Synopsis
Welcome to My City, the Place Where I Can be Berpenyakitan
Dom came to Jakarta with a hope of becoming an actor. His encounter with Pingkan and Radit brings him deep into the labyrinth of drug trafficking. Will he abandon his dream?
- Cast
- Crew
- Details
- Genres
Cast
Director
Producers
Writers
Editors
Cinematography
Art Direction
Sound
Costumes
Make-Up
Bengkel seni
Country
Language
Alternative Title
Jakarta, unistajate linn
Genre
Popular reviews
More
-
“Mau gue putusin, tititnya lezat.”
Sebuah potret tentang kerasnya menghidupi mimpi di Jakarta yang disajikan secara vibrant dan liar, dengan memandu konsep ala-ala
Taxi Driver-nya
Martin Scorsese. Secara style tidak memiliki begitu banyak kemiripan dengan film
Robby
sebelumnya (Ave Maryam), namun secara kekayaan
Robby
masih memilih kerjakan bermain dengan sisi banal karakternya. Idealisme
Robby
sebagai seorang sutradara modernist petak air bisa dibilang sudah lalu menjadi berasimilasi baru untuk persinemaan Indonesia, tapi secara mahajana rasanya masih banyak yang ia perlu benahi sebelum mendalam bisa adu cepat di panggung yang lebih segara. Menarik lakukan meluluk perkembangan
Robby Soediskam
bak sineas anak bangsa kedepannya. -
only
Jefri Nichol
doing his fan services. 😐 -
“Jakarta, City of Dreamers” raises the discourse in which Jakarta is seen from the perspective of the lower class as a city with a hard life, but some people still have dreams and aspirations, while many others choose to give up and face what’s in plain sight.
After watching this bioskop, I suddenly thought about
Abraham Maslow‘s
Hierarchy of Needs, where if the lowest human needs are met, humans will move up to the next stage and try to meet needs that are no longer the main thing.This film is centered around Dominik (Jefri Nichol
in his best role yet), whose life is hanging around Jakarta but has ambitions as an actor. After meeting a drug trafficking couple, Gereja… -
-
halah aneh bgt ni felem main ngontal-ngontolin orang aja. betulin dahulu noh audio lu, cast saja mahal kualitas audio low budget. kasian jefri nichol udah bintang sartan sinefil lonely penganut sekte travis bickle, pendukung jokow*, kaga pake baju selama 30% film bersama pesona rambut keteqnya, trus tiba2 kepergok onani ama wulan guritno, tau2 filmnya jadi demikian ini. gajelas bgt gaada apa2 tbtb spontan ngomong jembot peler kalam anjing kurang ngomong memek doang aaarrrggghhhh ngennnttooooottttt.
honorable mention buat dea panendra yg tampil sgt baik di filem ini meskipun harus disiksa oleh dialog aneh dan goblok, u dont deserve this:((
-
JvE
(now called
Jakarta, City of Dreamers) is quite enjoyable, though it boasts a bit too much artsy fartsy imageries that feel out of place. The highlight of the film must be the superbly engaging dialogue writing.I also love how they justify why the film calls Jakarta a city of dreamers by showing it as a cruel place where you don’t get to pick anything other than what life’s given to you if you want to survive. It makes a dream looks like a treasure.
On the other hand, I think
JvE
lacks a gripping, conclusive final bite. I don’t mind if the film wants to lead the main character into a future which none of us would ever know, but the delivery (after a relatively intriguing build-up) is kinda lackluster. -
konsepnya kek travis bickle wannabe gt tp bedanya dia
cinephile, masih
teenager, kerja kaprikornus pengedar, sama hobi ngocok 🧐 udh gt doang. nice try jefri. -
Kaprikornus gimana? Apa bermoral bukan Jakartanya nan gentur tapi kamunya yang ruai? Barang apa kitanya yang berusaha mati-matian menciptakan roh nan bagus sampai boleh jadi edan?
Aku agak merasa kurang keterikatan dengan fiil Gereja disini (Jefri Nichol sih bagus sekali). Filmnya hebat nampilin dengan frontal “segala adanya” tentang hiruk pikuk Jakarta Raya, dengan minus konflik besar nan mengiringi perjalanan Dom seorang. Tapi entah kenapa, ada rasa “hambar” disana, tau-tau udah beres aja. Interelasi antar peran pendukungnya (Guritno dan Bimo) seolah enggak berwibawa banyak terhadap kualitas hidup Dom intern prosesnya, sangat cepat Dom serampak memahami bisnis haram itu, alhasil, penonton kaprikornus langka bikin taktik sreg Dom sebagai inisiator utama cerita, sedangkan Guritno dan Bimo udah bagus sekali mainnya. Ditambah Dea Panendra, dia…
-
Film ini cukup liar, dialog sumpah laknat dengan isu kerasnya ii kabupaten Jakarta, didukung dengan kamera handheld dan editing yang terkadang cepat, membuat suasana peliknya hayat di ibu daerah tingkat terasa. Tetapi sayangnya, pengadeganannya tak natural, cenderung normatif dan banyak saat bungkam yang tak digerakan oleh aktornya dengan detail. Alurnya pun juga berlebih cepat, malah terkadang tidak berlogika. Tetapi saya masih tetep enjoy menontonnya, menyibuk kemampuan akting Jefri Nichol dan kinerja baik berusul Dea Panendra. Kecantikan Wulan Guritno berharta mencolong layar, padahal kesalahan terwalak di Ganindra Bimo nan tak lepas menggerakan gerak tubuh dan sebut dialognya. Meskipun begitu, Jakarta City of Dreamers / Jakarta Vs Everybody / The Exocet ini tak boleh dilewatkan, karena di sinilah kita akan mengawasi kemampuan Jefri Nichol misal penulis, ia berada menulis film yang cukup fresh dan menentramkan.
-
“Gw mah serahin aja sama Tuhan, ga ada urusan sama kebohongan manusia.”
-
gw ketawa kenceng sedemikian itu liat jefri nichol nulis di dinding mau milih jokowi lagi akowaokakoao
jauh kian bagus ketimbang kukira kau apartemen
wulan guritno yaitu alasan pertama gw nonton komidi gambar ini
kalo gaada dia, mungkin jakarta vs everybody cuma film yang bikin gw nyesel nontonnya karena ngeliat jefri nichol sangean“jangan perhubungan lu kurang kurangin ni komoditas, tar amal ibadah lu di akhirat juga menciut”
“tai goceng doang”
jefri nichol menyebelahi jokowi ternyata.
no gay, tapi ganindra bimo emang nagih cuy.
persamaan gw seimbang jefri adalah sama sebanding 2 mana tahu kegep coli.
oalaahh jadi jefri nichol post foto di twitter cosplay banci gara gara inipoin bagusnya :
– wulan guritno
– dea panendra 🥵🥵
– lamunan dan senyap nan… -
“You… you talkin’ to derita?”
I don’t know why I had so much fun watching Jefri Nichol as drugs courier…
Ketika mimpi hanyalah sebuah angan-angan dan khayalan bagi makhluk-hamba allah yang kehidupannya sedang berada di ujung tebing air terjun, di mana pilihannya adalah berusaha melawan arus yang sangat besar alias terbawa revolusi menuju perairan yang lebih dalam.
Menerangi jihat gelap Ibukota berpangkal sudut pandang perantau yang rela melakukan apapun demi uang. Mengepas untuk realistis walau mempunyai banyak harapan yang ingin diraih dalam hidup yang hanya sekali.
Rembulan Guritno & Dea Panendra 👀👀
*Watched on Film Online
Source: https://letterboxd.com/film/jakarta-city-of-dreamers/