Jurnal Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

2.2.1 Faktor-faktor Kejayaan Membiasakan

Berhasil maupun tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan bilang faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar (Dalyono, 2005: 55). Pada dasarnya

faktor-faktor nan mempengaruhi keberhasilan berlatih dempet sama dengan faktor-faktor belajar, yaitu faktor internal dan ekstern. Akan tetapi cak bagi sampai ke keberhasilan sparing yang maksimal, tentu kita harus memahami faktor-faktor nan mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut. Pemahaman itu sangat utama agar selanjutnya kita dapat menentukan latar belakang dan penyebab kesulitan belajar yang mungkin kita alami.

Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah sebagai berikut :

a. Faktor-faktor intern

Faktor ini terdiri atas tiga faktor yakni: faktor fisis, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

1. Faktor jasad a. Faktor kesehatan

Sehat bermanfaat privat hal baik segenap tubuh beserta penggalan bagiannya/bebas dari ki aib. Kesehatan yakni keadaan atau hal sehat. Kesegaran seseorang berwibawa terhadap belajarnya karena proses belajar seseorang akan terganggu jika kesegaran seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah mamang, ngantuk jika badannya lemah, kurang bakat ataupun cak semau godaan-alai-belai/ki aib-kelainan alat inderanya serta tubuhnya. Agar seseorang boleh belajar dengan baik haruslah melelangkan kesehatan badannya setia terjamin dengan pendirian selalu mengindahkan ketentuan – predestinasi tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan olah raga, rekreasi dan ibadah.

b. Rendah tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau sedikit konseptual mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang kurang belajarnya kembali terganggu, jika hal ini terjadi maka mudahmudahan beliau sparing sreg tulangtulangan pendidikan khusus atau diusahakan alat Sokong agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatan itu,

2. Faktor psikologis a. Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri pecah tiga tipe yaitu kecakapan cak bagi menghadapi dan menyesuaikan ke privat kejadian nan baru dengan cepat dan efektif, mengetahui maupun menggunakan konsep – konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Intern peristiwa yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai intelegensi yang tekor.

b. Ingatan

Pikiran menurut Gazali dalam buku Slameto (2003: 57) adalah keaktifan atma yang dipertinggi, jiwa itu pun sahaja tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan mangsa. Lakukan bisa menjamin hasil belajar nan baik, maka petatar harus mempunyai manah terhadap incaran yang dipelajarinya, kalau bahan pelajaran lain menjadi perhatian siswa atau menarik, maka timbulah kebosanan, sehingga ia enggak juga demen belajar.

c. Minat

Minat merupakan tendensi yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sejumlah kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap sparing, karena bila bahan pelajaran nan dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, petatar lain akan belajar dengan seutuhnya, karena tidak suka-suka gerendel tarik baginya. Engkau segan-segan cak bagi belajar, ia tidak memperoleh kepuasan terbit tuntunan itu. Alamat les yang menarik minat peserta lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat membusut kegiatan pesuluh.

d. Bakat

Menurut Hilgard kerumahtanggaan buku Slameto (2003: 58) bakat adalah kemampuan untuk berlatih. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang positif sesudah membiasakan atau berlatih. Kalau bahan cak bimbingan yang dipelajari pesuluh sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia kian giat lagi n domestik belajarnya itu. Mengetahui talenta yang dimiliki siswa itu sangat berguna karena dengan mengetahuinya, maka akan dapat menempatkan murid tersebut membiasakan di sekolah sesuai dengan bakatnya.

e. Motif

Motif damping sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari maupun enggak, akan sahaja bagi menjejak tujuan itu terbiasa berbuat, sedangkan nan menjadi penyebab berbuat adalah motif itu seorang umpama daya motor/pendorongnya. Motif yang sangat kuatlah terlazim di dalam belajar, di dalam membuat motif yang lestari itu dapat

dilaksanakan dengan adanya tutorial-latihan/kebiasaan-resan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, kaprikornus tutorial/kebiasaan itu sangat wajib dalam berlatih.

f. Kedewasaan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah lalu siap untuk melaksanakan kecakapan plonco. Kematangan belum berguna anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, buat itu diperlukan latihan – latihan dan pelajaran. Dengan pengenalan lain anak yang sudah siap (menguning) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum membiasakan. Belajarnya akan bertambah berdampak kalau anak telah siap (matang). Jadi kemajuan baru bagi mempunyai kecakapan itu terampai dari kematangan dan membiasakan.

g. Kesiapan

Ketersediaan atau readiness menurut Jamies Drever merupakan: Preparedness to

respon or react (Kesiapan merupakan kesediaan untuk memberi respon atau reaksi).

Kesanggupan itu timbul dari dalam diri seseorang dan lagi berhubungan dengan kematangan, karena kematangan bermanfaat kesiapan lakukan melaksanakan kecakapan. Ketersediaan ini perlu diperhatikan internal proses berlatih, karena jika siswa belajar dan padanya mutakadim ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan kian baik.

3. Faktor kepenatan

Keletihan plong seseorang lamun sulit bakal dipisahkan tetapi boleh dibedakan menjadi dua varietas, merupakan kepayahan jasmani dan kelelahan rohani. Kepayahan jasmani tampak dengan letoi lunglainya tubuh dan timbul

tendensi lakukan menidurkan jasmani karena terjadi kekacauan substansi cirit pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada babak-bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan lakukan menghasilkan sesuatu hilang, keletihan ini sangat terasa plong bagian kepala dengan resah-mamang sehingga sulit kerjakan konsentrasi seolah-olah otak kehabisan kiat untuk berkreasi.

Kelelahan baik secara jasad alias rohani dapat dihilangkan dengan pendirian-kaidah umpama berikut:

a. tidur, b. istirahat,

c. mengadakan spesies dalam sparing, pula dalam bekerja,

d. menggunakan obat-pelelang yang bersifat melancarkan peredaran bakat, misalnya obat asah,

e. rekreasi dan ibadah yang teratur, f. latihan jasmani secara teratur, dan

g. mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kebugaran, misalnya yang memenuhi empat afiat lima sempurna,

h. jika kelelahan sangat betul-betul tergopoh-gopoh menghubungi sendiri tukang, misalya dokter, psikiater, konselor dan lain-enggak.

b. Faktor-faktor ekstern

Faktor ekstern ini terdiri dari tiga faktor, ialah: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

1. Faktor keluarga

a. Pendirian orang jompo menggembleng

Keluarga merupakan susuk pendidikan nan pertama dan utama. Orang jompo yang invalid/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, enggak menuding sama sekali akan kurnia-manfaat dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam berlatih, lain mengatur waktu belajarnya, bukan menyediakan ataupun melengkapi alat belajarnya, bukan memperhatikan apakah anak asuh berlatih alias lain, tidak mau senggang bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami kerumahtanggaan belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak enggak/kurang berbuntut privat belajarnya.

b. Relasi antar anggota anak bini

Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah afiliasi orang tua lontok dengan anaknya. Selain itu relasi anak asuh dengan saudaranya maupun anggota anak bini yang lain juga turut mempengaruhi belajar anak. Wujud pertalian itu apakah aliansi itu munjung rahmat sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kedengkian, sebetulnya hubungan antaranggota keluarga ini erat hubungannya dengan cara insan lanjut usia mendidik. Demi kelancaran belajar serta kesuksesan anak, perlu diusahakan relasi nan baik di n domestik keluarga anak tersebut. Koalisi nan baik merupakan

hubungan yang mumbung pengertian dan kasih besar perut, disertai dengan pimpinan dan bila perlu hukuman-azab lakukan mensukseskan belajar anak seorang.

c. Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi alias hal-kejadian yang sering terjadi di privat keluarga di mana anak asuh mampu dan berlatih. Suasana kondominium juga merupakan faktor yang penting yang tidak disengaja, suasana apartemen nan riuh-rendah/gegap-gempita dan semrawut lain akan memberi ketahanan kepada anak yang sparing. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram, di dalam suasana rumah nan tenang dan tentram selain anak kerasan/betah habis dirumah, anak sekali lagi dapat belajar dengan baik.

d. Situasi ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi tanggungan karib hubungannya dengan berlatih momongan. Anak nan sedang belajar selain harus terwujud kebutuhan pokoknya, missal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan tak-lain, juga membutuhkan akomodasi berlatih seperti ruang belajar, bidang datar, takhta, penyinaran, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-enggak. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpuaskan jika tanggungan mempunyai sepan uang.

Jika anak hidup dalam keluarga nan miskin, kebutuhan pokok anak minus terpenuhi akibatnya kesehatan anak terganggu sehingga belajar anak juga terganggu, walaupun lain dapat dipungkiri adapun adanya kemungkinan momongan yang serba kekurangan dan rajin menderita akibat ekonomi keluarga lemah, justru keadaan yang begitu menjadi motivasi baginya kerjakan belajar lebih giat dan karenanya sukses besar. Sebaliknya keluarga nan kaya raya, sosok tua cenderung

memanjakan momongan kesannya anak minus dapat menunggalkan perhatiannya kepada membiasakan, keadaan ini dapat kembali dapat mengganggu belajar anak.

e. Pengertian orang bertongkat sendok

Anak membiasakan perlu galakan dan ingatan orang tua. Bila anak sedang membiasakan jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah, sesekali anak mengalami lemas semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya dan membantu sedapat mana tahu kesulitan yang dialami anak di sekolah, kalau terlazim menghubungi hawa anaknya untuk mengetahui perkembangannya.

f. Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan ataupun sifat di dalam tanggungan mempengaruhi sikap anak dalam membiasakan. Terbiasa kepada anak asuh ditanamkan sifat-kebiasaa yang baik, mudahmudahan mendorong arwah anak untuk belajar.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah nan mempengaruhi sparing ini mencengap metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, rangkaian pelajar dengan peserta, kepatuhan sekolah, tutorial dan tahun sekolah, standar tuntunan, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

a. Metode mengajar

Metode mengajar yakni satu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu seorang menurut Ign. S. Ulih Argo Karo Karo adalah menyajikan bahan les makanya makhluk kepada orang lain agar orang tak itu menyepakati, menuntaskan dan mengembangkannya. Metode mengajar hawa nan

rendah baik akan mempengaruhi berlatih siswa nan tidak baik pula. Agar siswa bisa belajar dengan baik, maka metode belajar harus diusahakan yang setepat, seefisien dan seefektif kelihatannya, karena guru yang progresif bahadur mencoba metode-metode yang baru, yang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi petatar untuk belajar.

b. Kurikulum

Kurikulum diartikan seumpama bilang kegiatan yang diberikan kepada peserta. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan tutorial agar peserta menerima, tanggulang dan mengembangkan bahan cak bimbingan itu. Jelaslah alamat pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum nan kurang baik berkarisma tidak baik terhadap belajar. Perlu diingat bahwa sistem instruksional masa ini menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa, hawa perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat menghidangkan petatar sparing secara individual.

c. Relasi hawa dengan siswa

Di internal rangkaian (guru dengan siswa) nan baik, peserta akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata cak bimbingan nan diberikan sehingga peserta berusaha mempelajarinya seelok-baiknya. Hal tersebut pun terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, maka beliau segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju. Master nan kurang berinteraksi dengan siswa secara dempang, menyebabkan proses membiasakan – mengajar itu kurang laju, pun siswa merasa jauh berpokok guru, maka sungkan berpartisipasi secara aktif n domestik belajar.

d. Korespondensi pelajar dengan siswa

Petatar yang mempunyai rasam-sifat atau tingkah kayun nan kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa minus diri ataupun sedang mengalami tekanan-impitan batin, akan diasingkan berasal kelompok. Akibat makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi engkau menjadi berat ekor bagi ikut sekolah dengan alasan-alasan yang enggak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari antagonis-temannya. Menciptakan asosiasi yang baik antar murid adalah wajib, seyogiannya dapat memberikan dominasi yang positif terhadap belajar murid.

e. Disiplin sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan peserta dalam sekolah dan pun n domestik belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/tenaga kerja internal jalan hidup administrasi dan kebersihan/keselarasan kelas bawah, gedung sekolah dan bukan-bukan. Dengan demikian agar pesuluh belajar lebih beradab, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan, seyogiannya pelajar disiplin haruslah hawa beserta staf yang lain disiplin sekali lagi.

f. Perabot pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan kaidah belajar siswa, karena alat les nan dipakai maka dari itu master pada waktu mengajar dipakai pula makanya siswa kerjakan menerima bahan yang diajarkan itu. Gawai latihan yang cermin dan tepat akan memperlancar pendedahan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.

Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya maka belajarnya akan menjadi makin giat dan lebih bertamadun.

Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah teradat sepatutnya master bisa mengajar dengan baik sehingga peserta dapat menerima pelajaran dengan baik serta boleh belajar dengan baik pula.

g. Tahun sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, hari itu dapat pagi, siang, sore/malam masa. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa, jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore periode, senyatanya kurang dapat dipertanggungjawabkan, dimana siswa harus istirahat tetapi tertekan harus turut sekolah sehingga mereka turut sekolah dengan kejadian mengantuk dan sebagainya.

Sebaliknya petatar sparing di pagi perian, pikirannya masih bugar, jasmani n domestik kondisi yang baik dan siap untuk mengakui pelajaran enggak seperti siswa yang kondisi badannya sudah lelah/lemah mengalami kesulitan di dalam menerima kursus. Jadi memilih musim sekolah yang tepat akan memberi supremsi yang berwujud terhadap berlatih.

h. Standar pelajaran di atas format

Guru berpendirian cak bagi mempertahankan wibawanya, teradat menjatah les di atas ukuran tolok. Bila banyak siswa yang lain berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi bersendikan teori belajar nan mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang farik-beda, peristiwa tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menghendaki

penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang terdahulu tujuan yang mutakadim dirumuskan dapat tercapai.

i. Hal gedung

Dengan jumlah pesuluh nan banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing memaksudkan keadaan gedung dewasa ini harus memadai di kerumahtanggaan setiap inferior. Bagaimana boleh jadi mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu lain memadai bagi setiap peserta.

j. Metode belajar

Banyak siswa malaksanakan cara berlatih yang keseleo. Internal hal ini perlu pembinaan terbit guru. Dengan cara belajar nan tepat dan efektif pula hasil belajar petatar itu. Sekali lagi dalam pembagian waktu belajar, sama sekali pelajar berlatih tidak teratur, atau berkelanjutan, karena besok akan tes. Dengan membiasakan demikian murid akan sedikit istirahat, bahkan mana tahu bisa jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap musim dengan pembagian masa yang baik, memilih cara membiasakan yang tepat dan patut istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

k. Tugas rumah

Waktu berlatih terutama adalah di sekolah, di samping untuk berlatih tahun di flat biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan bukan. Maka diharapkan temperatur jangan berlebih banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga momongan tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang tidak.

3. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap membiasakan siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam publik.

Faktor masyarakat ini membahas tentang kegiatan siswa dalam mahajana, dibahas tentang kegiatan siswa intern masyarakat, mass media, teman beramah-tamah dan bentuk kehidupan masyarakat, nan semuanya mempengaruhi belajar.

a. Kegiatan petatar internal masyarakat

Kegiatan siswa intern umum dapat menguntungkan terhadap jalan pribadinya. Sahaja kalau siswa ambil bagian kerumahtanggaan kegiatan mahajana yang berlebih banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keimanan dan bukan-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam menata waktunya.

b. Mass media

Nan termasuk mass ki alat adalah bioskop, radio, TV, piagam kabar, majalah, buku-buku, komik-komik dan tak-tidak. Mass alat angkut yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya, akan tetapi sebaliknya mass ki alat nan jelek juga berwibawa jelek terhadap siswa. Maka mulai sejak itulah perlu kiranya siswa mendapatkan pimpinan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak makhluk tua dan pendidik, baik di intern batih, sekolah dan masyarakat agar lain terjadi pelecok langkah.

c. Teman bergaul

Otoritas-dominasi berbunga bandingan beramah-tamah siswa bertambah dapat masuk dalam jiwanya daripada yang kita asa. N antipoda beramah-tamah yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, imbangan bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan semoga petatar n kepunyaan n partner bergaul yang baik-baik dan

pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan semenjak orang tua dan pendidik harus sepan bijaksana (jangan terlalu ketat saja juga jangan lengah).

d. Rangka nyawa masyarakat

Spirit masyarakat di sekitar peserta pun berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri berpunca hamba allah-insan yang bukan terpelajar, penjudi, senang mencuri dan n kepunyaan resan yang bukan baik, akan berkarisma jelek kepada anak (siswa) yang bakir di situ. Anak asuh/siswa terpikat untuk turut berbuat seperti yang dilakukan oaring-hamba allah di sekitarnya. Risikonya belajarnya terganggu dan bahkan anak/pelajar kehabisan sukma berlatih karena perhatiannya awal terhimpun kepada latihan berpindah ke kelakuan-perbuatan yang selalu dilakukan oleh orang-insan disekitarnya yang bukan baik tadi.

Pendapat tidak yang dikemukakan makanya Merson U Sanggalang nan dikutip maka itu Tu’u (2004: 78) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberuntungan petatar dalam mencapai hasil berlatih yang baik, antara tak:

1. Faktor kecerdasan

Strata rendahnya kecerdasan yang dimiliki siswa sangat menetukan keberhasilannya mencapai prestasi sparing, terdaftar prestasi-prestasi lain nan ada pada dirinya.

2. Faktor darah

Bakat-bakat yang dimiliki siswa apabila diberi kesempatan buat dikembangkan dalam pembelajaran akan dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan.

3. Faktor minat dan perhatian

Minat merupakan tendensi yang besar terhadap sesuatu. Ingatan yaitu melihat dan mendengar dengan baik serta teliti terhadap sesuatu. Apabila siswa memangkalkan minat sreg satu pelajaran tertentu biasanya menjurus kerjakan memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian yang strata pada mata pelajaran akan member dampak yang baik untuk prestasi membiasakan pesuluh.

4. Faktor motif

Motif cangap mendasari dan mempengaruhi setiap manuver serta kegiatan seseorang bakal mengaras tujuan yang diinginkan. Apabila dalam belajar, siswa mempunyai motif yang baik dan kuat, situasi ini akan memeperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi.

5. Faktor cara membiasakan

Keberhasilan membiasakan siswa dipengaruhi maka itu cara belajar siswa. Cara sparing yang efisien memungkinkan mencapai pretasi belajar yang kian tinggi dibandingkan dengan prinsip belajar yang enggak efektif.

6. Faktor mileu keluarga

Keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif menjatah kekuasaan pada prestasi pesuluh. Terutama intern hal mendorong, mendorong, memberi arwah, dan member teladan yang baik kepada anaknya.

7. Faktor sekolah

Sekolah ialah faktor pendidikan nan sudah integral, punya sistem, dan organisasi yang baik bagi reboisasi angka etika, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. (Tu’u, 2004: 78)

Source: https://123dok.com/article/faktor-faktor-keberhasilan-belajar-keberhasilan-belajar-mengajar.zk0x39py




banner

×