Pengaruh Game Online Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pdf

Secara mahajana, penggalian observasi terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu penajaman deskriptif dan studi analitik. Penyelidikan deskriptif umumnya paling pelalah digunakan untuk menggambarkan pola penyakit dan dan untuk mengukur kejadian dari faktor risiko untuk penyakit (pajanan) puas satu populasi. Sedangkan sekiranya kita ingin mengerti perkariban antara kejadian masalah dan faktor risikonya, maka penelitian analitik dilakukan. Ada beberapa varietas studi observasional secara umum, antara tidak:[1, 2]

Riset deskriptif yaitu ancang tadinya dalam mengamalkan investigasi epidemiologi. Penajaman ini menjawab pertanyaan berkaitan dengan aspek epidemiologi yang meliputi ‘orang, tempat dan waktu ’ dan aspek ini dipergunakan kerjakan menjawab pertanyaan ‘ bisa jadi?, apa?, dimana? dan ketika?’. Termasuk sebagai penajaman deskriptif merupakan survey prevalensi, studi migrant dan binar masalah (case series) [1, 2]. Survey prevalensi dilakukan kerjakan menggambarkan kondisi kesehatan satu populasi atau faktor resiko kesegaran, misalnya Riset Kesehatan Sumber akar (Riskesdas) di Indonesia, dilakukan secara rutin setiap dua-tiga perian sekali, bagi mengawasi kondisi kebugaran awam di Indonesia dan berguna untuk melakukan perencanaan kesehatan.

Pengkhususan migrant dilakukan kalau kita ingin meluluk perbedaan kondisi kesehatan atau penyakit lega awam berlainan etnik, kaki dan negara. Studi ini juga melihat perubahan pola kelainan sreg etnik yang berbeda jika mereka pindah ke negara lainnya. Misal, etnik Jawa yang tinggal di Indonesia akan n kepunyaan pola kebobrokan berbeda dengan etnik Jawa nan telah lama suntuk di Australia. Ataupun perbedaan pola penyakit etnik Jepang yang tinggal di Jepang dan etnik Jepang yang telah lama mengimbit ke Amerika. Sedangkan, case series (studi kasus berturut-timbrung) dilakukan sekiranya kita kepingin melihat karakteristik suatu penyakit yang terjadi di suatu populasi. Misal, keadaan Flu Burung sreg manusia di Indonesia. Kita boleh mempelajari karakteristik pasien Selesma Burung di Kondominium Gempa bumi X di Indonesia dengan mencaci perbedaan karakteristik pasien, gejala umum dan spesifik Flu Burung pada beberapa pasien yang positif ataupun terkaji (suspect) menderita Pilek Pelir.

Detik kita akan menggali tanya ‘kenapa’, kita perlu melakukan studi analitik bakal menjawab cak bertanya tersebut. Investigasi Analitik yaitu penggalian yang menganalisa hubungan antara status kesehatan dan variabel lainnya[1, 2]. Sebagai lengkap, eksplorasi Najmah dkk [3], melakukan investigasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan alat dan penusuk suntik lain bersih sreg pemakai napza mengindoktrinasi. Selain melakukan studi deskriptif sebagai langkah Epidemiologi awal, peneliti melukiskan karakterikstik penasun di Kota Palembang, pengkaji melakukan studi analitik juga buat mengetahui, hubungan antara faktor karakteristik penasun dan plastis lainnya (lama menggunakan napza suntik, pengetahuan tentang har m reduction dan HIV, sikap terhadap harm reduction dsb) terhadap perilaku penggunaan pencucuk dan alat suntik steril. Peneliti mengamalkan studi analitik dengan menganalisa rangkaian antara karakteristik penasun, dan variabel lainnya terhadap perilaku penasun tersebut.

Studi lainnya, misalnya kejadian tersayat tulang pinggul plong wanita lansia di Indonesia, ketika kita mengamalkan studi deskriptif barang apa yang boleh kita penelitian? Kita bisa investigasi beberapa pertanyaan seperti:

  1. Cerminan dimensi-format lemak tulang bokong lansia bersendikan hasil X-Ray, seperti kerapatan benak, kaliber endokortikal, pepat leher femur, dan dimensi lainnya
  2. Prevalensi terpotong sumsum belakang pada wanita lansia pada desa dan kota di 10 Wilayah terbesar di Indonesia
  3. Trend kejadian kotok tulang pinggul pada wanita lansia dari hari 2005-2014 di Indonesia
  4. Proporsi konsumsi vitamin D, kalsium dan penggunaan hormon steroid sreg wanita lansia
  5. Gambaran aturan aktifitas jasmani wanita lansia di Indonesia

Bagaimana studi analitik? Kita bisa menggerutu beberapa laur, misalnya:

  1. Identifikasi perbedaan umur dan kepadatan lemak tulang pada wanita lansia
  2. Analisa hubungan konsumsi kalsium dan zat makanan D terhadap kejadian kudung tulang pinggul
  3. Identifikasi kombinasi antara aktifitas fisik dan pencegahan kudung benak pinggul pada wanita lansia dan sebagainya.

Persiapan-langkah dalam menentukan tipe desain pendalaman observasional dalam epidemiologi[1, 2], pelajari kembali Studi KASUS 1

Tahap permulaan: tentukan plastis dependen dan variabel independennya.
Dalam penelitian ini, dapat kita pelajari bahwa variabel independennya adalah Program Terapi Rumatan Metadon sementara itu fleksibel dependennya ialah ponten kesakitan atau kematian akibat HIV/AIDS dan penyakit nan ditularkan melewati talenta lainnya dan overdosis narkoba

Tahap kedua: tentukan studi desain yang tepat untuk memaklumi efektivitas PTRM. Secara garis besar, studi desain observasional ada 3 diversifikasi:Potong Lintang (Cross sectional), Kohort (Cohort), dan Kasus Pengaturan (Case-control). Perbedaan secara umum terwalak pada faktor paparan (exposure factors) dan kejadian komplikasi (disease). Pengkajian desain potong lintang, faktor paparan dan situasi penyakit terjadi pada waktu waktu ini secara bersamaan (in the present); investigasi desain kasus-kontrol, faktor paparan terjadi dimasa lalu dan keadaan penyakit terjadi puas tahun sekarang; sedangkan desain kohort, faktor bayangan terjadi dimasa masa ini, lalu diselidiki hingga kejadian penyakit apakah akan terjadi di masa depan.

Studi lainnya, investigasi ekologi jarang digunakan untuk membuktikan uji hipotesa sebab akibat tetapi selalu menjadi pangkal buat mengembangkan hipotesa. Penyelidikan ini mudah dilakukan jika data rutin siap tersedia, tapi hasil studi ekologi susah bakal interpretasikan. Perbedaan angka kesakitan atau kematian pada bilang populasi yang dibandingkan sangat besar dipengaruhi maka dari itu faktor cerminan lainnya, dengan kata enggak faktor perancu privat studi ekologi sangatlah tataran[2].

Desain Potong lintang (Cross Sectional)

Bila kita memiliki keterbatasan dana, tahun dan tenaga, alternatif desain nan keteter yakni desain tusuk lintang. Desain potong lintang dikenal juga dengan istilah survey. Kunci utama kerumahtanggaan desain runjam lintang adalah sampel kerumahtanggaan suatu survey direkrut tidak berdasarkan status paparan ataupun suatu penyakit/ kondisi kesehatan lainnya, semata-mata hamba allah yang dipilih menjadi subjek internal penelitian adalah mereka nan diasumsikan sesuai dengan studi yang akan kita teliti dan mewakili populasi yang akan diteliti secara pancung lintang sehingga hasil studi bisa digeneralisasikan ke populasi. Oleh karena itu, faktor paparan dan hal penyakit/kondisi kesehatan diteliti intern satu musim.[2]

Internal pengkhususan kasus 1, kita memperhatikan pengguna narkoba menyemprot tanpa membebaskan mereka akses atau tidak akal masuk PTRM maupun martabat mereka berasal HIV/AIDS alias overdosis narkoba. Percontoh kita semua pengguna narkoba lalu kita telusuri apakah mereka akses PTRM dan asosiasi overdosis atau sebaliknya. Perhitungan yang bisa dihitung biji prevalensi dan rasio prevalensi. Kita mengumpulkan data dalam satu waktu dengan target percontoh yakni pengguna narkoba menyemprot di suatu daerah ataupun Provinsi (tatap gambar 5)

Banyak sekali survey, studi deskriptif yang dilakukan di Indonesia. Arketipe penelitian nan menggunakan desain ini adalah Riset Kesehatan Sumber akar (Riskesdas) yang dilaksanakan Kementrian Kesehatan Indonesia, surveilans terpadu biologis dan perilaku (STBP) pada kelompok resiko tinggi HIV/AIDS dan masalah meluas genital lainnya, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Seandainya kita ingin menganalisa selanjutnya dengan mengikat beberapa variabel yang terserah pada survey diatas, misalnya hubungan antara pengetahuan ibu tentang HIV/AIDS terhadap sikap ibu kepada ODHA, data pada Riskesdas maka kita lakukan studi potong lintang dan bisa menghitung rasio prevalensi maupun ikatan yang kita inginkan.

Kelemahan studi desain hunjam lintang, antara lain:

  1. Keterbatasan ukuran berpangkal interpretasi sebab akibat, yang kita kenal dengan istilah fenomena mandung dan telur (chicken and egg), kita kurang mengetahui apakah sebab atau akibat duluan dari satu kondisi kesehatan atau penyakit.
  2. Desain ini tidak efisien untuk faktor cerminan maupun penyakit (outcome) yang runyam terjadi. Kerjakan pengolahan data analitik, kita membutuhkan faktor paparan dan penyakit dengan besaran nan sepan sehingga pemeriksa bisa melakukan analisa sangkutan bertambah lanjur.
  3. Kasus prevalensi kebolehjadian tidak mewakili semua populasi jika angka rata –rata respons (response rate) yang bersedia mengikuti survey tak mencapai bulan-bulanan nan ditentukan.

Tentang keistimewaan dari desain potong lintang merupakan:

  1. Mengukur kredit prevalensi, bukan kredit insidens
  2. Percontoh dalam studi dapat mengaplus populasi dengan teknik sampling
  3. Metode dan desain serta definisi penelitian bisa distandardisasi, reliable dan single blind sehingga survey berulang boleh dilakukan bagi mengarifi trend ki kesulitan atau kondisi kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesegaran suatu negara internal kurun waktu tertentu.
  4. Sendang daya dan dana nan efisien karena pengukuran dilakukan privat satu musim
  5. Kerjasama penelitian (response rate) dengan desain ini kebanyakan tinggi.

Desain Kasus Kontrol

Saat kita dapat membedakan gengsi responden sebagai keramaian yang menderita satu komplikasi maupun suatu kondisi kesehatan dan prestise responden yang cegak alias memiliki keburukan lainnya, maka kita boleh mengerjakan pengkhususan dengan kasus dominasi atau case control. Ada dua keramaian partisipan yang akan direkrut kerumahtanggaan eksplorasi dengan pendalaman ini, keramaian kasus dan kelompok kontrol. Partisipan di kelompok kasus lega mata air populasi didefinisikan sebagai semua insan yang akan datang ke resep layanan kesehatan, baik Balai kesehatan, Puskesmas atau Rumah Sakit dan datanya akan disimpan dalam kerawang medis jika mereka menderita komplikasi nan akan diteliti. Permasalahan nan sering muncul, pusat layanan kesehatan umumnya melayani masyarakat yang berbeda penyakitnya sehingga paradigma rujukan dan kemasyhuran pusat layanan kebugaran sangat menentukan perekrutan keramaian kasus nan optimal [5].

Sementara itu, partisipan pada kelompok kontrol, dapat dipilih dengan beberapa cara, antara lain[5]:

  1. Kontrol dari Populasi (Population controls): kelompok supremsi diambil langsung berbunga populasi, lazimnya dilakukan jika ada data registrasi populasi, maupun kerumunan tertentu. Hal ini biasanya dilakukan di negara maju yang memiliki data registrasi yang komprehensif sehingga bisa dilakukan melewati telepon, dan melalui arsip/pos.
  2. Kontrol berpangkal tetangga(Neighbourhood controls): kerubungan pengaturan diambil berpunca sekitar kelompok kasus yang suka-suka, misal kian kurang 10 meter tinggal di sekitar kasus. Misal, suatu kasus yang mengamalkan bunuh diri, kelompok kekuasaan dipilih berpunca tetangga nan tidak melakukan binasakan diri.
  3. Kekuasaan berusul Klinik maupun Apartemen Sakit (Hospital or clinic based controls): kelompok pengaturan dipilih pada sendi layanan kesegaran yang sama dengan kelompok kasus direkrut, tetapi memiliki penyakit nan berbeda dan penyakitnya tidak berhubungan dengan faktor paparan pada keramaian kasus, bagaikan kelompok kasus yaitu pasien Kanker Paru, kelompok kekuasaan bisa dipilih terbit pasien yang menderita bencana pencernaan, adv amat dihindari memilih kelompok kontrol yang juga merokok karena berhubungan dengan kanker paru.
  4. Kontrol berusul khalayak nan telah meninggal (Dead people): kerubungan yuridiksi direkrut berusul responden nan telah meninggal karena penyakit bukan dari kelompok kasus, umumnya kita menggunakan proxy ataupun agen kelompok kontrol nan bisa kita wawancarai sama seperti mengusut informasi dari keluargakelompok kasus yang telah meninggal.

Mari kita aplikasikan pengkajian kasus 1 dengan studi desain kasus kontrol, katib telah membuat silsilah penekanan dengan desain kasus kontrol dibawah ini, coba jelaskan bagaimana penelitian ini bisa dilakukan dengan desain ini. Silahkan coba engkau jelaskan silsilah diatas, Apa yang kita tiba, berpangkal mana kita memulai dan apa yang kita telusuri ke belakang??

Untuk memahami desain ini, kita lanjutkan pada studi kasus 2.

“Peneliti mau mengarifi apakah prestise zat makanan ibu mempengaruhi peristiwa BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) di Sumatera Selatan.Karena situasi BBLR tidak terlalu majuh terjadi, maka pengkaji membelakangkan lakukan melakukan penelitian dengan desain kasus kontrol”.Apa yang harus kita pahami dalam studi kasus 2 ini?

Pertama, pemeriksa menentukan kriteria kelompok pengaturan dan kasus. Cak bagi kelompok yuridiksi, peneliti memberi kriteria ialah ibu nan melahirkan anak yang tidak BBLR (>=2500 gram), sedangkan untuk gerombolan kasus, kriteria inklusinya adalah ibu yang babaran anak yang BBLR. Pengkaji ingin mengetahui asosiasi pamor gizi ibu dengan resiko terjadinya BBLR. Lalu peneliti menanyakan pertanyaan berkaitan dengan status gizi(dengan kategori harga diri gizi ibu baik dan status ibu gizi tekor) dan resiko BBLR kepada ibu-ibu yang baru sekadar melahirkan anaknya di beberapa Rumah Sakit dan Klinik Bersalin di Sumatera Selatan. Coba perhatikan silsilah desain penajaman kasus otoritas dbawah ini, dan coba buat alur yang sebanding untuk penajaman kasus BBLR.

Silahkan gambar galur eksplorasi studi kasus 2 Status nutrisi Ibu dan hal BBLR dengan pendalaman desain kasus kontrol bersendikan lembaga 8.

Berdasarkan dua studi kasus sebelumnya, mari kita simpulkan kelemahan dan keistimewaan penekanan dengan menggunakan investigasi desain kasus kontrol. Kelemahan pengkhususan dengan studi desain kasus dominasi adalah, [5],

  1. Namun bisa menanyai satu outcome atau satu kondisi kesehatan/penyakit, karena kita mulai berusul suatu kondisi kesehatan dan kita kilas mengot ke pantat banyak paparan yang kelihatannya sudah terjadi.
  2. Lain bisa menghitung angka insiden ataupun ukuran relasi absolut lainnya. Kasus dipilih bermula populasi sendang yang mempunyai outcome, sementara itu kelompok kontrol yakni runding perputaran faktor paparan dari populasi mata air, sehingga hasil perhitungan yang kita dapatkan merupakan Odds Rasio (OR). Walaupun gabungan bisa ditegakkan dengan perhitungan Odds neraca, tetapi tidak bisa menghitung resiko totaliter (abosulute risk) karena angka insidens tidak diketahui
  3. Bias pemilahan. Tidak mudah untuk memilih responden pada kelompok kontrol, karena responden sebisa kali tidak terpapar dari faktor resiko nan merupakan penyebab dari komplikasi pada gerombolan kasus, karena kemungkinan gerombolan dominasi bisa menderita sakit yang sama sama dengan kelompok kasus, semata-mata masih tahap tanpa gejala (asymptomatic group) dengan faktor resiko tersebut. Sehingga kemungkinan terjadinya bias seleksi lewat besar. Misal, bakal mencerna hubungan antara kasus kanker paru-paru dan merokok. Untuk penyortiran kasus otoritas, pengkaji harus semaksimal mungkin cak bagi memilih kerubungan ini pada pasien kelainan selain kasus kanker, nan tak terpapar dengan rokok, misal penyakit mag, pasien katarak yang bukan pencandu dsb.
  4. Digresi Keterangan. Seperti kita pahami, bahwa warta yang kita akan dapatkan tersangkut pokok siuman responden. Kerawang medis dapat meminimalisir bias informasi, tetapi tidak semua faktor resiko/paparan terdokumentasi pada suji medis. Oleh karena itu, kemungkinan distorsi pada informasi tinggi, terutama untuk kelompok kontrol. Kelompok kasus akan menuju makin menghafaz faktor resiko yang anda alami tinimbang kerumunan kekuasaan. Seperti sempurna diatas, ibu dengan anak BBLR, umumnya daya siuman akan faktor gambaran nan dia alami, memorinya akan kian janjang daripada ibu yang melahirkan bayi jamak, misalnya prestise merokok, status gizi, periksa kehamilan dan sebagainya.

Bakal kelebihanya, pasti saja desain ini terlampau tepat sekali pada kasus yang rumit terjadi di awam, sebagaimana kasus puru ajal, HIV/AIDS, sehingga kita boleh mengetahui faktor risiko satu kondisi kebugaran dengan metode retrospektif dengan cepat, responden ditanya tentang faktor paparan yang sudah lalu terjadi pada musim tertentu di periode lampau hingga terjadinya penyakit. Kemudian, desain ini dapat dilakukan pada jumlah sampel terbatas dan bisa mengeksplorasi banyak faktor paparan dimasa lampau pada satu outcome. Odds rasio nilainya mendatangi risk rasio (risk ratio), terutama sreg kasus yang jarang terjadi. Poin odds nisbah merupakan biasanya, karena kelompok kasus dan yuridiksi seharusnya mengaplus populasi dengan menyerang paparan [5].

Desain Kohort

Detik peneliti punya hari, tenaga dan kapitalisasi yang memadai dan telah banyak penelitian sebelumnya melakukan penelitian dengan desain potong lintang dan kasus-kekuasaan, maka pilihan lebih jauh yakni desain kohort. Kelebihan riset kohort adalah kita bisa menilai kausalitas karena faktor cerminan terjadi sebelum responden sakit, sehingga adanya tingkat silsilah jelas antara faktor gambaran kemudian baru terjadi remai. Oleh karena itu, tingkat bias bisa diminimalisir terutama penyimpangan informasi, karena responden diikuti makanya peneliti ke depan (prospektif). Kemudian faktor perancu bisa dikontrol dan memungkinkan beberapa outcome hasil penelitian boleh dihasilkan dalam penajaman ini. Studi ini juga dulu baik cak bagi faktor gambaran yang jarang terjadi dan memungkinkan pemeriksa cak menjumlah kredit insiden (incidence rates).

Kelemahan studi dengan desain kohort adalah memerlukan waktu yang janjang terutama buat mengerti bilyet dari beberapa faktor paparan karena desain ini biasanya lakukan menanyai komplikasi surat kabar. Desain ini lagi membutuhkan jumlah sampel pengkhususan dalam pas samudra yang bisa bermanfaat jika adanya banyak sampel yang hilang selama penelitian berlangsung privat musim tertentu (loss of follow up). Biaya yang dibutuhkan juga tidak murah pada desain ini. Kelemahan lainnya, jika kelainan yang diteliti sulit terjadi baik di group yang terpapar dan group tidak terpapar, sangat runyam sekali mencari responden dalam besaran yang adv amat banyak.

Komplet nan fenomenal adalah Framingham Cohort, yang dilakukan lega lebih dari 5209 responden nan berumur 30-62 waktu di Framingham, Ma, Boston hingga tiga generasi yang dimulai pada periode 1948 dan diikuti hingga lebih dari 50 tahun kedepan(lakukan melihat hasil penelitian dapat diakses di http://www.bmc.org/strokecerebrovascular/research/framinghamstudy.htm).

Telah kian dari 1000 publikasi bikin pengkajian ini. Contoh beberapa topik yang sudah dieksplorasi sejauh kian kurang 50 tahun itu antara lain:

  1. Faktor risiko vaskular baik yang konvensional ataupun yunior
  2. Tindakan longitudinal penyakit subklinis yang dikumpulkan melewati ultrasound kurat karotis, echocardiography, tonometry arteri dan CT dan MR penggambaran struktur dalaman , arteri pusat dan arterosklerosis koroner.
  3. Data akan halnya perubahan struktural dan fungsional subklinis yang menyertai penuaan inisiator dikumpulkan melintasi MRI otak volumetrik dan pengujian kognitif rinci.
  4. Data insiden titik penghabisan klinis stroke, gangguan kognitif ringan sonder demensia dan demensia klinis ( pembuluh bakat dan tipe alzheimer ). Data ini dikumpulkan melalui pemeriksaan dan tindak lanjut oleh juru saraf studi dan neuropsychologists. Informasi tentang fase klinis setelah onset penyakit lagi tersuguh.
  5. Pesiaran mengenai diet, aktivitas badan, depresi dan jaringan sosial
  6. Data alternatif penyebab morbiditas dan mortalitas termasuk tumor ganas, jantung dan penyakit pembuluh pembawaan perifer, tulang, paru-paru dan penyakit ginjal
  7. Database genetik padat terjadwal genom informasi polimorfisme rata gigi pada 550.000 SNP dan pemetaan lebih dari 50 gen kandidat potensial relevansi kardiovaskular pada lebih dari 9000 orang di 3 generasi

Cak bagi pengkhususan kasus 1, PTRM dan kejadian kematian akibat overdosis atau kesakitan akibat HIV/AIDS, penulis sudah lalu membuat alur penelitian dengan desain kohort dibawah ini, coba jelaskan bagaimana penelitian ini bisa dilakukan dengan desain ini !

Les Penyelidikan DESAIN EPIDEMIOLOGI

  1. Jelaskan perbedaan eksplorasi kohot dan penelitian potong lintang?
  2. Berikan sejumlah contoh judul penelitian dengan penyelidikan desain kasus supremsi?
  3. Berikan sejumlah contoh judul penekanan dengan pendalaman desain kohort?
  4. Berikan beberapa abstrak judul pengkajian dengan penajaman desain bacok lintang?
  5. Jelaskan kepentingan dan kelemahan penekanan desain kasus kontrol?
  6. Buatlah mind mapping inferensi materi studi desain observasional?

Daftar bacaan

  1. Bonita R, Baeglehole R, Kjellstorm T. Basic of Epidemiology. Switzerland: WHO Press; 2006 [cited. Available from: http://whqlibdoc.who.int/publications/2006/9241547073_eng.pdf. p.39-51
  2. Webb P, Bain C, Pirozzo S. Essential Epidemiology, An Introduction for Students and Health Professionals. New York: Cambridge University Press; 2005. p. 118-145
  3. Najmah, Nuralam Fajar, RIco Januar Sitorus. The Effect of Needle and Syringe Program on Injecting Drug Users’ Use of Non-Sterile Syringe and Needle Behaviour in Palembang, South Sumatera Province, Indonesia International Journal of Public Health Research 2022; (Spesial Issue):193-9.
  4. Najmah, L. Gurrin, M.Henry, J.Pasco. Hip Structure Associated With Hip Fracture in Women: Data from the Geelong Osteoporosis Study (Gos) Data Analysis-Geelong,Australia. International Journal of Public Health Research 2022. 2022(Special Issue):185-92.
  5. Rothman KJ. Epidemiology, An Introduction. New York: Oxford University Press; 2002. p.57-93
  6. Richards D, Les Toop, Stephen Chambers, Lynn Fletcher. Response to antibiotivs of women with symptoms of urinary tract infection but negative dipstick urine test results: double blind randomised controlled trial. BMJ. 2008 22 June 2005:1-5.
  7. Sacher PM, Maria Kolotourou, Paul M. Chadwick, Tim J. Cole, Margaret S. Lawson, Alan Lucas, et al. Randomized Controlled Trial of the MEND Acara: A Family-based Community Intervention for Childhood Obesity. Obesity. 2010;18(1):S62-S8.
  8. Elwood M. Critical Appraisal of Epidemiological Studies and Clinical Trials. New York: Oxford University Press; 2007. p. 19-44
  9. Dallas E. Study Design in Epidemiology. Melbourne; 2008 Contract No.: Document Number|.

Source: https://metopidfkmunsri.blogspot.com/2014/10/studi-desain-observasional.html




banner

×