Kelebihan Dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif

Maka dari itu :
Sahroni

*)

Teori belajar bersumber dari sirkuit-sirkuit psikologi. Landasan psikologis intern pendedahan, terutama berkaitan dengan psikologi/teori belajar (psychology/teori of learning) dan ilmu jiwa perkembangan (developmental psychology). Psikologi belajar menerimakan konstribusi dalam hal bagaimana kurikulum itu disampaikan kepada siswa ajar dan bagaimana sekali lagi petatar tuntun harus mempelajarinya. Dengan kata bukan, psikologi belajar berkenaan dengan penentuan strategi kurikulum. Sementara itu psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan taraf jalan pelajar didik tersebut. Psikologi berlatih yakni ilmu yang mempelajari adapun perilaku individu dalam konteks berlatih. Psikologi berlatih mengkaji tentang hakekat berlatih dan teori-teori membiasakan, serta bermacam-macam aspek perilaku individu lainnya kerumahtanggaan berlatih yang semuanya dapat dijadikan bak bahan pertimbangan serampak mendasari ekspansi kurikulum.

Pada dasarnya teori-teori berlatih humanistik, kontruktivistik, kognitif dan beharioristik memiliki maksud yang separas yaitu sebuah pertukaran sikap, perilaku dan keterampilan siswa jaga nan diperoleh melalui proses belajar dan penataran itu seorang. Sahaja yang membedakan yaitu cara pandang terhadap apa dan bagaimana pamrih penerimaan dapat dicapai. Teori-teori ini muncul disebabkan maka dari itu sebuah kritik dan ketidakpuasan para tukang pendidikan terhadap teori-teori yang suka-suka sebelumnya. Teori kontruktivistik muncul bagaikan kritik terhadap teori beharioristik yang sekadar menjadikan murid jaga seumpama obyek yang pasif. Pendedahan beharioristik namun berfokus kepada pendidik (teacher centered). Begitu pula dengan teori-teori berikutnya.


Berikut kami menyedang menyarikan perbedaan mendasar keempat teori tersebut berasal  3 aspek serta kemustajaban dan kelemahan per.

BELAJAR

1.
Behavioristik

Belajar yaitu perubahan tingkah laku, yang yakni hasil dari stimulus-respon. Seorang sudah dianggap berlatih apabila sudah mewah menunjukkan perubahan sikap dan tingkah laku yang disebabkan karena adanya stimulus yang diberikan makanya pendidik

2. Kognitif

Menurut teori ini, belajar lain sekedar melibatkan aliansi antara stimulus dan respon. Hakikat belajar menurut teori membiasakan ini yakni suatu aktifitas belajar yang berkaian dengan penataan pemberitahuan, reorganisasi perseptual, dan proses dalam, sehingga bersalin perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak gegares berbentuk tingkah larap yang bisa diamati dan bisa diukur.

3. Konstruktivistik

Sparing menurut konstruktivisme adalah aktivitas nan aktif, dimana peserta ajar membangun sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir nan telah terserah dan dimilikinya

4. Humanistik

Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan buat keistimewaan memanusiakan basyar itu seorang. Teori humanistik sangat memfokuskan isi yang dipelajari semenjak plong proses belajar itu seorang. Teori membiasakan ini lebih banyak berbicara mengenai konsep-konsep pendidikan untuk membentuk anak adam yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.

PENDIDIK DAN Siswa Jaga

1. Behavioristik

Internal teori behavioristik,

pendidik

lampau mendominasi dalam proses kegiatan penataran. Tugasnya memindahkan pengetahuan ke orang yang membiasakan, dengan mandu memberikan stimulus, penghargaan atau azab dalam kegiatan penerimaan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Temporer

peserta pelihara

dipandang perumpamaan obyek yang pasif.

Tugas hawa intern proses penerimaan ialah:

  1. menentukan tujuan
  2. menentukan matreri les
  3. mengkaji materi pelajaran
  4. menyusun sesuai dengan system manifesto
  5. menyervis materi dan membimbing mahapeserta didik dengan sempurna sesuai materi pelajaran

2. Kognitif

Peranan pendidik menurut teori belajar kognitif adalah sebagai pembimbing bakal mengembangkan potensi serebral yang ada pada setiap peserta didik. N domestik kegiatan pembelajaran, keterlibatan murid didik secara aktif amat dipentingkan. Bikin mengganjur minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan keterangan baru dengan setruktur kognitif nan telah dimiliki.

Tugas hawa intern proses penataran adalah;

  1. menentukan intensi
  2. menentukan materi pelajaran
  3. menentukan topic-topik secara aktif maka itu mahapeserta tuntun dengan bimbingan minim pecah dosen
  4. menentukan dan mereka cipta kegiatan membiasakan yang cocok kerjakan topic yang akan di[elajari mahapeserta didik.
  5. menyiapkan pertanyaan yang akan memacu kreativitas mahapeserta didik bakal berdiskusi ataupun menyoal.
  6. menevaluasi proses dan hasil belajar

3. Konstruktivistik

Pendidik
tidak mendominasi kegiatan pengajian pengkajian. Pendidik semata-mata berperan sebagai

fasilitator, motivator

dan

mediator

dalam pendedahan. Pendidik yang menerapkan teori konstruktivistik mengamini, menghargai galakan diri, bahkan memberikan motivasi kepada pelajar didik agar mampu mengkonstruksi pengetahuannya koteng secara optimal melalui proses interaksi n domestik jaringan sosial yang khusus, yang terjaga baik dalam budaya kelas maupun di luar kelas. Sementara

peserta didik
, diposisikan

sebagai subyek yang aktif

yang arahkan untuk mampu membangun sendiri pengtahuannya, mencari arti dari segala nan mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan rangka berfikir nan telah terserah dan dimilikinya. Tugas guru internal proses penataran sama dengan tugas intern teori kognitif.

4. Humanistik

Pendidik cuma berperan sebagai penyedia yang berupaya menciptakan kondisi yang kontributif merupakan empati, penghargaan dan umpan miring riil. Menurut penglihatan teori humanistic pendidik dituntut tidak saja berbuat kajian bagaimana bisa mengajar dengan baik, saja harus melakukan kajian yang intensif dan komprehensif bagi menjawab soal bagaimana agar peserta pelihara dapat belajar dengan baik. Darurat siswa tuntun diarahkan kerjakan punya kemampuan berfikir induktif, mementingkan asam garam, serta membutuhkan keterlibatan peserta didik secara aktif privat proses belajar.

Tugas master dalam proses pembelajaran adalah;

  1. menentukan tujuan
  2. menentukan materi pelajaran
  3. mengidentikfikasi entri behavior mahapeserta jaga
  4. mengidentifikasi topic
  5. mendisain wahana yang akan digunakan lakukan sparing
  6. membimbing mahapeserta pelihara secara aktif
  7. membimbing mahapeserta bimbing memahami hakekat makna dan asam garam belajar
  8. membimbing mahapeserta didik membuat konseptaulisasi asam garam terdekat
  9. membimbing mahapeserta didik sampai berkecukupan mengaplikasikan konsep baru ke hal bau kencur mengevaluasi proses dan hasil berlatih.

Kekeringan dan Kekuatan

1. Behavioristik

Fungsi

  1. Silam cocok bagi memperoleh kemampuan nan membutuhkan praktek dan habituasi nan mengandung unsur-elemen sama dengan kecepatan, kesertamertaan, kelenturan, langsung, dan muslihat tahan.
  2. Mampu membidikkan siswa cak bagi berfikir linier, konvergen, lain kreatif dan tidak bakir.
  3. mengapalkan siswa menuju ataupun sampai ke alamat tertentu, sehingga menjadikan peserta asuh bakal bisa bebas berkreasi dan berimajinasi.

Kesuntukan

  1. Pembelajaran siswa yang berpusat pada temperatur (teacher centered learning), berkarakter meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil nan diamati dan diukur.
  2. Siswa sahaja mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan segala apa yang didengar dan dipandang sebagai prinsip belajar nan efektif.
  3. Siswa (
    tori skinner

    ) baik hukuman oral maupun fisik seperti pembukaan-kata kasar , ejekan , jeweran yang terlebih berbuah buruk lega siswa.
  4. tidak mampu menjelaskan situasi membiasakan yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan ataupun belajar yang tak dapat diubah menjadi sekedar pertalian stimulus dan respon.
  5. enggak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan perpautan antara stimulus dan respon ini dan tidak bisa menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.

2. Serebral

Faedah

Teori pembelajaran serebral n kepunyaan guna sebagai berikut:

  1. Sebagian besar kerumahtanggaan kurikulum pendidikan negara Indonesia makin menekankan pada teori serebral yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki plong setiap khalayak.
  2. Pada metode penataran kognitif pendidik namun perlu memeberikan bawah-pangkal bermula materi yang diajarkan unruk ekspansi dan kelanjutannya deserahkan sreg peserta pelihara, dan pendidik doang perlu memantau, dan menguraikan dari alur peluasan materi yang mutakadim diberikan.
  3. Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik bikin menghafaz semua materi-materi nan diberikan karena pada pengajian pengkajian kognitif salah satunya menekankan pada ki akal ingat peserta pelihara untuk selalu mengingat akan materi-materi nan mutakadim diberikan.
  4. Menurut para tukang psikologis itu sama artinya dengan rakitan atau pembuatan satu hal mentah ataupun membuat suatu nan plonco berpangkal hal yang sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif peserta jaga harus makin bisa mengkreasikan keadaan-hal baru yang belum ada maupun menginovasi situasi yang yang sudah terserah menjadi lebih baik juga.
  5. Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga sudah lalu banyak diterapkan lega pendidikan di Indonesia dalam apa strata
  • Kehabisan

Berikut adalah beberapa kelemahan dari metode penataran kognitif:

  1. Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan sreg kemampuan perhatian peserta tuntun, dan kemampuan manah tiap-tiap siswa didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini yaitu kerap menganggap semua siswa didik itu mempunyai kemampuan pokok ingat yang sekelas dan tidak dibeda-bedakan.
  2. Sewaktu-waktu sekali lagi intern metode ini tidak memperhatikan mandu peserta bimbing internal mengeksplorasi atau meluaskan pengetahuan dan kaidah-cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena sreg dasarnya sendirisendiri peserta tuntun mempunyai kaidah yang berbeda-beda.
  3. Apabila dalam pengajaran hanya memperalat metode psikologis, maka dipastikan peserta bimbing tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan .
  4. Jika dalam sekolah kejuruan doang menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode pendedahan lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.
  5. Dalam menerapkan metode pembelajran psikologis teradat diperhatikan kemampuan siswa didik untuk mengembangkan suatu materi nan sudah diterimanya.

3. Konstruktivistik

Kelebihan

  1. Berfikir artinya, Kerumahtanggaan proses membina pengetahuan baru pelajar diajarkan berfikir bakal menyelesaikan problem atau sebuah studi kasus dan dapat mengembangkanya menjadi sebuah ide ataupun membuat keputusan.
  2. Faham artinya, Dalam proses pembelajaran siswa harus terlibat serta merta internal meluaskan sebuah informasi baru, sehingga peserta didik akan lebih faham dan boleh mengaplikasikanya dalam sebuah situasi.
  3. Daya siuman artintya, lega dasarnya dalam proses sparing murid harus terbabit secara sedarun dengan aktif, sehingga mereka akan ingat lebih lama semua konsep yang ada yakni dengan kaidah murid mengerjakan pendekatan membina sosi kehafaman mereka. Dengan pendirian itu mereka akan berpengharapan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah intern situasi bau kencur.
  4. Kemahiran sosial artinya, dalam proses berlatih kemahiran sosial diperoleh apabila seorang peserta berinteraksi dengan hawa dan rekan dalam membina pengetahuan baru.
  5. Semok artinya, dalam proses belajar yang benar peserta didik pastinya akan terlibat secara terus menerus dan semakin lama mereka akan faham, sadar, dan lebih optimistis dalam memutuskan sebuah maklumat baru. Apabila peserta didik melakukan interaksi secara fit dengan suhu atau rekan, maka mereka akan berasa seronok sparing dalam membina informasi baru.

Kekurangan

Ada sejumlah kelemahan yang perlu diperhatikan antara lain:

  1. Kadang guru itu tak memperhatikan muridnya secara keseluruhan misalkan hawa enggak pernah membagi kesempatan sreg peserta didiknya untuk mengamankan suatu kebobrokan atau berdiskusi sehingga pelajar didik namun beruntung pembelajaran yang itu-itu doang, kaprikornus pola pikir peserta asuh enggak berkembang.
  2. Enggak semua guru atau pendidik itu n kepunyaan karakter atau sifat yang sederajat, pada dasarnya guru saja menjatah penjelasan saja ketika pembelajaran sehingga peserta bimbing dituntut untuk hanya memahami saja tanpa terlibar secara refleks dalam mengaplikasikan sebuah situasi yunior.
  3. Membahas tentang sifat seorang guru, guru sebaiknya tidak dolan sebagai khalayak nan kaku dan harus ditakuti, guru sebaiknya berperan perumpamaan teman bagi peserta didiknya sehingga siswa jaga dapat beriteraksi dengan baik internal membina pengetahuan baru.
  4. Plong dasarnya guru itu dijadikan sebuah panutan bagi pesuluh didiknya maka berpokok itu guru tidak diwajibkan membagi konseptual nan negativ kepada murid didiknya, kadang ada master nan memiliki adat yang buruk yakni burung laut bersabda kumuh maupun berangasan di depan peserta didiknya, itu sangat dilarang dalam aturan etika seorang suhu, karena apabila itu dihadapkan plong momongan usia sekolah dasar dulu tidak pantas buat dilakukan.
  5. Apabila pesuluh asuh bukan dilibatkan n domestik pembelajaran praktik maka kiat ingat dan pengetahuan peserta didik lain akan berkembang dengan baik, dan apabila diberi materi baru pasti materi sebelumnya akan dilupakan

4.

Humanistik

Maslahat

  1. Bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,analisis terhadapfenomenasocial. Murid merasa demen,berinisiatif dalam belajar. Guru menerima peserta segala adanya,mengarifi kronologi pikiran siswa.
  2. siswa d ituntut cak bagi berusaha agar lambat laun mampu mencecah aktualisasi diri dengan sepenuhnya dan memiliki pengaruh yang signifikan pada hobatan psikologi danbudaya terkenal.
  3. selalu mencadangkan akan peristiwa-kejadian yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan humanis.
  4. Suasana pengajian pengkajian nan silih menghargai, adanya kemerdekaan berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.
  5. keterlibatan peserta jaga dalam bineka aktivitas di sekolah, dan malar-malar adalahkemampuan sukma bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunyamempunyai rukyat nan berlainan-beda.


Kekurangan

  1. Bersifat individual, proses belajar tidak akan berdampak jika tidak suka-suka motivasi dan lingkungan yang membantu, sukar diterapkan kerumahtanggaan konteks yang lebih praktis.
  2. Peserta asuh kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
  3. Teori humanistik tak dapat diuji dengan mudah dan banyak konsep kerumahtanggaan psikologi humanistik

Namun di jihat tidak, secara aplikatif, sendiri pendidik sonder disadari boleh dipastikan kekeluargaan mempraktekkan berbagai teori-teori berlatih tersebut. Internal prakteknya, apabila sendiri pendidik menemukan dan mendapatkan kesulitan-kesulitan pada satu teori yang menjadi bentuk berpikirnya, maka peluang besar ia akan mencoba teori tak dalam mengatasi kelainan nan dihadapi tersebut. Sehingga boleh disimpulkan bahwa enggak ada satupun teori yang sempurna, satu teori bisa menjadi apendiks kekurangan teori yang lain, tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi saat proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, merupakan sebuah keharusan dan peristiwa nan urgen cak bagi seorang pendidik untuk mengetahui teori-teori tersebut, sehingga betul-betul bisa dimanfaatkan kerumahtanggaan situasi berwujud.

Wallahu A’lam

Daftar bacaan

  1. Abdul Kadir. 2003.
    Introduksi Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi
  2. Ardana, Nengah. 1999. Asosiasi antara Cemeti Belajar dan Pola Pemberian Tugas dengan Penampakan Sparing Bidang Studi Fisika lega Siswa SMP Kawasan 1 Denpasar. Skripsi. IKIP Mahasaraswati Tabanan.
  3. Bruno Vershuere. 2022.
    Memory Detection Theory And Application Of The Concealed Information Test
    . Cambridge University Press
  4. Dimyati dan Mudjiono. 2001. Membiasakan dan Penelaahan. Jakarta: Dirjen Dikti.
  5. Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Nur Baru.
  6. Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
  7. Jeanne Ellis Ormrod, Sixth Edition Educational Psychology Developing Learners
    diterjemahkan oleh Petunjuk Indianti, Eva Septiana, Airin Y Saleh, Puji Awet. 2008. dengan kop Edisi  Keenam
    PsikologiPendidikan Membantu Pelajar Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga
  8. Maba, Barap. 2002. Evaluasi Pengajian pengkajian. Kertas kerja nan disampaikan dalam Pendedahan PBM Dosen Kopertis Area VIII, Tanggal 27-30 Oktober 2002.
  9. Malayu S.P. Hasibuan. 2007.
    Pengelolaan Perigi Daya Manusia. Jakarta Manjapada Aksara
  10. Nasution, S. 1972. Ilmu keguruan Sekolah Pendidikan Guru: Asas-Asas Didaktik Metodologi Indoktrinasi dan Evaluasi. Depdikbud: Jakarta.
  11. Robert L Solso ed. 2008.
    Psikologi Kognitif. Jakarta : Erlangga
  12. Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Sparing dan Umpanbalik. Jakarta: FT Grasindo.
  13. Soekidjo Notoatmodjo. 1992.
    Ekspansi Sumur Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta
  14. Sumadi Suryabrat. 2022.
    Psikologi pendidikan. Jakarta. : Rajawali Pers
  15. Suryani. 2007.
    Psikologi Kognitif. Surabaya : Dakwah
  16. Syarifah Aini. tt
    Supremsi Pikiran Dan Kemampuan Berpikir dalam-dalam Reaktif Terhadap Hasil Belajar Petatar.
    Koran Perserikatan Selam Negeri Alauddin Makassar.
  17. Tristiardi Ardi Ardani. 2006.
    Psikiatri Islam. Malang: UIN-Malang Press
  18. Walgito. 1997.
    Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

*) Kepala MTs. Miftahul Ulum 2 Banyuputih Kidul

Source: https://mtsmu2bakid.sch.id/menakar-perbedaan-kelebihan-dan-kekurangan-teori-belajar-behavioristik-kognitif-kontruktivistik-dan-humanistik/




banner

×