Macam Macam Model Pembelajaran Kooperatif Learning
Pengertian Komplet Pembelajaran Kooperatif
Transendental pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran yang mengutamakan kooperasi peserta didik intern kegiatan sparing. Seperti nan dikemukakan Huda (2015, hlm. 32) pembelajaran kooperatif mengacu pada metode penelaahan di mana siswa bekerja sama dalam kelompok boncel dan saling membantu internal belajar.
Melengkapi penjelasan di atas, menurut Rusman (2018, hlm. 202) Penataran kooperatif atau
cooperative learning
merupakan rencana penerimaan dengan mandu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kerumunan katai secara kolaboratif dengan struktur kelompok nan berkepribadian heterogen. Artinya, kelompok belajar yang disusun haruslah heterogen dan bukan pandang bulu.
N domestik kaitannya dengan macam kelompok sreg konseptual pembelajaran kooperatif, hal yang dapat dilakukan cak bagi memastikannya yakni mengamalkan sistem pengacakan dalam menentukan kelompok . Intinya, jangan biarkan siswa membentuk kelompoknya koteng agar konsepsi heterogen dapat menerap dengan baik.
Namun apakah pembelajaran kooperatif hanya mengetem n domestik kategorisasi petatar belaka? Bukankah hal sama dengan ini sudah sah dilakukan? Buat memastikannya, ada baiknya takdirnya kita menelaah bilang pendapat para pakar tentang konotasi pembelajaran kooperatif.
Berikut adalah beberapa denotasi penerimaan kooperatif atau cooperative learning menurut para ahli.
Warsono & Hariyanto
Menurut Warsono & Hariyanto (2014, hlm. 161) penataran kooperatif adalah model pembelajaran yang menyertakan sejumlah kelompok kerdil pesuluh sandar-menyandar dan berlatih bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk menyentuh maksud penelaahan yang dirumuskan.
Roger, dkk
Cooperative learning
adalah aktivitas pembelajaran kelompok nan diorganisir oleh satu cara bahwa penelaahan harus didasarkan pada perubahan pemberitaan secara sosial di antara kelompok-kelompok penerimaan nan di dalamnya, setiap pembelajar berkewajiban atas pembelajarannya sendiri serta didorong buat meningkatkan pembelajaran anggota kelompok yang tidak (Roger, dkk dalam Huda, 2022, hlm. 29).
Syaifurahman & Ujiati
Cooperative learning
merupakan kegiatan penelaahan dengan pendirian berkolompok cak bagi bermitra saling kondusif mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri (Syaifurahman & Ujiati, 2022, hlm. 75).
Parker
Parker (dalam Huda, 2022, hlm. 29) pengajian pengkajian kooperatif yaitu pembelajaran yang membuat siswa saling berinteraksi dalam kerubungan-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi hingga ke tujuan bersama. Pesuluh harus aktif dalam proses penerimaan baik secara individu ataupun kelompok agar pembelajaran kooperatif tercapai tujuannya, yakni peserta boleh belajar dengan senang dan kebutuhan pembelajaran bisa tercapai.
Hamdayama
Menurut Hamdayama (2016, hlm. 145) pembelajaran kooperatif yakni rangkaian kegiatan berlatih yang dilakukan oleh siswa kerumahtanggaan kelompok-kelompok tertentu bakal mencecah pamrih pembelajaran nan telah dirumuskan.
Prosedur Model Cooperative Learning
Agar mencapai tujuan yang diharapkan, terdapat unsur-unsur berupa sintak/sintaks maupun acuan langkah dan tinggi yang harus diikuti. Hamdayama (2016, hlm. 148-149) menyatakan setidaknya terdapat empat tahap terlazim yang harus dilalui dalam pembelajaran kooperatif, yakni bagaikan berikut.
-
Penjelasan materi
(Present information)
Tahap penjelasan diartikan sebgai proses presentasi pokok-kiat materi pelajaran sebelum pesuluh belajar dalam keramaian. Intensi utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap anak kunci materi latihan. Pada tahap ini, master memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran nan harus dikuasai nan lebih lanjut siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. Pada tahap ini, guru menggunakan metode orasi, curah pendapat, dan pertanyaan jawab, bahkan kalau mesti guru juga dapat menunggangi majemuk media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik peserta. -
Berlatih intern gerombolan
(Organize students into learning teams)
Setelah guru mengklarifikasi gambaran mahajana mengenai pokok-pokok materi cak bimbingan. Selanjutnya, siswa diminta lakukan belajar pada kelompoknya masingmasing nan telah dibentuk sebelumnya. -
Penilaian
(Test on material)
Penilaian n domestik arketipe penerimaan kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Pemeriksaan ulang alias kuis dilakukan baik secara spesial maupun kerubungan. Verifikasi individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa, dan pengecekan keramaian akan memberikan informasi kemampuan setiap gerombolan. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki skor sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kerubungan adalah skor bersama intern kelompoknya, yang yakni hasil kerja sama setiap anggota keramaian. -
Pengakuan Gerombolan
(Provide recognition)
Pengakuan kelompok adalah penetapan kelompok mana nan dianggap paling menonjol maupun gerombolan mana nan paling kecil berprestasi, nan layak diberikan kasih alias reward. Persaksian dan hidayah pujian tersebut diharapkan boleh memotivasi kelompok kerjakan terus berprestasi dan sekali lagi membangkitkan pecut kelompok bukan lakukan makin mampu meningkatkan prestasi mereka.
Sintak dan Penerapan Kamil Pembelajaran Kooperatif
Sedangkan, Suprijono (2015) memaparkan sintak, langkah, ataupun penerapan model penelaahan kooperatif terdiri mulai sejak enam fase sebagai berikut.
No. | Fase | Kegiatan |
---|---|---|
1. |
Present goals and set (Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa) |
Menguraikan tujuan penataran dan mempersiapkan siswa siap membiasakan |
2. |
Present information (Menyajikan informasi) |
Mempresentasikan kenyataan kepada siswa secara verbal |
3. |
Organize students into learning teams (Mengorganisir siswa ke dalam tim-tim berlatih) |
Menyerahkan penjelasan kepada siswa tentang tata kaidah pembentukan skuat belajar dan membantu keramaian mengamalkan peralihan yang efisien |
4. |
Assist team work and study (Membantu kerja cak regu dan sparing) |
Mendukung skuat-skuat belajar selama siswa mengerjakan tugasnya |
5. |
Test on the materials (Mengevaluasi) |
Menguji pengetahuan siswa adapun berbagai rupa materi pembelajaran alias kelompok-gerombolan mempresentasikan hasil kerjanya |
6. |
Provide recognition (Menyerahkan pengakuan alias penghargaan) |
Mempersiapkan mandu kerjakan mengamini operasi dan prestasi basyar atau kelompok |
Kebaikan dan Kekurangan Abstrak Penerimaan Kooperatif
Pembelajaran kooperatif sudah terbukti menjadi salah suatu model yang minimum efektif. Tetapi dibalik kelebihannya, karuan terletak berbagai kehilangan nan patut di waspadai. Berikut adalah kelebihan dan kelemahan
cooperative learning
menurut para ahli.
Kelebihan Penerimaan Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kegesitan serebral dan afektif siswa secara bersamaan. Selain itu, Sadker (dam Huda, 2022, hlm. 66) menjabarkan bahwa beberapa manfaat dan faedah dari penataran kooperatif yaitu ibarat berikut.
- Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pendedahan yang kian tingkatan.
- Peserta didik yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan punya sikap harga-diri yang lebih tinggi dan pecut nan lebih besar untuk berlatih.
- Melampaui pembelajaran kooperatif, petatar menjadi bertambah peduli pada temantemannya, dan di antara mereka akan terbina rasa ketergantungan nan berupa (interdependensi positif) untuk proses sparing mereka akan datang.
- Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang pecah dari bidang belakang ras dan etnik yang berbeda-beda.
Kekurangan Cooperative Learning
Slavin (Huda, 2022, hlm. 68) mengidentifikasi tiga kendala utama atau apa nan disebutnya
common pitfalls
(terowongan-lubang jerat) tercalit dalam kekurangan alias kelemahan penataran kooperatif nan di antaranya adalah ibarat berikut.
-
Free Rider
Free rider
yang dimaksud adalah beberapa pelajar yang tak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya semata-mata akan mengekor pada apa saja yang telah dilakukan maka dari itu teman-antagonis satu kelompoknya. Fenomena ini acap kali muncul ketika kelompok-kelompok kooperatif ditugaskan untuk berbuat tali tugas, proyek, atau kertas kerja tertentu. -
Diffusion of Responsibility
(pembauran tanggung jawab)
ini adalah kondisi di mana beberapa anggota nan dianggap “kurang fertil” menentang diabaikan oleh rekan lainnya nan “makin subur”. Misalnya, kalau siswa ditugaskan untuk mengerjakan tugas IPA, beberapa anggota nan dipersepsikan bukan mampu menghafal atau mengetahui materi tersebut dengan baik pelalah bisa jadi tidak dihiraukan oleh tara-temannya yang bukan. Siswa yang n kepunyaan skill IPA yang baik pun terkadang enggan mengajarkan keterampilannya puas imbangan-temannya yang abnormal mahir di bidang IPA. Kejadian ini berpotensi membuang waktu dan energi sonder mendapatkan esensi pecah pembelajaran kooperatif. -
Learning a Part of Task Specialization
Dalam sejumlah model pendedahan kooperatif tertentu, seperti mana
Jigsaw, Group Investigation, dan metode-metode lain yang terkait, setiap kerubungan ditugaskan cak bagi mempelajari ataupun mengerjakan bagian materi nan berbeda antarsatu setinggi tak. Pencatuan semacam ini acap kali membentuk petatar hanya fokus pada salah satu adegan materi sekadar. Temporer bagian yang dikerjakan makanya kelompok enggak hampir enggak dihiraukan sesekali, padahal semua materi tersebut saling berkaitan satu sama enggak.
Slavin (internal Huda, 2022, hlm. 69) memunculkan bahwa ketiga kendala di atas dapat diatasi jika guru berharta mengamalkan bilang poin di bawah ini.
- Mengenal tekor banyak karakteristik dan level kemampuan siswanya.
- Demap menyediakan waktu spesifik untuk mengetahui kemenangan setiap siswanya dengan mengevaluasi mereka secara eksklusif sesudah berkarya keramaian.
- Gemuk mengintegrasikan metode nan satu dengan metode nan lain.
Variasi/Jenis Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki model eksemplar yang boleh diterapkan dalam proses pembelajaran. Setiap lengkap memiliki karakteristik saban yang lebih seia bagi digunakan kerumahtanggaan pembelajaran maupun situasi tertentu. Penyaringan model penerimaan pasti belaka harus disesuaikan dengan karakteristik pelajar dan materi yang akan disampaikan juga.
Menurut Huda (2015, hlm. 135-153) setidaknya terdapat empat belas teknik penataran kooperatif, antara tak sebagai berikut:
- Mencari Kebalikan (Make a Match)
- Jigsaw
- Menengok Pasangan
- Bepikir-Berpasangan-Berbagi (Think- Pair-Share)
- Berkirim Salam dan Soal
- Kepala Bernomor (Numbered Heads Together)
- Kepala Bernomor Integral (Structured Numbered Heads)
- Dua Tinggal Dua Petandang (Two Stay Two Stray)
- Keliling Kelompok
- Trik Gemerincing
- Keliling Kelas
- Lingkaran Kerumahtanggaan-Lingkaran Asing (Inside-Outside Circle);
- Tari Bambu (Bamboo Dancing)
- Bercerita Berdampingan (Paired Story Telling).
Sementara itu, Suprijono (2015, hlm. 108-121) menyorongkan bahwa beberapa metode penerimaan kooperatif adalah sebagai berikut:
- Jigsaw
- Think-Pair-Share
- Numbered Heads Together
- Group Investigation
- Two Stay Two Stray
- Make a Match
- Listening Team
- Inside-Outside Circle
- Bamboo Dancing
- Point-Counter-Point
- The Power of Two
- Listening Team
Referensi
- Huda, Miftahul. (2015). Kamil-model Pencekokan pendoktrinan dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pesuluh.
- Huda, Miftahul. (2015).
Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan
Model Penerapan. Yogyakarta: Referensi Murid. - Syaifurahman & Ujiati, T. (2013). Tata dalam Pembelajaran. Jakarta Barat: PT Indikator.
- Rusman. (2018). Lengkap-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Suhu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
- Warsono & Hariyanto. (2014). Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Mulai dewasa Rosdakarya.
- Hamdayama, Jumanta. (2016). Metodologi Pencekokan pendoktrinan. Jakarta: PT Dunia Huruf.
- Suprijono, Agus. (2015). Cooperative Learning Teori dan Petisi PAIKEM. Yogyakarta: Bacaan Pelajar.
Source: https://serupa.id/model-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning/