Macam Macam Model Pembelajaran Terpadu
Bab I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pembelajaran Tematik
Siswa didik puas Sekolah Dasar yang duduk di inferior-papan bawah semula (kelas I, II & III) berada privat rentangan usia dini. Puas kehidupan prematur, seluruh aspek kronologi kecerdasan anak (IQ, EQ dan SQ) bertaruk dan berkembang suntuk asing biasa cepat sehingga usia ini sayang disebut usia emas (golden age) dalam kronologi anak.
Dalam aspek kronologi serebral (berdasarkan teori/tahap perkembangan kognitif Piaget), menyatakan bahwa setiap anak memiliki pendirian individual dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya, setiap momongan memiliki struktur serebral nan disebut schemata, adalah sistem konsep nan terserah dalam perhatian sebagai hasil pemahaman terhadap beraneka rupa obyek nan ada internal lingkungannya. Kognisi mengenai obyek tersebut berlangsung melangkaui proses asimilasi(menghubungkan obyek dengan konsep yang sudah terserah kerumahtanggaan pikirannya) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep dalam ingatan untuk menafsirkan obyek). Proses sparing momongan lain sekedar menghafal konsep-konsep dan fakta-fakta, sahaja merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep lakukan menghasilkan kesadaran nan lebih utuh. Belajardimaknai laksana proses interaksi mulai sejak momongan dengan lingkungannya. Sejalan dengan janjang perkembangan dan karakteristik cara anak belajar tersebut,maka pendekatan penelaahan siswa SD kelas bawah-kelas bawah awal adalah pembelajaran tematik.
B.
Rumusan Penyakit
1.
Jelaskan signifikansi abstrak pembelajaran terpadu!
2.
Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis model pembelajaran tematik beserta kelemahan dan keunggulannya!
3.
Jelaskan pentingnya nilai-nilai islam dalam penelaahan tematik!
C. Tujuan
1. Agar mengetahui makna lengkap pendedahan terpadu
2. Agar mengetahui diversifikasi-jenis model penerimaan tematik beserta kelemahan dan keunggulannya.
3. Agar mengetahui pentingnya poin-biji islam internal pembelajaran tematik.
Ki II
PEMBAHASAN
KONSEP Sumber akar Abstrak Pendedahan TEMATIK
A.
Pengertian Penataran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan satu arketipe pembelajaran yang mencoba memadukan sejumlah pokok bahasan. Riuk suatu diantaranya merupakan memadukan sentral bahasan ataupun sub ki akal bahasan atau bidang studi, keterangan demikian ini disebut juga dengan kurikulum (DEPDIKBUD, 1990: 3). Secara masyarakat pengajian pengkajian terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan urut-urutan kemampuan siswa secara optimal, makanya karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses penelaahan. Melangkaui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung intern proses belajarnya, hal ini dapat membukit sentral kemampuan siswa semakin kuat mengenai hal-kejadian yang dipelajarinya.
Adapun soekamto dkk(dalam nurulwati, 2000:10)mengemukakan dari pamrih teladan pembelajaran yaitu :’’rencana konseptual nan melukiskan prsedur yang sistematis intern mengorganisasikan camar duka berlatih cak bagi menggapai tujuan belajar tertentu ,dan berfungsi bak pedoman bikin para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam melaksanakan aktivitas sparing mengajar .’’dengan demikian aktivitas pembelajaran bersusila bermartabat merupakan kegiatan yang bermaksud terata secar
a
sistematis
,
hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan maka itu eggen dan kauchak bahwa lengkap pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru buat mengajar .
Arends(1997:7)menyatakan ‘ The term teaching model refers to a particular approach to intruction that includes its goals , syntax ,enviroment ,and man
a
gement system .’’istilah model pembelajaran mengarah lega suatu pendekatan pembelajaran tertentu terjadwal tujuanya ,sintaksnya ,lingkunganya , dan sistem pengelolaanya .
Istilah teoretis pembelajaran mempunyai makna nan lebih luas dari strategi ,metode atau prosedur . eksemplar pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang bukan dimiliki makanya strategi ,metode atau prosedur ,ciri ciri tersebut yaitu
1)
Rasional teoritik logis yang disusun oleh para kreator atau pengembangannya
2)
Kalangan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa membiasakan (maksud pemb elajaran yang akan di raih )
3)
Tingkahlaku mengajar nan di perlukan hendaknya komplet tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil dan
4)
Mileu bvelajar nan di perlukan hendaknya tujuan pengajian pengkajian itu dapat tercapai .(Kardi dan Kurat ,2000:9)
Selain ciri ciri khas lega suatu model pembelajaran , menurut Nieveen (1999), suatu model penerimaan dikatan baik jika memenuhi kriteria sebagfai berikut :
B.
Hakikat Pembelajaran Tematik
Sebelum kita membahas akan halnya model pembelajaran, terlebih dahulu akan kita kaji apakah yang dimaksud dengan
model?
Secara menyeluruh model dimaknakan umpama suatu objek ataupun konsep yang digunakan lakukan
merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang kasatmata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang makin komprehensip
(Meyer, W. J.,1985:2). Sebagai contoh, model pesawat terbang. Lengkap lain yakni ilmu ketatanegaraan, opini public diibaratka sebagai sebuah pendulum sebab ia berubah-rubah tiap periodiknya semenjak kiri ike kanan seperti itu terus per-sisten. Secara terminologi, kita dapat mengatakan bahwa pendulum adalah sebuah hipotetis untuk opini publik.
Dalam ilmu hitung kita juga mengenal istilah
acuan matematika
yaitu sebuah eksemplar nan babak bagiannya terdiri bermula konsep matematik, seperti ketetapan (konstanta), variable, fungsi, persamaan, pertindaksamaan, dan sebagainya (meyer, W. J.,
1985:2). Andai contoh model matematika gerak parabola, model matematika gerak merosot bebas dan sebagainya (Trianto, 2008:1).
C.
Perbuatan Cermin Pengajian pengkajian Tematik
Menurut Fogarty intern bukunyaHow to Integrate the Curricula, terserah 10 variasi model penelaahan terpadu, seperti mana :fragmented (penggalan),connected
(
keterhubungan),
nested(sarang),sequenced(pemencetan),
shared (irisan),webbed (jaring laba-laba),
threaded(bergalur),
integrated (terpadu), immersed (tergenang), dan networked (jaringan kerja).
Pola-model tersebut dapat diuraikan secara sumir seumpama berikut:
1.Fragmented (Penggalan)
Model Fragmented adalah sempurna pembelajaran jamak yang terpisah secara mata pelajaran. Situasi ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu tuntunan dengan latihan lainnya. Setiap indra penglihatan pelajaran diajarkan oleh suhu yang farik dan kelihatannya juga pangsa yang berbeda. Setiap mata les memiliki ranahnya spesifik dan lain ada usaha lakukan mempersatukannya. Setiap ain pelajaran berlanjut terpisah dengan aktivasi dan kaidah mengajar nan berbeda mulai sejak setiap guru.
Kelemahan eksemplar ini yakni peserta tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sepadan, kelincahan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
Keunggulan model ini yaitu master dapat menyiapkan target ajar sesuai dengan latar keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan nan diprioritaskan dalam setiap pengajaran.
2. Connected (Keterhubungan)
ModelConnectedadalah model penelaahan terpadu nan secara sengaja diusahakan untuk menyambung suatu konsep dengan konsep yang lain, satu topik dengan topik yang bukan, suatu keterampilan dengan keteramilan yag lain, tugas yang dilakukan dalam satu masa dengan tugas nan dilakukan sreg masa berikutnya, bahk
a
n ide-ide yang dipelajari plong suatu semester berikutnya dalam satu permukaan studi.
Label model ini merupakan siswa bisa memperoleh gambaran yang bertambah jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan lakukan berbuat pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara lambat-laun.
Kelemahan paradigma ini yaitu guru latar pengkajian mungkin kurang terdorong bagi menambat konsep yang tersapu karena sukarnya mengatur perian untuk merundingkannya maupun karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pengajian pengkajian secara global jadi terabaikan.
3.Nested (Sarang)
ModelNestedialah konseptual pembelajaran terpadu yang incaran utamanya yaitu materi latihan nan dikaitkan dengan kegesitan berfikir dan keterampilan mengorganisasi.
Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi. Teladan ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek pada satu mata les saja.
Saja materi pelajaran masih ditempatkan pada prerogatif utama yang kemudian dilengkapi dengan aspek kesigapan bukan. Kamil ini dapat digunakan bila guru n kepunyaan tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi sekali lagi aspek kesigapan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap menerobos aktivitas nan sudah teratur.
Nama transendental ini adalah kemampuan pelajar lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga aspek kecekatan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata pelajaran mempunyai ukuran ganda yang berguna besok cak bagi nyawa siswa mendatang.
Kelemahan acuan ini ialah dalam kejadian perencanaan, takdirnya dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek ketangkasan dapat mengacaukan teoretis pikir petatar. Pada sediakala intensi utama indoktrinasi adalah penekanan pada materi, doang akhirnya beringsut prioritasnya pada keterampilan.
4.Sequenced (Pemencetan)
LengkapSequenced merupakan konseptual penataran yang topik atau unit yang disusun pula dan diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya satu dengan yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran yang gandeng diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topik-topik nan diajarkan, tiap kegiatan akan dapat ganti mengutamakan karena tiap subjek tukar mendukung.
Keunggulan lengkap ini yaitu dalam penyusunan urutan topik, hawa memiliki keleluasaan untuk menentukan sendiri berlandaskan prioritas dan lain dibatasi makanya apa yang sudah termaktub n domestik kurikulum. Padahal dari sudut pandang petatar, pemencetan topic nan gandeng dari disiplin nan farik akan membantu mereka cak bagi memahami isi bersumber mata pelajaran tersebut.
Kelemahan eksemplar ini adalah perlu adanya kerjasama antara temperatur-guru bidang pendalaman sebaiknya dapat mengurutkan materi, sehingga terserah kesesuaian antara konsep yang ssatu dengan konsep yang lainnya.
5.Shared (Potongan)
Eksemplarshared adalah model pembelajaran terpadu yang yaitu korespondensi atau keterpaduan antara dua mata pelajaran nan tukar melengkapi dan di kerumahtanggaan perencanaan atau pengajarannya menciptakan satu titik api plong konsep, kelincahan serta sikap. Penyimpulan antara konsep latihan, kelincahan dan sikap yang tukar berbimbing satu dengan nan lainnya dipayungi dalam satu tema.
Model ini berlainan dengan arketipe sarang, dimana tema memayungi dua indra penglihatan cak bimbingan, aspek konsep, kecekatan dan sikap menjadi kesatuan nan utuh. Sedangkan sreg sempurna sarang, sebuah tema tetapi memayungi satu pelajaran saja.
Keunggulan kamil ini yaitu dalam hal mentransfer konsep secara lebih dalam, pelajar menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan alat sokong media komidi gambar kerjakan menanamkan konsep berpangkal dua ain pelajaran dalam hari yang bersamaan.
Kelemahan model ini yakni buat merumuskan rencana model pembelajaran ini diperlukan kerjasama hawa dari mata latihan yang berbeda, sehingga terlazim waktu ekstra untuk mendiskusikannya.
6.Webbed (Jejala Laba-laba)
Modelwebbed yakni abstrak pembelajaran terpadu yang menunggangi pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema disepakati, maka dikembangkan menjadi subtema dengan ogok keterkaitan dengan bidang penyelidikan lain. setelah itu dikembangkan berbagai aktivitas pembelajatran yang membantu.
Keunggulan model ini yakni faktor motivasi berkembang karena adanya penyortiran tema yang didasarkan pada minat siswa. Mereka boleh dengan mudah melihat bagaimana kegiatan nan farik dan ide nan berbeda dapat silih bersambung, kemudahan untuk lintas semester dalam KTSP sangat mendukung untuk dapat dilaksanakannya teoretis pembelajaran ini.
Kelemahan kamil ini adalah kecenderungan bagi mengambil tema sangat dangkal sehingga cacat bermanfaat bagi siswa. Selain itu seringkali master terfokus lega kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan. Perlu terserah keseimbangan antara kegiatan dan peluasan materi pelajaran.
7.Threaded (Bergalur)
TransendentalThreaded merupakan model pembelajaran yang memfokuskan pada metakurikulum yang mengambil alih atau yang berpotongan dengan inti subyek materi. Misalnya untuk melatih keterampilan berfikir (problem solving) dari beberapa indra penglihatan pelajaran dicari bagian materi nan merupakan fragmen darikeburukan solving. Seperti suku cadang memprediksi, meramalkan keadaan yang menengah berlantas, mengantisipasi sebuah bacaan, hipotesis laboratorium dan sebagainya. Kecekatan-kecekatan ini yaitu pangkal yang saling berkaitan. Ketangkasan yang digunakan dalam model ini disesuaikan kembali dengan perkembangan arwah pesuluh sehingga enggak tumpan tindih.
Keunggulan model ini adalah konsep berputar sekitar metakurikulum nan menekankan sreg perilaku metakognitif. Eksemplar ini membuat murid bisa belajar bagaimana seharusnya belajar di masa nan akan datang sesuai dengan laju perkembangan era kesejagatan. Nilai lebih dari model ini adalah materi bakal tiap mata tutorial konstan sejati sehingga siswa yang mempunyai tingkat pemikiran superor dapat n kepunyaan arti transfer lega kegesitan vitalitas.
Kelemahan paradigma ini yakni persaudaraan isi antar materi pelajaran bukan terlalu ditunjukkan secara eksplisit sehingga siswa abnormal dapat mencerna keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Guru wajib memahami kelincahan dan strategi yang digunakan siswa moga boleh mengembangkan dirinya.
8.Integrated (Keterpaduan)
Model integrated yaitu model pengajian pengkajian terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Ideal ini diusahakan dengan cara menggabungkan latar eksplorasi dengan prinsip menetapkan prerogatif kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap nan saling bertindihan di dalam beberapa mata tuntunan. Cak bagi takhlik tema, temperatur harus menyeleksi terlebih ahulu konsep dari sejumlah ain tutorial, selanjutnya dikaitkan dalam suatu tema bikin memayungi beberapa netra pelajaran, intern satu paket pendedahan bertema.
Keunggulan model ini adalah siswa merasa suka dengan adanya keterkaitan dan perpautan timbang bengot antar bervariasi disiplin ilmu, memperluas wawasan dan apresiasi master, jika boleh diterapkan dengan baik maka boleh dijadikan model penelaahan yang sempurna di lingkungan sekolah“integrated day”
Kelemahan transendental ini adalah sulit mencari keterkaitan antara alat penglihatan pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan nan terkait. Dibutuhkan banyak perian pada beberapa ain pelajaran untuk didiskusikan kemujaraban berburu keterkaitan dan mencari tema.
9.Immersed (Terbenam)
Cerminimmersed adalah contoh penelaahan yang mengikutsertakan bilang mata pelajaran dalam suatu kiriman. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, juga harus mempelajari fisika dan setiap mata latihan tersebut terserah kesatuannya. Model ini dapat pula diterapkan pada siswa SD, SMP, maupun SMA kerumahtanggaan bentuk order di akhir semester.
Keunggulan konseptual ini adalah setiap pelajar mempunyai kohesi mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak sekalian pesuluh nan tak akan belajar dari pelajar lainnya. Mereka terpacu lakukan dapat menghubungkan mata cak bimbingan nan satu dengan yang lainnya. Mata pelajaran menjadi makin terfokus dan petatar akan selalu mencari tahu segala apa yang menjadi pertanyaan baginya, sehingga pengalamannya menjadi kian luas. Model ini melatih kreatifitas berfikir peserta secara sedikit berangsur-angsur berasal tahapan SD hingga SMA. Bagi siswa kelas 4 SD transendental ini dapat dilaksanakan pada hari HUT RI. Misalnya mereka cipta sebuah pesawat terbang yang setolok lalu dipamerkan.
Kelemahan pola ini adalah siswa yang tak senang membaca akan mendapat kesulitan utnuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Guru terbiasa waktu untuk mengorganisir semua kegiatan kiriman yang dilaksanakan maka itu pelajar nan tersususn secara baik dan terencana sebelumnya.
10.Networked (Jaringan Kerja)
Modelnetworked ialah komplet pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli internal mencari data, butir-butir, atau lainnya sehubungan dengan alat penglihatan pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga murid secara tidak langsung mencari adv pernah berpokok bermacam ragam sumber. Sumber dapat berwujud ki akal bacaan, internet, saluran radio, TV, maupun teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya koteng artinya pesuluh termotivasi berlatih karena rasa kepingin tahunya yang lautan dalam dirinya.
Tera model ini ialah siswa memperluas wawasan pengetahuan plong satu maupun dua mata pelajaran secara betul-betul dan sempit sararannya. Hal ini biasanya muncul secara bukan sengaja sejauh proses pembelajaran di inferior madya berlangsung.
Kelemahan model ini yakni kemungkinan motivasi pesuluh akan berubah sehingga kedalaman materi pelajaran menjadi cangkat secara enggak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.
Tentu tetapi mulai sejak model-model penataran terpadu seperti nan mutakadim dikemukakan makanya Robin Forgarty dan Jacobs diatas, tidak semuanya tepat diterapkan disekolah dasar Indonesia. Menurut hasil pengkajian tin pengebangan PGSD (1997), terdapat tiga model pembelajaran terpadu nan nampaknya paling kecil cocok ataupun tepat diterapkan disekolah asal kita, yakni model jarring laba-laba(webbing),contoh keterhubungan (connected) edan nodel keteroaduan (integrated).
Dibawah ini diuraikan ketiga model pembelajaran terpadu tersebut beserta kelebihan dan kelemahan pada pelaksanannnya.
1.
Kamil jarring galagasi
Konseptual pendedahan ini adalah model pembelajaran terpadu nan menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini mulai dengan pendekatan tema nan kemudian dikembangkan menjadi subtema dengan mencamkan keterkaitan tema tersebut dengan mata kursus yang terkait. Dari subtema tersebut diharapkan aktivitas pelajar dapat berkembang dengan sendirinya.
·
Kekuatan pembelajaran terpadu pola jarring laba-laba yaitu bagaikan berikut:
a.
Adanya factor motivasional yang dihasilkan mulai sejak menyeleksi tema yang sangat dimnati.
b.
Model jarring kawa-kawa relative bertambah mudah dilakukan maka itu master yang belum berpengalaman .
c.
Lengkap ini mempermudah per4encanaan kerja tim untuk mengembangkan tema kedalam semua latar isi pelajaran
·
Kelemahan pendedahan terpadu model jarring laba-laba sebagai berikut:
a.
Persiapan yang elusif n domestik penelaahan terpadu model jarring kawa-kawa adalah menyeleksi tema.
b.
Adanya kecendrungan menyusun suatu tema yang dangkal sehingga hal ini cuma berguna secara artificial didalam perencanaan kurikulum.
c.
Master dapat menjaga misi kurikulum.
d.
Dalam pembeljaran master kian focus plong kegiatan tinimbang pengembangan konsep.
2.
Abstrak keterhubungan (Connected)
Model keterhubungan adalah model penerimaan terpadu yang secara sengaja diusahakan cak bagi menyambat suatu konsep dengan konsep bukan, satu topic dengan topik, suatu kegesitan dengan keterampilan lain, tugas-tugs yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan dihari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari dalam suatu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari puas semester berikutnya didalam suatu mata pelajaran.
·
Kekuatan penataran terpadu model keterhubungan adalah:
a.
Dengan mengarih ide-ide intern satu ain pelajaran,siswa memilikim keuntungan bayangan yang besar seperti halnya satu ain kursus yang terfokus pada satu aspek.
b.
Konsep-konsep kunci dikembangkan petatar secara terus menerus sehingga terjadi internalisasi.
c.
Mengaitkan ide-ide dalam suatu mata les memungkinkan petatar mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki dan mengasimilasi ide secara berangsur-angsur dan memudahkan transfer atau hijrah ide-ide tersebut dalam memecahkan ki aib.
·
Kelemahan model pembelajaran keterhubungan merupakan:
a.
Berbagain mata pelajaran didalam model ini patuh terpisah dan Nampak tidak tercalit, walaupun hubungan dibuat secara eksplisit anata mata pelajaran (interdisiplin).
b.
Suhu bukan didorong bikin berkreasi secara refleks sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide antara mata pelajaran.
c.
Aksi-operasi yang terkonsentrasi bikin mengintegrasikan ide-ide dalam suatu alat penglihatan pelajaran dapat melupakan kesempatan lakukan mengembangkan perkariban nan lebih global dengan matapelajaran lain.
3.
Transendental keterpaduan (integrated)
Contoh ini merupakan pembelajaran terpadu nan memperalat pendekatan antar mata pelajaran. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan alat penglihatan pelajaran dengan cara menetapkan prerogatif kurikuler dan menentukan keterampilan, konsep, dan sikap nan tukar bertindihan didalam beberapa mata cak bimbingan. Beberapa dengan model jarring gonggo yang memaui pemilihan tema dan pengembangannya sebagi persiapan awal maka internal konseptual keterpaduan temayang terkait dan bertumpang tindih adalah hal yang terakhir yang kepingin dicari dan dipilih makanya guru intern tahap perencanaan programa. Pertama suhu menyeleksi konsep-konsep ketangkasan dan sikap yang diajarkan intern satu semester dari beberapa mata pelajaran, lebih lanjut dipilih beberapa konsep, keterampilan dan sikap nan mempunyai keterhubungan yang erat dan titip tindih diantara bermacam rupa mata cak bimbingan.
·
Kekuatan lengkap keterpaduan antaralain:
a.
Menggampangkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan diantara berbagai macam mata pelajaran.
b.
Memungkinkan pemahaman antar netra cak bimbingan dan memberikan penghargaan terhadap takrif dan keahlian.
c.
Mampun membangun motivasi.
·
Kelemahan model keterpaduan antaralain:
a.
Contoh ini model yang suntuk sulit diterapkan secara mumbung.
b.
Eksemplar ini menghendaki guru nan terampil, percaya diri dan menyelesaikan konsep, sikap dan keterampilan yang sanagt diprioritaskan.
c.
Model ini menghendaki tim antar netra cak bimbingan nan kadang kala rumit dilakuakn, baik privat perencanaan maupun pelaksanaan.
D.
Nilai-skor Islami Dalam Pembelajaran Tematik
1.
Pentingnya Integrasi Skor-nilai Islami sreg Proses Membiasakan Mengajar
Bertolak bersumber rumusan UU Sistem Pendidikan Nasional RI No. 20 tahun 2003 pasal 339, yang mengisyaratkan bahwa harapan pendidikan Indonesia membidikkan warganya kepada roh nan beragama. Maka andai salah satu lembaga realisasi dari UU Sisdiknas tersebut, Integrasi adalah alternatif nan harus di memperbedakan bikin menjadikan pendidikan lebih berwatak mondial
(teratur-holistik).
Gagasan integrasi (nilai-poin islami [agama] dan umum) ini bukanlah sebuah pustaka bakal meraih simpatik akademik, melainkan sebuah kebutuhan mendesak yang harus dijalankan misal pedoman pendidikan nan cak semau, mengingat pendidikan selama ini dipengaruhi oleh dualisme yang kental antara ilmu-doktrin dan hobatan-hobatan umum/ sekuler yang menyebabkan dikotomi guna-guna, sebagaimana dipaparkan di atas.
Bukti berwujud dari kebutuhan adanya panduan dan model integrasi ilmu ini ditunjukan dengan diselenggarakannya berbagai seminar nasional berkenaan dengan reintegrasi ilmu, sampai puas politik dari pemerintah, seperti strategi integrasi madrasah ke dalam sistem pendidikan nasional dalam UUSPN No. 2 masa 1989, madrasah mengalami perubahan “sekolah agama” menjadi “sekolah publik bercirikan khas islam”.
Pengintegrasian madrasah ke dalam sistem pendidikan nasional menemukan titik puncaknya pada awal 2000, setelah Presiden RI ke-4 K.H. Abdurrahman Wahid yang memungkirkan struktur kementrian pendidikan dari “Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjadi “Departemen Pendidikan Nasional”. Berlandaskan Hal itu Abdurrahman Wahid menggulirkan ide “pendidikan suatu atap” sistem pendidikan kewarganegaraan dan memiliki status serta hak yang sama. Inilah yang diharapkan dan mengakhiri dikotomi “pendidikan umum” dan “pendidikan Selam”.
Sejarah menunjukan, sudah sejak lama sebelum Istilah
Integrasi
memposisikan diri dalam menyerahkan kerangka normatif Nilai-ponten Islami pada penelaahan, sebelumnya bahkan sebatas saat ini gagasan
Islamisasi Sains
menjadi
Jargon
yang berbintang terang sambutan luar biasa mulai sejak cendikiawan Mukminat, mulai Al-Maududi 1930-an, S.H. Nasr, Naquib Al-Attas dan Ja’far Syaikh Idris hari 1960-1970-an; Ismail Al-Faruqi masa 1980-an; sampai pada Ziauddin Sardar. Islamisasi sains tersebut tidak lain adalah sebuah reintegrasi ilmu, dalam menangkal ilmu (sekuler) yang disertai isme-isme nan cak bertengger dari luar yang belum tentu sesuai dengan peredaran darah dan tarikan nafas yang kita anut, yang akhir-intiha ini dikenal istilah
integrasi
.
Sebagai hasil kebutuhan tersebut, untuk tingkat Universitas, akademisi maupun awam misalnya dari buku
Integrasi Ilmu; sebuah rekonstruksi holisitk
catatan Mulyadi Kertanegara, nan diharapkan menjadi buku daras untuk UIN walaupun masih bersifat umum.
Melacak jejak Tuhan: Kata tambahan Islami atas Sains
catatan Mehdi Golshani nan sekarang menjadi
peruntungan paten milik negara
dan makanya Diknas diedarkan kelembaga pendidikan SMP dan SMA. Bahkan secara revolusioner Armahedi Mahzar menerbitkan
Revolusi Integralisme Islam: ‘Mengekspresikan Eksemplar Sains dan Teknologi Islami’,
2004. Inilah beberapa alasan mendasar pentingnya integrasi untuk diterapkan dalam penataran.
Dalam lingkup mikro, masih minimnya panduan Integrasi Nilai-nilai Islami pada proses pembelajaran di sekolah baik teladan, metode, ataupun pendekatan pembelajaran, dirasa terbiasa [kalau bukan harus] untuk menginterpretasikan kembali seluruh materi pelajaran sekolah dengan pikulan-muatan nilai yang Islami. Maksud kurikulum pendidikan Islami tak tetapi menyorong anak pelihara untuk mampu berkomunikasi tanpa pimpinan hamba allah lain dan sekaligus dapat menyelesaikan masalah dengan baik, akan saja bertambah sebagai jiwa atau ruh dari pendidikan itu. Seperti mana pendidikan yang diajarkan Rasulullah Muhammad saw., yang bertambah mengutamakan tata susila buat ummatnya
“li utammima makarim al-kesopansantunan“.
Harapan pendidikan nilai plong dasarnya membantu berekspansi kemahiran berinteraksi pada tahapan yang lebih tinggi serta meningkatkan kekompakan dan kesetiakawanan interaksi maupun apa yang disebut Piaget umpama ekonomi interaksi maupun menurut Oser dinyatakan dengan peristilahan solidaritas komunikasi. Tujuan pendidikan skor tidak boleh tercapai tanpa aturan-aturan, pengajaran alias pertimbangan prinsip-prisnip membiasakan. Namun sebaliknya, galakan moral suku cadang pembentukan struktur itu sangat terdepan. Makanya karena itu, pendidik seharusnya lain doang sekedar membekali dan menjejali siswa dengan siaran tentang maksud serta analisis berpunca susunan antara tujuan dengan perangkat (W. Sumpeno, 1996:27).
Pentingnya integrasi pendidikan nilai tersebut menjadi satu tulangtulangan normatif dalam memformulasikan tujuan pendidikan Islam sebagaimana diungkapkan Ali Asraf bahwa intensi pendidikan Islam:
Pertama,
mengambangkan wawasan spiritual yang semakin tekun dan melebarkan pemahaman rasional tentang Islam internal konteks nyawa modern.
Kedua,
membekali anak didik dengan berbagai kemampuan makrifat dan amal, baik pengetahuan praktis, kesentosaan, lingkungan sosial, dan pembangunan kewarganegaraan.
Ketiga,
berekspansi kemampuan pada diri momongan didik untuk menghargai dan membenarkan superioritas komparatif peradaban dan peradaban Islam di atas semua peradaban lain.
Keempat,
memperbaiki galakan emosi melalui pengalaman imajinatif, sehingga kemampuan kreatif dapat berkembang dan berfungsi mencerna norma-norma Selam nan benar dan yang salah.
Kelima,
membantu momongan nan sedang merecup untuk belajar berpikir secara logis dan membimbing proses pemikirannya dengan berpegang sreg premis dan konsep-konsep pesiaran yang dituntut.
Keenam,
mengembangkan, menghaluskan, dan memperdalam kemampuan komunikasi dalam selidik tulis dan bahasa latin (asing).
E.
Paradigma, Metode dan Pendekatan Pembelajaran yang Koheren dengan Nilai-nilai Islami
Karunia nilai-nilai Islami pada proses pendedahan tentunya harus melalui etika dan pola pembelajaran yang sistematis mengimak model, metoda, pendekatan sebagai bentuk strategi sparing mengajar yang digunakan sehingga tujuan dapat terulur secara maksimal. Dibawah ini diuraikan beberapa model, metode dan pendekatan penerimaan terpadu n domestik penerimaan.
a. Transendental-model Pembelajaran Terpadu
Achmad (2002:14) sebagaimana pendapat yang dikutipnya dari Fogarty (1991) mengungkapkan bahwa terdapat 10 lengkap pembelajaran terpadu nan dikelompokan menjadi tiga tipe hipotetis:
Tipe Permulaan, yaitu kamil pembelajaran terpadu privat satu meres penelitian
(cermin Fragmented, Connected, dan Nested).
Macam kedua, yaitu komplet pembelajaran terpadu antar parasan penajaman
(model Sequened, Shared, Webbed, Threaded, dan Integrated).
Jenis ketiga, yaitu model penataran terpadu dalam faktor diri peserta
(konseptual Immersed dan Networked)
Berdasarkan tipe kamil-model diatas, ideal yang sesuai dengan tema disini adalah abstrak tipe kedua, jenis modelnya ialah paradigma
Threaded
dan
Integrated.
Threaded
ialah model keterpaduan nan menghubungkan atau mengaitkan secara mendasar sehingga terdapat lembar merah nan dapat menghubungkan dan dikembangkan lebih luas.
Integated
yakni abstrak keterpaduan yang bertitik n sogokan pada paralelisme topik/ konsep yang terjadi berpunca bermacam-macam bidang yang dapat dirumuskan menjadi satu.
Sementara itu model-eksemplar pendedahan terpadu yang digunakan oleh Imran Siregar dalam
Riset Pendidikan Terpadu
di Probolinggo Jawa Timur antara enggak:
-
Sempurna
Connected
(transendental keterhubungan) adalah abstrak pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk merintih satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu ketangkasan dengan keterampilan tak, tugas-tugas yang dilakukan sehari-hari dengan tugas-tugas berikutnya, di kerumahtanggaan suatu bidang studi.
-
Model
Webded
(sempurna jaringan laba-laba), pola ini adalah pembelajaran terpadu yang memperalat pendekatan tematik.
-
Model Integrated (model keterpaduan), lengkap ini yakni pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antara bidang studi dengan menjadwalkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap nan saling tumpang tindih dalam bilang bidang studi.
Berbeda dengan eksemplar laba-laba yang memaksudkan pemilihan tema dan pengembangannya ibarat langkah awal, maka internal model keterpaduan tema-tema yang saling terkait dan bertindihan merupakan peristiwa terakhir nan kepingin di cari dan dipilih guru dalam tahap perencanaan acara. Selain itu, pembelajaran terpadu lagi memungkinkan siswa buat memaklumi satu fenomena dari barang apa sisi. Lega gilirannya, peristiwa ini akan membuat siswa menjadi makin arif dan bijak privat menyikapi ataupun menghadapi peristiwa yang terserah dihadapan mereka.
b. Metode dan Pendekatan Terpadu
Dalam melebarkan pendedahan yang terintegrasi nilai-kredit Islami (agama), diperlukan suatu pedoman yang boleh digunakan bakal menerapkan dalam pembelajaran tersebut. Cak bagi itu diperlukan
Broad Curriculum (Integrated Curriculum)
nan pertama kali diperkenalkan makanya Thomas Huxley pada perian 1969 di London sebagaimana diungkapkan Harry Suderadjat (Achmad Barik Marzuq, 2002:16). Kurikulum yang terpadu sreg pendedahan dengan poin-nilai Islami sangat diperlukan kerjakan mempermudah hawa dalam mengimplementasikannya.
Pengejawantahan kurikulum yang terpadu pada proses pembelajaran, tentunya tidak terlepas dari bagaimana strategi membiasakan mengajar yang hendak disampaikan pada siswa, situasi ini pun terkait dengan metode dan pendekatan apa yang harus di gunakan. Suharsimi Arikunto (1993:306-307) mendefinisikan metode, pendekatan dan strategi belajar mengajar ialah:
Metode mengajar adalah prinsip-cara atau teknik nan digunakan privat mengajar, misalnya; orasi, tanya jawab, sawala sosiodrama, demonstrasi, dan eksperimen. Pendekatan bertambah menunjukan pada bagaimana kelas dikelola, misalnya secara makhluk, keramaian dan klasikal. Steategi pembelajaran menunjuk kepada bagaimana hawa menata keseluruhan proses belajar mengajar, meliputi: mengatur waktu, pemenggalan penyajian, pemiliham ,etode, dan pemilihan pendekatan.
Dengan memaklumi metode, pendekatan pembelajaran terpadu yang digunakan maka pada prosesnya dapat mencapai target dan tujuan “nilai” pendidikan yang diharapkan. Pendidikan ponten berniat bagi menentukan sikap maupun tingkah laku seseorang. Atmadi (2001:82) membeberkan bahwa metode nan ditempuh untuk hingga ke pamrih pendidikan biji tersebut antara lain:
1.
Metode menasihati
(moralizing)
ialah metode pendidikan nilai di mana koteng pendidik secara langsung mengajarkan sejumlah poin yang harus menjadi karier hidup murid ajar. Dalam metode ini pendidik dapat menggunakan lektur, berpidato, memberi nasehat atau memberi instruksi kepada petatar pelihara agar mengakuri saja sejumlah nilai perumpamaan pegangan kehidupan.
2.
Metode serba membiarkan
(a laissezfaire attitude), ialah metode pendidikan skor dimana seorang pendidik membagi kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk menentukan saringan terhadap nilai-kredit nan ditawarkan maka dari itu pendidik. Pendidik namun menerimakan penjelasan tentang nilai-kredit minus memaksakan kehendaknya koteng bahwa ponten ini atau itu nan seharusnya dipilih maka itu peserta didik hanya setelah membagi penjelasan pendidik mempersilahkan peserta didik menjumut sikap koteng-seorang.
3.
Metode Model(modelling)
yaitu metode pendidikan nilai dimana koteng pendidik mencoba andal pelajar bimbing bahwa nilai tertentu itu memang baik dengan cara memberi contoh dirinya atau seseorang umpama pola penghayat angka tertentu, pendidik berkeinginan peserta bimbing tergoyahkan cak bagi menirunya.
Sedangkan metoda pendidikan poin yang dipakai oleh Sutajo Adisusilo (Atmadi, 2001:71-91) adalah metoda VCT
(Value Clarification Technique).
VCT merupakan teknik ekspose skor. Dengan metode ini kredit tidak diajarkan secara doktriner, namun disimpulkan atau ditemukan sendiri maka itu peserta didik berpunca sejumlah kegiatan pencekokan pendoktrinan. VCT merupakan cara atau proses di mana pendidik membantu makhluk atau petatar pelihara menemukan nilai-kredit yang melatarbelakangi tingkah lakunya serta pilihan-saringan penting yang dibuatnya. N domestik kenyataannya peserta didik atau orang harus terus-menerus menentukan nilai laksana dasar tindakannya.
Pandangan Harmin dkk., menunjukan bahwa VCT akan mengantar peserta tuntun mempunyai ketangkasan atau kemampuan menentukan sortiran yang tepat sesuai pamrih hidupnya. Salah satu metoda VCT merupakan dengan interpolasi tanya n domestik suatu kegiatan berlatih mengajar. Maksudnya, ada pertanyaan tentang nilai yang sengaja disisipkan di tadinya, ditengah, atau diakhir pengajaran suatu mata pelajaran. Bentuk pertanyaan VCT bervariasi sesuai dengan intensi yang diharapkan pendidik, diantaranya ialah:
Soal penjajagan (di sediakala pengajaran, di tengah, atau pengunci pengajaran untuk validasi hasil sementara atau hasil intiha). Lontaran pertanyaan jenis ini bila terjawab oleh peserta ajar, sepatutnya jangan disusul oleh pertanyaan mencari alasan alias
reasoning
sebelum jumlah penjawab sesuai dengan maksud kita. Penghargaan (substansial pujian) jangan sangat diberikan sebelum jumlah penjawab yang diharpkan terlampiaskan. Penjajagan klarfifikasi dan pertanyaan
reasoning
yang dilakukan n domestik proses belajar mengajar bukanlah
performance test, dan jangan diberi nilai, karena membenihkan biji jawaban demi jawaban akan mengunci dan membatasi anak intern menjawab. (Atmadi, 2001:82-83)
Proses penilaian merupakan proses nan utama n domestik pengembangan poin dalam pembelajaran. Barman (1097) dan Abdul Aziz (1996) mengemukan enam alternatif pendekatan bagi terjadinya proses valuing dalam pengajian pengkajian antara lain pendekatan buat ekspansi kognitif, penanaman nilai, perkembangan tata krama, kejelasan biji-nilai
(value clarificarion),
belajar tindakan
(action learning),
dan analisis.
Pendekatan pengembangan serebral akan bertambah memberikan kesempatan pada peserta bikin berharta mengembangkan pola-pola penalaran yang lebih kegandrungan didasarkan pada seperangkat nilai. Pendekatan penanaman kredit kian bersifat indoktrinasi dalam pengembangan nilai. Proses
valuing
dengan pendekatan ini lebih adalah internalisasi skor-nilai tertentu yang dimiliki guru dan masyarakat kepada diri momongan atau memungkiri biji-kredit momongan kearah poin-nilai tertentu yang dikehendakinya. Pendekatan jalan kepatutan membantu momongan meluaskan penalaran moralnya melewati pemakaian babak dilema moral seperti yang dikembangkan Lawrence Kohlberg. Pendekatan kejelasan nilai-nilai mengasihkan kesempatan kepada anak kerjakan mengingat-ingat dan mengenal kredit-nilainya dan juga nilai orang enggak, serta mengkomunikasikan secara terbuka nilai-ponten mereka. Tujuan penting pendekatan sparing tindakan ialah menjatah kesempatan kepada momongan buat melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan nilai-nilainya melangkaui permainan peran, simulasi, diskusi dan sebagainya. Pendekatan analisis menyempatkan pengalaman belajar menggunakan pemikiran makul serta pengkhususan ilmiah bikin mengevaluasi isu-isu melalui diskusi, mengerjakan studi dan analisis kasus (Harry Firman, 1988:29).
BAB III
KESIMPULAN
1.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pusat bahasan. Keseleo satu diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang pengkajian
2.
Macam-macam contoh pembelajaran tematik beserta kelemahan dan keunggulannya
a.
Acuan tersapu (Connected model)
b.
Model pengajian pengkajian Jaring laba- laba (webbed hipotetis)
c.
Model intregasi (intregated teoretis)
3.
Pentingnya nilai-ponten selam dalam pengajian pengkajian tematik
kurikulum pendidikan islam bukan bisa namun mengutamakan agama tetapi melengahkan pengetahuan umum. Sebagai halnya sebaliknya, kurikulum di lembaga pendidikan selam tidak bisa mengutamakan takrif umum saja dan mengabaikan pendidikan agamanya. Jadi antara laporan umum dan agama harus setimpal. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan kebijakan pembelajaran yang bisa mengintegrasikan antara warta umum dengan kredit-nilai agama islam. Dan strategi yang dapat dijadikan sebagai pilihan adalah pembelajaran tematik.
DAFTAR PUSTAKA
Trianto.2010.Mengembangkan abstrak pendedahan tematik
.Jakarta : Prestasi pustaka
Cuncun,Siti kemujaraban .2011.Skripsi.Upaya suhu intern meningkatkan hasil belajar pesuluh melalui pendekatan tematik
.Bandung
Hernawan,Heri A .2008.Kunci pembelajaran terpadu SD.Institut terbuka
Hernawan, Heri A dan Resmini ,Novi .2009.Pembelajaran Terpadu (Tematik).Jakarta :Direktorat Jendral Pendidikan Islam dan Departemen Agama RI
Source: https://atibilombok.blogspot.com/2014/06/pengertian-dan-jenis-jenis-model.html