersebut dikarenakan suhu merasa kesulitan jikalau mengoperasikan peranti tersebut sendiri, hawa masih beranggapan bahwa ditakutkan dengan menunggangi alat angkut pembelajaran membuat kegiatan penataran malah tidak boleh berjalan dengan yang diharapkan. Sehingga suhu takut untuk mencoba hal nan bau kencur dalam melaksanakan kegiatan pengajian pengkajian.
Kendala tersebut didukung dengan pendapat nan sudah lalu diungkapkan oleh Rahman (2011: 185) bahwa guru tidak memperalat media pembelajaran disebabkan karena suhu merasa khawatir tidak bisa mengoperasikan media pembelajaran. Terkadang sebagian guru masih belum bisa menyeimbangkan dengan perkembangan teknologi. Misalnya master masih remang riuk pencet, guru khawatir jika akan busuk sehingga guru lain bisa mengoperasikan media pengajian pengkajian, terlebih jikalau suhu memang tidak pernah belajar dan membiasakan diri cak bagi menggunakan media pembelajaran.
3.4. Upaya-upaya guru dalam mengatasi permasalahan penyusunan radas pengajian pengkajian
Upaya-upaya yang dilakukan guru cak bagi mengamankan permasalahan dalam mengembangkan kemampuan fisik motorik halus adalah sebagai berikut: guru nan mengalami persoalan internal menentukan alokasi waktu pembelajaran upaya nan dilakukan ialah dengan teguh menyusun instrumen pembelajaran seperti yang telah ditentukan, namun privat pembuatan perangkat penerimaan tidak hanya untuk satu boleh jadi pertemuan secara terpisah-sisih, kemudian nanti tinggal disesuaikan kompetensi bawah tertentu diolah bakal beberapa pertemuan. Seperti mana yang telah dijelaskan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Dur Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) bahwa alokasi waktu setiap organ pendedahan tergantung kepada luas dan sempitnya pokok bahasan yang dicakupnya. Jadi sebagai guru harus berada mengidentifikasi keluasan dan kedalaman materi penelaahan dalam setiap kompetensi dasar. Sehingga guru berpunya memisalkan musim nan dibutuhkan untuk dibelajarkan kepada murid didik.
Kaitannya dengan upaya guru dalam menyelesaikan persoalan guru dalam menentukan metode pembelajaan yang sesuai ialah dengan cara mengejar informasi dari internet aneh-aneh metode pengajian pengkajian yang tepat untuk pesuluh ajar. Kemampuan guru dalam menentukan metode pembelajaran sangatlah penting dalam proses pembelajaran karena dengan menggunakan metode penelaahan dapat membantu siswa n domestik memahami suatu materi yang disampaikan oleh temperatur. Sudah hendaknya guru fertil melakukan sebuah inovasi pembelajaran cak agar petatar didik tertarik dan merasa senang saat penelaahan. sama dengan yang disampaikan makanya Rahman (2011: 61) bahwa pintasan pembelajaran menjadi hal yang penting seharusnya suasana pembelajaran di kelas berlanjut enggak monoton dan membosankan. Selain itu, aktivitas pembelajaran sekali lagi akan berlanjut kian optimal.
Upaya lainnya yang dilakukan guru melakukan diskusi dengan bandingan sejabat. Jadi dengan berdiskusi suhu dapat tukar bertukar informasi, ki beralih ide kaitannya dalam hal penyusunan perangkat pengajian pengkajian. Sehingga antara suatu guru dengan guru yang lainnya dapat saling membantu. Hal tersebut selaras dengan yang disampaikan oleh Wiyani (2015: 99) menyampaikan bahwa perumpamaan sendiri guru suda hendaknya lakukan selalu belajar, guru juga bisa menjadikan organisasi keguruan seperti Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai media cak bagi mereka bikin saling berganti pengetahuan melalui kegiatan diskusi.
Upaya lain nan dilakukan hawa dengan berusaha untuk sayang belajar, dalam hal ini master yang mengalami kesulitan merumuskan penilaian dapat belajar dengan mendaras kiat tentang penilaian. Sudah seharusnya nan dilakukan maka dari itu hawa adalah belalah belajar dan terus berlatih atau dapat dikatakan belajar sepanjang hayat supaya guru selalu mencerna hobatan atau teori yang terbaru khususnya intern permukaan pendidikan. Hal tersebut pun diungkapkan oleh Musfah (2012: 119-120) bahwa seorang hawa harus pelalah belajar sebatas sira menjadi ahli dalam bidangnya, terampil dalam mengelola penelaahan serta
obyektif dalam melakukan evaluasi hasil belajar peserta didik. Selain itu, dengan belajar guru akan memperoleh pencerahan pikiran dan perasaannya.
Upaya yang dilakukan guru dalam mengendalikan permasalahan terbatasnya media pembelajaran serta fasilitas yang mendukung ialah dengan hanya menggunakan sarana pembelajaran nan seadanya misalnya memperalat wahana gambar dan menggunakan kendaraan yang sudah disediakan di sekolah lamun jumlahnya invalid. Hal tersebut setolok halnya dengan yang disampaikan oleh Kadiyono (2012: 21) internal penelitiannya menunjukkan bahwa guru belum mampu membentuk bahan ajar dikarenakan keterbatasan kemampuan gurunya, belaka temperatur dapat menggunakan pembelajaran yang terserah.
Tempat penyimpanan ki alat pembelajaran nan minus, telah seharusnya master menyadari bahwa pengelolaan ruang inferior juga terdahulu. Berkaitan dengan hal tersebut guru sudah seharusnya berusaha meluangkan tempat bagi menyimpan alat-instrumen atau sarana pembelajaran sehingga peranti-alat alias media penerimaan kian terawat dan bisa digunakan secara repetitif- ulang. Seperti mana hal nya yang disampaikan makanya Priansa (2014: 249) menjelaskan bahwa dalam manajemen kelas juga dipengaruhi oleh mileu fisik salah satunya yakni yuridiksi penyimpanan barang-produk. seyogiannya disimpan dan diatur pada tempat khusus, kemudian konservasi secara periodik juga perlu dilakukan.
Selain itu untuk mengatasi permasalahan suhu dalam penyusunan alat pembelajaran, upaya yang dilakukan yaitu berburu informasi atau pengetahuan suplemen dari internet. Kejayaan tentunya juga memiliki dampak pada permukaan pendidikan, keadaan ini juga harus dapat dimanfaatkan maka dari itu guru umpama sarana bikin menambah wawasan dan pengetahuannya dengan memanfaatkan kronologi teknologi. Hal tersebut didukung dengan pendapat yang disampaikan oleh Wiyani (2015: 99) bahwa “temperatur dapat memanfaatkan kecanggihan peralatan Teknologi Wara-wara dan Komunikasi (TIK) misal alat angkut belajarnya”.
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penajaman dan pembahasan nan sudah lalu diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Para suhu di TK Pertiwi 2 Selo sudah memafhumi tentang mengembangkan kemampuan fisik motorik subtil dalam pengajian pengkajian dengan cukup baik. Secara umum temperatur sudah memahami metode dalam mengembangkan fisik motorik halus. Guru sekali lagi sudah mengetahui metode-metode intern penelaahan yang menghela dan media pembelajaran yang dapat menarung pengembangan kemampuan fisik motorik halus.
2. Permasalahan yang dihadapi guru-guru di TK Pertiwi 2 Selo dalam meluaskan fisik motorik halus antara tidak: (1) terdapat guru yang tidak merumuskan perlengkapan pendedahan secara mandiri; (2) guru mengalami kesulitan intern menentukan alokasi waktu, metode pembelajaran dan media pembelajaran (3) guru jarang membuat dan memanfaatkan wahana pembelajaran.
3. Obstruksi-kendala yang dihadapi guru dalam mengembangkan badan motorik renik antara lain: (1) kendala tahun, kesibukan guru (2) kondisi peserta ajar yang berjenis-jenis (3) faktor pengalaman mengajar (4) guru merasa kesulitan mengoperasikan wahana penerimaan (5) Keterbatasan sarana dan infrastruktur nan adadisekolah.
4. Upaya-upaya yang dilakukan suhu bagi menuntaskan persoalan dalam penyusunan perangkat pembelajaran antara lain: (1) mengejar amanat berusul internet; (2) mengamalkan diskusi dengan teman sejabat; (3) belajar secara mandiri; (4) Menyusun perangkat pembelajaran untuk beberapa pertemuan sekaligus; (4) Menggunakan ki alat pembelajaran yang keteter seperti alat angkut gambar alias benda-benda konkrit yang cak semau di lingkungan sekitar; (5) Guru memperalat media pembelajaran nan sudah lalu tersedia di sekolah maupun dilingkungan seputar yang mudah didapat.
Source: https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/problematika-guru-dalam-mengembangkan-kemampuan-fisik-motorik-halus-di-tk-pertiwi-2-selo/