Didactical Design Research Ddr Dalam Pengembangan Pembelajaran Matematika
(1)
DIDACTICAL DESIGN RESEARCH (DDR)
Kerumahtanggaan PENGEMBANGAN Penerimaan MATEMATIKA1
Didi Suryadi
Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA Jamiah Pendidikan Indonesia
Abstrak
Proses berpikir yang dilakukan guru terjadi pada tiga fase yaitu sebelum pembelajaran, sreg ketika pembelajaran berlangsung, dan selepas pembelajaran. Hasil kajian berasal proses tersebut berpotensi menghasilkan disain didaktis inovatif, dan ketiga proses tersebut dapat diformulasikan sebagai pergaulan awalan cak bagi menghasilkan disain didaktis baru. Jalinan aktivitas tersebut diformulasikan
perumpamaan Penelitian Disain Didaktis ataupun Didactical Design Research (DDR). Investigasi Disain Didaktis pada
dasarnya terdiri atas tiga tahap yaitu: (1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran nan wujudnya konkret Disain Didaktis Hipotetis tercatat ADP, (2) analisis metapedadidaktik, dan (3) amatan retrosfektif yakni amatan nan mengaitkan hasil analisis peristiwa didaktis hipotetis dengan hasil amatan metapedadidaktik. Semenjak ketiga strata ini akan diperoleh Disain Didaktis Empirik yang enggak tertutup
kemungkinan bagi terus disempurnakan melalui tiga tingkatan DDR tersebut.
Pendahuluan
Proses berpikir temperatur internal konteks pembelajaran terjadi pada tiga fase yaitu sebelum pembelajaran, pada saat pembelajaran berlanjut, dan sesudah penataran. Tren proses nanang sebelum penataran yang lebih condong pada penjabaran harapan berdampak pada proses pengemasan bulan-bulanan ajar serta minimnya perincian terutama yang berperangai didaktis. Penyiapan mangsa didik pada umumnya hanya didasarkan pada eksemplar sajian yang tersedia dalam peruasan lengkap tanpa melalui proses rekontekstualisasi dan repersonalisasi. Padahal, sajian materi matematika dalam buku cermin, baik berupa uraian konsep, pembuktian, ataupun penyelesaian contoh masalah, sepatutnya ada merupakan sintesis dari suatu proses panjang yang bercerai pada proses dekontekstualisasi dan depersonalisasi. Selain itu, proses berlatih ilmu hitung yang menentang diarahkan sreg berpikir imitatif, berakibat pada kurangnya antisipasi didaktis yang tercermin dalam persiapan yang dilakukan guru. Rencana penerimaan biasanya sedikit mempertimbangkan kemajemukan respon siswa atas situasi didaktis yang dikembangkan sehingga pergaulan hal didaktis yang dikembangkan
berikutnya kemungkinan besar bukan lagi sesuai dengan keragaman penyeberangan sparing (learning
trajectory) tiap-tiap siswa. Lebih jauh, proses belajar matematika yang idealnya
dikembangkan mengarah pada proses re-dekontekstualisasi dan re-depersonalisasi belum menjadi pertimbangan utama bagi para suhu di alun-alun.
Kurangnya estimasi didaktis nan tercermin intern perencanaan pembelajaran, dapat berhasil invalid optimalnya proses belajar bagi masing-masing peserta. Hal tersebut antara bukan disebabkan sebagian respon murid atas situasi pedagogi yang dikembangkan di luar jangkauan pemikiran guru ataupun tidak tereksplor sehingga kesulitan belajar yang muncul beragam tidak direspon guru secara tepat atau enggak direspon sama sekali yang akibatnya proses belajar bisa lain terjadi.
Salah satu upaya suhu untuk meningkatkan kualitas penelaahan adalah melewati refleksi akan halnya keterkaitan tulang beragangan dan proses penataran nan mutakadim dilakukan. Seandainya pendedahan nan dikembangkan lebih berorientasi pada pencapaian tujuan, maka substansi refleksi cenderung berorientasi sreg peristiwa tersebut, sehingga persoalan tercalit keragaman proses, hambatan, dan pelintasan berlatih pesuluh boleh jadi lain merupakan aset terdahulu dari refleksi tersebut. Dengan demikian, alternatif situasi didaktis dan pedagogis yang ditawarkan
(2)
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersapu proses berpikir guru kerumahtanggaan ketiga fase tersebut, plong karangan ini akan diformulasikan sebuah metodologi penelitian disain didaktis dalam pengembangan pengajian pengkajian ilmu hitung. Tulisan akan diawali jabaran akan halnya proses berpikir privat pelaksanaan pendedahan nan kemudian akan disebut andai kajian metapedadidaktik. Berdasarkan uraian ini selanjutnya akan diformulasikan langkah-langkah
pangkal dari Penelitian Disain Didaktis atau Didactical Design Research (DDR).
Metapedadidaktik
Beralaskan hasil pendalaman Suryadi (2005) tentang pengembangan berpikir matematis tingkat strata melewati pendekatan tak langsung, terdapat dua peristiwa mendasar nan mesti pengkajian serta pengkajian lebih lanjut dan mendalam yaitu gayutan pelajar-materi dan rangkaian hawa-siswa. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa untuk menunda terjadinya satu usaha mental, proses pendedahan harus diawali sajian ki kesulitan yang memuat tantangan bagi siswa bagi nanang. Ki kesulitan tersebut dapat berkaitan dengan penemuan konsep, prosedur, strategi penyelesaian masalah, atau aturan-aturan dalam ilmu hitung. Kalau operasi mental yang diharapkan tidak terjadi, yaitu ditandai maka itu ketidakmampuan siswa menguraikan keterkaitan antar obyek mental yang berbimbing dengan masalah nan dihadapi, maka guru dapat melakukan intervensi bukan serentak melalui penerapan teknik
scaffolding (tindakan didaktis) serta dorongan untuk terjadinya interaksi antar siswa (tindakan
pedagogis).
Dalam penelitian tersebut, aspek-aspek mendasar sekitar proses pembentukan obyek mental baru belum dikaji secara lebih tekun berpangkal sudut pandang teori situasi didaktis sebagaimana nan dikemukakan Brousseau (1997). Menurut teori ini, tindakan didaktis seorang guru dalam proses pembelajaran akan menciptakan sebuah hal yang dapat menjadi titik tadinya bakal terjadinya proses belajar. Walaupun peristiwa yang tersedia enggak serta merta menciptakan proses belajar, akan tetapi dengan suatu pengkondisian misalnya melalui
teknik scaffolding, proses tersebut sangat kali boleh terjadi. Takdirnya proses belajar terjadi,
maka akan muncul kejadian baru yang diakibatkan kampanye siswa sebagai respon atas situasi sebelumnya. Kejadian bau kencur yang terjadi bisa berperangai tunggal ataupun beragam tergantung pecah
milieu maupun seting aktivitas berlatih yang dirancang master. Semakin beraneka ragam milieu yang
terasuh, maka akan semakin beragam juga kejadian nan terjadi sehingga proses penataran menjadi sangat kompleks.
Kompleksitas situasi didaktis sangat potensial buat menciptakan interaktivitas antar
individu dalam satu milieu atau antar milieu. Interaktivitas tersebut pada dasarnya
merupakan situasi yang baik, akan tetapi wajib diingat bahwa tidak setiap interaksi dapat
memunculkan collaborative learning yang mampu menjamin terjadinya lompatan belajar.
Selain itu, perlu diingat pun bahwa intern setiap hal didaktis serta interaktivitas yang
menyertainya akan muncul proses coding dan decoding yang tak terkatup kemungkinan bisa
menyebabkan terjadinya distorsi mualamat. Hal ini tentu saja akan menjadi masalah sangat sungguh-sungguh dalam proses belajar selanjutnya dan secara psikologis dapat menjadi penyebab terjadinya prustasi pada diri siswa alias mereka menjadi tidak fokus dalam membiasakan. Dengan demikian, persoalan nan unjuk di luar situasi didaktis yakni yang terkait dengan hubungan guru-petatar merupakan hal yang tidak kalah pentingnya cak bagi dikaji sehingga kualitas pembelajaran matematika dapat senantiasa ditingkatkan. Kejadian yang tetkait dengan
hubungan guru-siswa lebih lanjut akan disebut sebagai kejadian pedagogis (pedagogical
situation).
Dua aspek mendasar intern proses pembelajaran matematika sebagaimana dikemukakan di atas yaitu hubungan siswa-materi dan hubungan guru-siswa, ternyata bisa menciptakan suatu situasi didaktis atau pedagogis yang bukan sederhana lebih lagi seringkali terjadi dahulu obsesi. Hubungan Guru-Siswa-Materi digambarkan oleh Kansanen (2003) misal sebuah Segitiga Didaktik yang menggambarkan hubungan didaktis (HD) antara peserta
(3)
dan materi, serta persaudaraan pedagogis (HP) antara guru dan siswa. Ilustrasi segitiga sama kaki pedagogi dari Kansanen tersebut belum memuat perikatan temperatur-materi privat konteks pembelajaran. Dalam pandangan penulis, hubungan didaktis dan pedagogis tidak bisa dipandang secara parsial melainkan perlu dipahami secara utuh karena lega kenyataannya kedua nikah tersebut dapat terjadi secara bersamaan. Dengan demikian, koteng guru sreg saat merancang sebuah keadaan didaktis, sekaligus lagi mesti memikirkan prediksi respons siswa atas kejadian tersebut serta antisipasinya sehingga tercipta situasi didaktis baru. Estimasi tersebut tidak hanya menyangkut hubungan siswa-materi, akan tetapi juga hubungan guru-murid baik secara individu maupun kelompok atau kelas. Atas dasar keadaan tersebut, maka pada segitiga sama kaki didaktis Kansanen perlu ditambahkan suatu sangkutan antisipatif hawa-materi yang lebih lanjut bisa disebut sebagai Antisipasi Didaktis dan Pedagogis (ADP) seperti diilustrasikan pada
buram segitiga sama didaktis Kansanen yang dimodifikasi berikut ini (Gambar1).
Gambar 1. Segitiga Didaktis yang Dimodifikasi
Peran guru paling terdahulu privat konteks segitiga sama didaktis ini adalah menciptakan suatu
keadaan didaktis (didactical situation) sehingga terjadi proses belajar kerumahtanggaan diri pelajar (learning
stituation). Ini penting bahwa seorang master selain perlu memintasi materi pelihara, pun teristiadat
memiliki pengetahuan lain yang tersapu dengan siswa serta mampu menciptakan peristiwa didaktis yang dapat mendorong proses membiasakan secara optimal. Dengan introduksi lain, seorang guru
perlu memiliki kemampuan bikin menciptakan relasi didaktis (didactical relation) antara pesuluh
dan materi pelihara sehingga tercipta suatu peristiwa didaktis ideal cak bagi pelajar.
Internal suatu proses penataran, seorang master biasanya mengawali aktivitas dengan melakukan suatu aksi misalnya dalam gambar menguraikan suatu konsep, menyajikan permasalahan kontekstual, maupun menyajikan satu permainan matematik. Beralaskan manuver tersebut lebih lanjut terciptalah suatu hal yang menjadi sumber informasi bikin siswa sehingga terjadi proses membiasakan. Internal proses belajar ini siswa mengamalkan aksi atas situasi yang terserah sehingga tercipta situasi baru nan lebih jauh akan menjadi sumber informasi kerjakan guru. Aksi lanjutan guru umpama respon atas usaha siswa terhadap kejadian didaktis sebelumnya, akan menciptakan hal didaktis baru. Dengan demikian, situasi didaktis lega kenyataannya akan berkepribadian dinamis, senantiasa berubah dan berkembang sepanjang periode pembelajaran. Jika
milieu bukan bersifat tunggal, maka dinamika kejadian didaktis ini akan menciptakan kejadian
belajar yang obsesi sehingga guru terlazim melakukan tindakan pedagogis cak bagi terciptanya kejadian pedagogis nan mampu mensinergikan setiap potensi petatar.
Untuk menggambarkan penjelasan di atas kerumahtanggaan situasi nyata, berikut akan diilustrasikan sebuah kasus penelaahan matematika di SMP dengan materi ajar faktorisasi. Berlandaskan skenario yang dirancang guru, pendedahan diawali sajian keburukan andai berikut. Tersedia tiga kaca masing-masing berisi uang jasa Rp. 1000,00 dan tiga gelas lainnya masing-masing berisi komisi Rp. 5000,00. Siswa diminta menemukan sedikitnya tiga prinsip untuk
(4)
Rancangan 2. Ilustrasi Kebobrokan Pertama
Dengan uluran tangan ilustrasi ini, guru memperkirakan akan ada tiga macam respon siswa yaitu: (1) 1000 + 1000 + 1000 + 5000 + 5000 + 5000, (2) 3 × 1000 + 3 × 5000, dan (3) 3(1000 + 5000) atau 3 × (6000). Walaupun ketiga tipe respon nan diperkirakan ternyata semuanya muncul, akan tetapi peserta ternyata memiliki pikiran berbeda dengan perkiraan guru yaitu 6000 + 6000 + 6000 atau 3 × 6000. Prediksi yang diajukan guru tentu saja dipengaruhi materi yang diajarkan yaitu faktorisasi, sehingga boleh dipahami apabila respon yang diharapkan pula
dikaitkan dengan konsep faktorisasi suku aljabar. Adanya distorsi antara hasil linguistic coding
yang dilakukan guru dan decoding nan dilakukan peserta yaitu kejadian wajar dan seringkali
terjadi. Dengan demikian, kehadiran respon siswa terahir, lamun tidak bersisa relevan, tidak terlazim dipandang umpama masalah. Meskipun hawa teguh menghargai setiap respon siswa terdaftar yang kurang relevan bahkan barangkali salah, akan namun beliau terlazim memilih respon yang perlu ditindak lanjuti sehingga tercipta situasi pedagogi baru.
Lega kasus pembelajaran ini, hawa mencoba memanfaatkan tiga varietas respon sebagaimana yang diperkirakan semula. Melalui diskusi kelas, lebih jauh diajukan sejumlah pertanyaan sehingga siswa berusaha menjelaskan persaudaraan antara ketiga representasi matematis tersebut. Bersendikan penjelasan yang dikemukakan petatar, faktor 3 pada representasi kedua diperoleh berpangkal banyaknya kredit 1000 dan 5000 yaitu masing-masing tiga biji kemaluan. Karena sendirisendiri suku pada representasi kedua mengandung faktor nan sederajat yaitu 3, maka representasi tersebut dapat disederhanakan menjadi representasi ketiga. Hasil sumbang saran ini sekilas menunjukkan adanya pemahaman peserta mengenai konsep faktorisasi suku aljabar. Tetapi demikian, berpokok masalah serupa yang diajukan berikutnya oleh guru, ternyata masih ada sejumlah siswa yang masih menggunakan representasi pertama cak bagi memperoleh angka total uang nan terserah dalam gelas. Kelainan tersebut adalah sebagai berikut. Cawis dua gelas masing-masing berisi uang lelah Rp. 1000,00 dan dua gelas lainnya masing-masing berisi uang lelah Rp. 5000,00. Siswa diminta menemukan dua cara untuk menentukan ponten total uang lelah yang ada
internal beling. Seperti mana plong soal mula-mula, guru menghidangkan ilustrasi (Lembaga 3) yang serupa
seperti gambar sebelumnya.
Rancangan 3. Ilustrasi Masalah Kedua
Melampaui pengutaraan pertanyaan kedua ini, suhu mengangankan akan muncul dua macam representasi yaitu: (1) 2 × 1000 + 2 × 5000, dan (2) 2 × (1000 + 5000) atau 2 × 6000. Belaka demikian, dari respon yang diberikan peserta ternyata tidak sekadar kedua representasi tersebut yang unjuk, akan hanya masih terserah bilang pesuluh nan memperalat representasi purwa seperti pada soal sebelumnya untuk menentukan ponten total uang jasa yang ada dalam gelas. Ini
(5)
menunjukkan bahwa situasi didaktis yang dirancang hawa tidak serta merta bisa membuat siswa berlatih.
Lakukan membantu proses berpikir pesuluh seharusnya kian titik api sreg penggunaan faktor tungkai aljabar refleks memopulerkan konsep variabel, selanjutnya guru menyajikan soal berikut. Terwalak tiga buah gelas yang masing-masing kebal uang jasa nan besarnya setolok akan saja tidak diketahui berapa besarnya. Selain itu, terdapat tiga buah beling lainnya yang masing-masing berisi uang lelah yang besarnya sama akan belaka juga tidak diketahui berapa besarnya. Jika banyaknya uang pada kelompok gelas pertama dan kedua tidak setimbang, berapakah angka total persen yang suka-suka n domestik heksa- gelas tersebut? Temukan tiga cara berbeda lakukan menentukan skor total komisi yang ada dalam kaca. Lakukan membantu proses berpikir siswa, guru menyediakan ilustrasi berupa rajah gelas yang tidak terlihat isinya disusun n domestik dua
kerubungan (Gambar 4).
Tulang beragangan 4. Ilustrasi Keburukan Ketiga
Buat pertanyaan ketiga ini, terletak tiga prospek yang diperkirakan guru akan unjuk
bak respon siswa yaitu: (1) x + x + x + y + y + y, (2) 3x + 3y, dan (3) 3(x + y). Dari respon
siswa yang teramati, ternyata penggunaan luwes seperti nan diperkiraan guru tidak sederum muncul. Respon yang unjuk dari sebagian ki akbar siswa adalah representasi model kedua tetapi tidak menunggangi fleksibel, melainkan dengan kaidah sebagai berikut:
(1) 3 × banyaknya uang n domestik gelas masif + 3 × banyaknya komisi dalam kaca hitam. (2) 3 + 3
Walaupun respon atas masalah terahir ini enggak sebaik-baiknya sesuai dengan prediksi guru, akan tetapi melalui diskusi kelas bawah dengan cara: (1) mengaitkan respon terahir ini dengan representasi matematis yang diperoleh pada soal pertama dan kedua, dan (2) memasalahkan kemungkinan penggantian kalimat panjang pada representasi permulaan alias
lambang gelas puas representasi kedua dengan leter tertentu misalnya a, b, c ataupun x, y, z,
maka sreg hasilnya siswa bisa memaklumi bahwa solusi atas problem yang diajukan bisa direpresentasikan sesuai dengan yang diharapkan hawa.
Selepas peserta diperkenalkan dengan konsep fleksibel, selanjutnya guru menyajikan pertanyaan
keempat yaitu seumpama berikut. Terwalak a buah kaca yang masing-masing mandraguna uang sebesar
x rupiah, dan terletak a buah gelas nan masing-masing berisi uang sebesar y rial.
Tentukan dua cara menghitung jumlah nilai uang yang ada intern seluruh gelas. Kendatipun masih ada siswa yang belum mengarifi inti materi yang dipelajari melampaui aktivitas belajar sebagaimana yang sudah dijelaskan, akan sekadar menerobos interaktivitas yang diciptakan temperatur,
pada ahirnya mereka bisa sampai pada representasi matematis yang diharapkan yaitu: (1) ax +
ay dan (2) a(x + y).
Berbunga kasus pembelajaran yang diuraikan di atas, terdapat sejumlah hal penting yang perlu digaris bawahi terkait dengan situasi didaktis yang diciptakan guru. Permulaan, aspek kejelasan komplikasi dilihat dari transendental sajian maupun keterkaitan dengan konsep yang diajarkan.
(6)
teknik scaffolding nan digunakan master mampu menafsirkan peristiwa didaktis yang cak semau sehingga
proses berpikir siswa menjadi bertambah terpaku. Model sajian berwatak kongkrit dan terstruktur ternyata cukup efektif dalam membantu proses berpikir siswa, sehingga respon mereka terhadap kelainan yang diberikan sreg umumnya muncul sesuai harapan guru. Plong sajian permulaan hawa nampaknya berusaha memopulerkan konsep kaki sejenis disertai proses pemotongan dengan memanfaatkan konsep faktor persemakmuran terbesar. Proses tersebut lebih diperkuat pula pada sajian komplikasi kedua yang lebih sederhana dengan harapan siswa bisa lebih titik api pada aspek faktorisasi tungkai aljabar.
Kedua, aspek runding respon peserta atas setiap masalah yang disajikan. Prediksi respon siswa tersebut disajikan intern skenario pembelajaran yang merupakan bagian dari tulang beragangan pembelajaran nan disiapkan guru. Perhitungan tersebut ialah putaran yang lewat signifikan kerumahtanggaan menciptakan situasi didaktis yang dinamis karena hal itu bisa digunakan master sebagai kerangka cermin untuk melancarkan n domestik membantu proses nanang siswa. Teknik
scaffolding nan digunakan hawa lega dasarnya ialah upaya bikin mendukung proses
berpikir siswa dengan senantiasa berpegang plong lembaga ideal tersebut.
Ketiga, aspek keterkaitan antar situasi didaktis yang tercipta puas setiap sajian masalah berbeda. Bakal menjaga konsistensi proses berpikir, hawa menggunakan konteks yang setolok secara konsisten, yakni menentukan total kredit uang yang ada kerumahtanggaan bilang gelas, pada setiap komplikasi menginjak berbunga nan bersifat kongkrit setakat khayali. Keterkaitan antar situasi didaktis tersebut juga berkenaan dengan konsep yang diperkenalkan adalah faktorisasi suku aljabar melalui sajian macam keburukan dengan tingkat keabstrakan yang semakin meningkat. Aspek keterkaitan tersebut mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pengembangan obyek mental baru karena aksi-aksi mental yang diperlukan dapat terjadi dengan baik misal akibat adanya konsistensi penggunaan konteks serta keterkaitan antar situasi didaktis yang dikembangkan.
Keempat, aspek pengembangan intuisi matematis. Menurut rukyat ahli intuisi inferensial, hati kecil dapat dimaknai sebagai satu susuk penalaran yang dipandu makanya adanya interaksi dengan lingkungan (Ben-Zeev dan Star, 2005). Kendatipun penalaran tersebut lebih bersifat intuitif maupun tidak formal, akan hanya internal situasi didaktis tertentu keberadaannya sangatlah diperlukan terutama cak bagi membantu terjadinya aktivitas mental memfokus puas pembentukan obyek mental baru. Dalam ilustrasi pembelajaran di atas, lingkungan belajar yang dikonstruksi dengan menggunakan benda-benda nyata serta ilustrasi ternyata sangat efektif mengintensifkan rasa hati matematis siswa yang secara langsung memanfaatkan ilustrasi nan terhidang. Representasi informal yang diajukan pelajar berdasarkan rasa hati matematis yang dimiliki ternyata dapat menjadi pematang yang tepat bagi mengarahkan proses berpikir peserta pada representasi matematis lebih formal.
Kasus pengajian pengkajian di atas juga memasrahkan gambaran tentang situasi pedagogis
yang dikembangkan guru. Dalam berekspansi milieu sejauh proses pembelajaran,
temperatur senantiasa membagi kesempatan untuk siswa untuk mengawali aktivitas membiasakan secara individual. Interaktivitas nan dikembangkan guru makin didasarkan atas kebutuhan siswa dalam mencapai tingkat urut-urutan potensialnya yakni lega saat mereka menghadapi kesulitan. Kejadian ini antara lain dilakukan dengan memurukkan siswa yang teridentifikasi mengalami kesulitan untuk bertanya kepada pelajar lain nan sudah boleh atau mutakadim makin kritis mengenai kelainan yang dihadapi. Disadari bahwa terdapat potensi yang berbeda-selisih pada setiap diri siswa, maka sejauh proses pembelajaran guru senantiasa gelintar untuk mengidentifikasi potensi serta kesulitan yang dihadapi siswa sehingga sreg proses selanjutnya hal tersebut boleh digunakan untuk menciptakan interaktivitas nan lebih sinergis.
Ada beberapa catatan menarik berkenaan dengan hal pedagogis yang dikembangkan dan wajib digaris bawahi. Pertama, seting kelas berbentuk U dengan peserta duduk secara berkelompok (empat atau tiga khalayak). Seting papan bawah seperti ini ternyata bisa menciptakan situasi pedagogis bertambah mendukung karena mobilitas guru menjadi lebih mudah sehingga siswa dapat terakses secara lebih merata. Situasi begitu juga ini juga melajukan peserta
(7)
intern berbuat interaksi baik dalam keramaian maupun antar kelompok. Kedua, aktivitas belajar yang dilakukan secara beraneka ragam merupakan individual, interaksi dalam kelompok, interaksi antar kelompok, dan aktivitas kelas. Keadaan ini menerimakan kemungkinan bagi setiap petatar lakukan melakukan proses berlatih secara optimal sehingga peruntungan sparing mereka menjadi makin terjamin. Dalam hal pedagogis seperti ini serta galakan yang diberikan guru lakukan melakukan
interaksi sehingga collabotaive learning bisa terjadi baik dalam kelompok, antar keramaian,
maupun melalui diskusi kelas yang dipimpin guru. Ketiga, kepedulian guru terhadap siswa. Kepedulian ini ditunjukkan antara tidak melalui upaya kontak berbarengan dengan siswa baik secara makhluk alias kelompok, memberikan kesempatan kepada siswa nan mengalami kesulitan cak bagi menanya kepada siswa tidak, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan hasil pemikirannya kepada pelajar tak dalam kelompok atau kelas bawah.
Proses membiasakan matematika lega hakekatnya boleh dipandang sebagai suatu proses pembentukan obyek-obyek mental baru yang didasarkan atas proses pengaitan antar obyek mental yang telah dimiliki sebelumnya. Proses tersebut dipicu oleh kesiapan materi ajar rencana guru sehingga terjadi situasi didaktis nan memungkinkan pelajar melakukan operasi-aksi mental tertentu. Adanya kebinekaan respon nan diberikan pesuluh atas situasi didaktis yang
dihadapi, menghendaki guru buat melakukan tindakan didaktis melewati teknik scaffolding yang
berbagai rupa sehingga tercipta bilang situasi didaktis berbeda. Kekeruhan situasi didaktis, merupakan tantangan individual untuk guru bagi mampu menciptakan kejadian pedagogis yang sesuai sehingga interaktivitas yang berkembang mampu mendukung proses pencapaian kemampuan potensial masing-masing siswa.
Bakal menciptakan hal didaktis maupun pedagogis yang sesuai, dalam mengekspresikan buram pembelajaran guru wajib memandang kejadian pembelajaran secara utuh sebagai suatu obyek (Brousseau, 1997). Dengan demikian, beraneka rupa peluang respon pelajar baik yang memerlukan tindakan didaktis maupun pedagogis, perlu diantisipasi sedemikian rupa sehingga privat publikasi proses pembelajaran dapat tercipta dinamika perubahan situasi didaktis maupun pedagogis sesuai daya produksi, kebutuhan, serta percepatan proses sparing murid.
Menyadari bahwa situasi didaktis dan pedagogis yang terjadi dalam suatu penelaahan merupakan keadaan yang lewat kompleks, maka hawa teradat mengembangkan kemampuan untuk dapat memandang hal tersebut secara komprehensif, mengidentifikasi dan menganalisis hal-hal terdahulu nan terjadi, serta melakukan tindakan tepat sehingga tahapan pengajian pengkajian bepergian lancar dan umpama karenanya pelajar berlatih secara optimal. Kemampuan yang wajib dimiliki guru tersebut lebih lanjut akan disebut perumpamaan
metapedadidaktik yang dapat diartikan misal kemampuan guru cak bagi: (1) memandang
komponen-suku cadang segitiga sama didaktis yang dimodifikasi yaitu ADP, HD, dan HP sebagai satu kesatuan yang utuh, (2) mengembangkan tindakan sehingga tercipta situasi didaktis dan pedagogis yang sesuai kebutuhan siswa, (3) mengenali serta menganalisis respon siswa sebagai akibat tindakan didaktis maupun pedagogis yang dilakukan, (4) berbuat tindakan didaktis dan pedagogis lanjutan bersendikan hasil amatan respon pelajar merentang pencapaian incaran pembelajaran. Karena metapedadidaktik ini tercalit dengan suatu keadaan pembelajaran, maka hal ini dapat digambarkan sebagai sebuah limas dengan bintik puncaknya
adalah temperatur yang memandang alas limas umpama segitiga sama didaktis yang dimodifikasi (Gambar
(8)
Gambar 5. Metapedadidaktik Dilihat berpunca Arah ADP, HD, dan HP
Metapedadidaktik meliputi tiga komponen yang terintegrasi yaitu kesatuan, fleksibilitas, dan koherensi. Komponen kesatuan berkenaan dengan kemampuan guru bagi memandang sisi-sisi segitiga didaktis yang dimodifikasi misal sesuatu yang utuh dan saling berkaitan erat. Sebelum keadaan pembelajaran terjadi, guru pasti melakukan proses nanang tentang tulisan tangan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Keadaan terpenting yang dilakukan internal proses tersebut ialah berkaitan dengan prediksi respon siswa sebagai akibat tindakan didaktis atau pedagogis nan akan dilakukan. Berdasarkan kalkulasi tersebut lebih jauh guru pula berpikir dalam-dalam mengenai estimasi atas berbagai kemungkinan yang akan terjadi, yakni, bagaimana jika respon siswa sesuai dengan estimasi guru, bagaimana sekiranya hanya sebagian yang diprediksikan saja nan muncul, dan bagaimana pula takdirnya apa yang diprediksikan ternyata tidak terjadi. Semua kemungkinan ini tentu harus sudah terpikirkan oleh guru sebelum hal pembelajaran terjadi.
N domestik suatu hal pembelajaran, suhu tentu semata-mata akan memulai aktivitas sesuai tulisan tangan yang memuat antisipasi didaktis dan pedagogis. Pron bila temperatur menciptakan sebuah keadaan didaktis, terletak tiga kemungkinan yang bisa terjadi terkait respon pelajar atas hal tersebut adalah seluruhnya sesuai prediksi guru, sebagian sesuai prediksi, atau tidak ada satupun yang sesuai estimasi. Lamun secara keseluruhan hanya ada tiga kemungkinan sebagai halnya itu, akan tetapi pada kenyataannya respon petatar tersebut tak mungkin muncul kostum bakal setiap peserta. Artinya apabila respon pelajar seluruhnya sesuai dengan prediksi suhu, bukan penting setiap murid memberikan respon yang separas melainkan secara penumpukan respon yang diberikan siswa sesuai prediksi. Dengan kata lain, kalau dilihat semenjak sebelah siswanya, maka akan ada siswa yang memberikan respon sesuai ancangan, ada siswa nan sebagian responnya sesuai prediksi, terserah yang responnya tak sesuai prediksi, dan bisa jadi pun ada yang lain memberikan respon. Kejadian seperti ini pasti menjadi tantangan untuk suhu cak bagi makmur mengidentifikasi setiap kemungkinan yang terjadi, menganalisis peristiwa tersebut, serta menjumut tidakan secara cepat dan tepat.
Tindakan yang diambil guru setelah melakukan amatan secara cepat terhadap berbagai respon yang unjuk, bisa berperangai didaktis maupun pedagogis. Dalam kenyataannya, yang menjadi bahan tindakan tersebut juga boleh bervariasi tergatung hasil analisis master ialah boleh kepada individu, keramaian, atau papan bawah. Akibat berasal tindakan yang dilakukan tersebut karuan akan menciptakan keadaan baru yang suntuk tersangkut sreg jenis tindakan serta mangsa yang dipilih. Pada saat suatu peristiwa didaktis dan ataupun pedagogis terjadi, maka pada detik yang setara guru akan berpikir tentang respon siswa nan mana tahu berjenis-jenis, keterkaitan respon siswa dengan prediksi serta antisipasinya, dan tindakan apa yang akan diambil pasca- sebelumnya melakukan identifikasi serta analisis yang cermat. Dengan demikian, selama proses pengajian pengkajian bepergian hawa akan senantiasa berpikir tentang keterkaitan antara tiga hal yakni antisipasi didaktis-pedagogis, hubungan didaktis peserta-materi, dan nikah pedagogis suhu-siswa.
Onderdil kedua terbit metapedadidaktik adalah fleksibilitas. Skenario, prediksi renspon siswa, serta antisipasinya yang sudah dipikirkan sebelum peristiwa pembelajaran terjadi pada hakekatnya hanyalah sebuah gambar yang belum tentu sesuai kenyataan. Begitu juga dijelaskan sebelumnya, respon siswa tidak selalu sesuai prediksi suhu sehingga berbagai rekapitulasi yang sudah disiapkan perlu dimodifikasi sejauh perjalanan pembelajaran sesuai dengan keterangan yang terjadi. Peristiwa ini tinggal terdahulu bikin dilakukan sebagai konsekuensi makul dari rukyat bahwa pada hakekatnya pelajar punya pengaturan untuk mencapai suatu memampuan sesuai kapasitasnya seorang. Sementara guru sebagai fasilitator, hanya bisa melakukan tindakan didaktis atau pedagogis pada saat siswa benar-benar membutuhkan ialah ketika berusaha menjejak kemampuan potensialnya. Dengan demikian, antisipasi nan sudah lalu disiapkan perlu senantiasa disesuaikan dengan situasi didaktis maupun pedagogis yang terjadi.
(9)
Suku cadang ketiga adalah koherensi atau pertautan logis. Situasi didaktis yang diciptakan guru sejak tadinya penataran tidaklah berkepribadian statis karena plong saat respon siswa muncul nan dilanjutkan dengan tindakan didaktis alias pedagogis nan diperlukan, maka akan terjadi hal didaktis dan pedagogis plonco. Karena kejadian tersebut berkembang sepanjang proses pembelajaran dan sasaran tindakan yang diambil guru bisa bersifat individual,
kelompok, alias kelas, maka milieu nan terbentuk pastilah akan sangat bervariasi. Dengan
demikian, situasi didaktispun akan berkembang puas tiap milieu sehingga muncul keadaan yang
farik-beda. Cuma demikian, perbedaan-perbedaan keadaan yang terjadi harus dikelola sedemikian rupa sehingga perubahan hal sepanjang proses pembelajaran boleh bepergian secara lancar mengarah pada pencapaian tujuan. Bagi mencapai situasi tersebut, maka guru harus kecam aspek pertalian logis maupun koherensi mulai sejak tiap hal sehingga proses pengajian pengkajian dapat mendorong serta memfasilitasi aktivitas belajar petatar secara mendukung mengarah pada pencapaian hasil sparing nan optimal.
Gagasan mengenai tacit pedagogical knowing dalam konteks profesionalitas guru yang
diteliti oleh Toom (2006) memberikan cerminan bahwa tacit pedagogical knowledge nan
diperoleh hawa sejauh melaksanakan proses pembelajaran yakni pengetahuan adv amat berharga sebagai incaran refleksi untuk pembaruan kualitas pembelajaran berikutnya. Toom kembali mengklarifikasi bahwa proses nanang didaktis dan pedagogis dapat terjadi sreg tiga peristiwa adalah sebelum penelaahan berlanjut, puas saat pembelajaran berlanjut, dan sehabis
pengajian pengkajian berlanjut. Belaka demikian, tacit didactical and pedagogical knowledge
hanya bisa diperoleh melalui peristiwa pendedahan yang dialami suhu secara berbarengan. Dengan demikian, metapedadidaktik pada hakekatnya merupakan ketatanegaraan nan bisa
digunakan guru untuk memperoleh tacit didactical and pedagogical knowledge perumpamaan bahan
refleksi pasca penelaahan. Seandainya seorang hawa berada mengidentifikasi, menganalisis, serta mengaitkan proses berpikir dalam-dalam sreg peristiwa sebelum pendedahan (perincian didaktis dan
pedagogis), tacit knowledge yang diperoleh puas keadaan pembelajaran, dan hasil refleksi
pasca pendedahan, maka hal tersebut akan menjadi suatu politik yang sangat baik bakal melakukan pengembangan diri sehingga kualitas pembelajaran dari waktu ke waktu senantiasa bisa ditingkatkan. Dengan prolog lain, metapedadidaktik pada dasarnya adalah suatu strategi pengembangan diri menuju suhu ilmu hitung profesional.
Didactical Design Research (DDR)
Proses ekspansi kejadian didaktis, analisis keadaan belajar nan terjadi sebagai respon atas keadaan didaktis yang dikembangkan, serta keputusan-keputusan yang diambil guru selama proses pendedahan berlangsung, menggambarkan bahwa proses berpikir suhu nan terjadi sejauh pendedahan tidaklah sederhana. Seharusnya proses tersebut dapat memerosokkan terjadinya situasi belajar yang bertambah optimal, maka diperlukan suatu upaya maksimal yang harus dilakukan sebelum pembelajaran. Upaya tersebut telah digambarkan di atas perumpamaan Antisipasi Ilmu keguruan dan Pedagogis (ADP). ADP puas hakekatnya merupakan sintesis hasil pemikiran guru berlandaskan berbagai kemungkinan nan diprediksi akan terjadi lega peristiwa penerimaan.
Salah satu aspek yang perlu menjadi pertimbangan suhu kerumahtanggaan mengembangkan ADP
adalah adanya learning obstacles khususnya yang bersifat epistimologis (epistimological
obstacle). Menurut Duroux (dalam Brouseau, 1997), epistimological obstacle pada hakekatnya
adalah publikasi seseorang yang belaka kurang pada konteks tertentu. Jika orang tersebut dihadapkan pada konteks farik, maka pengetahuan yang dimiliki menjadi enggak bisa digunakan maupun dia mengalami kesulitan untuk menggunakannya. Sebagai contoh, seseorang yang pada mulanya belajar konsep segitiga sekadar dihadapkan puas model sah
(10)
kesulitan yang enggak diharapkan akan muncul. Sebagai hipotetis, ketika sejumlah mahasiswa tingkat pertama dihadapkan pada soal di bawah ini, bukan seluruhnya bisa menjawab dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa laporan yang dimiliki seseorang tidak selamanya bisa diterapkan puas acak konteks.
Pada kerangka di atas, terdapat segitiga Leter, ABD, dan segitiga DEF. Garis CF
dan AE sekufu. Segitiga sama manakah nan luasnya paling besar?
Dengan menimang-nimang adanya learning obstacle ini, maka dalam merancang
situasi didaktis tercalit konsep segitiga (tercatat luas daerahnya), perlu diperkenalkan beberapa model segitiga yang bervariasi. Hal ini dimaksudkan kerjakan menghindari terjadinya
learning abstacle nan mungkin unjuk dikemudian musim.
Proses pengembangan kejadian didaktis, amatan prediksi respon murid atas situasi didaktis yang dikembangkan, serta peluasan ADP, menunjukkan pengembangan rencana pembelajaran sebenarnya tidak hanya terkait dengan kebobrokan teknis nan berujung lega terbentuknya RPP. Hal tersebut makin menggambarkan suatu proses berpikir dahulu benar-benar dan komprehensif mengenai barang apa nan akan disajikan, bagaimana kemungkinan respon peserta, serta bagaimana peluang antisipasinya. Proses berpikir nan dilakukan hawa tidak doang adv minim pada fase sebelum pembelajaran, melainkan sekali lagi kapan pembelajaran dan setelah pendedahan terjadi.
Aktivitas Lesson Study nan meliputi tiga langkah Plan, Do, dan See sebenarnya dapat
dikaitkan dengan proses berpikir guru pada tiga fase yaitu sebelum, pada ketika, dan setelah pembelajaran. Proses berpikir sebelum pendedahan boleh difokuskan pada pengembangan disain didaktis nan merupakan satu rangkaian situasi didaktis. Analisis terhadap disain tersebut akan menghasilkan ADP. Proses berpikir lega saat penerimaan plong hakekatnya merupakan kajian metapedadidaktik yakni analisis terhadap rangkaian situasi didaktis yang berkembang di kelas, analisis situasi belajar misal respon siswa atas situasi didaktis yang dikembangkan, serta analisis interaksi nan berbuntut terhadap terjadinya perubahan kejadian didaktis maupun belajar. Refleksi yang dilakukan pasca- pembelajaran, mencitrakan pikiran guru mengenai apa nan terjadi pada proses pembelajaran serta kaitannya dengan apa yang dipikirkan sebelum pembelajaran terjadi.
Mengingat-ingat bahwa proses berpikir yang dilakukan guru terjadi pada tiga fase, dan hasil amatan dari proses tersebut berpotensi menghasilkan disain didaktis inovatif, maka ketiga proses tersebut sebenarnya dapat diformulasikan umpama rangkaian langkah cak bagi menghasilkan suatu disain didaktis baru. Dengan demikian, pertautan aktivitas tersebut
seterusnya dapat diformulasikan sebagai Penajaman Disain Didaktis maupun Didactical Design
Research (DDR). Pengkajian Disain Didaktis puas dasarnya terdiri atas tiga tingkatan ialah: (1)
amatan kejadian didaktis sebelum penelaahan yang wujudnya aktual Disain Didaktis Hipotetis termasuk ADP, (2) amatan metapedadidaktik, dan (3) analisis retrosfektif adalah analisis yang mengaitkan hasil kajian situasi didaktis hipotetis dengan hasil analisis metapedadidaktik. Dari ketiga tinggi ini akan diperoleh Disain Didaktis Empirik yang tidak tertutup kebolehjadian
untuk terus disempurnakan melalui tiga tataran DDR tersebut.
(11)
DAPTAR Referensi
Ben-Zeev, Tepi langit. Dan Star, J.(2002). Intuitive Mathematics: Theoretical and Educational
Implications. Michigan: University of Michigan
Brouseau, G. (1997). Theory of Didactical Situation in Mathematics. Dordrecht: Kluwer
Academic Publishers
Kansanen, P. (2003). Studying-theRealistic Bridge Between Instruction and Learning. An Attempt to a Conceptual Whole of the Teaching-Studying-Learning Process.
Educational Studies, Vol. 29,No. 2/3, 221-232
Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Penelaahan Tidak Langsung serta Pendekatan
Gayutan Berbarengan dan Tidak Berbarengan n domestik Rangka Meningkatkan Kemampuan
Berpikir dalam-dalam Matematika Tingkat Janjang Siswa SLTP. Bandung: SPS UPI
Toom, A. (2006). Tacit Pedagogical Knowing At the Core of Teacher’s Professionality. Helsinki:
University of Helsinki
(12)
DINAMIKA (Intelektual) SAINS Pangkal
Lilik Hendrajaya
Prof., Drs., Ir., M.Sc., Ph.D.
DINAMIKA (Ilmuwan)
SAINS Asal/MIPA DALAM
MEMBANGUN DIRI DAN
BANGSA
Oleh
Prof. Ir. Drs. Lilik Hendrajaya, M.Sc., Ph.D. Hawa Besar Fisika Mayapada, FMIPA – ITB
FOCUS GROUP DISCUSSION DEWAN PENDIDIKAN TINGGI
JAKARTA 21 – 22 JULI 2010
ISI
1. DINAMIKA
2. STRUKTUR PROSES DINAMIKA SISTEM PENALARAN SAINS Radiks
3. SOLUSI ITERATIF 4. MEMBANGUN Nasion 5. PENUTUP
(13)
1. DINAMIKA
a. DINAMIKA YANG DIMAKSUD Yaitu PROSES GERAK, DIMANA SUMBER/ PENYEBAB GERAK, BAGAIMANA Buram GERAKANNYA SERTA KEARAH MANA GERAKAN TERANGKAI Kerumahtanggaan MEKANISME YANG TERNALAR b. DINAMIKA SAINS DASAR
GERAKAN PERTUMBUHAN SAINS DASAR YANG
TERNALAR MAKSUD DAN TUJUANNYA TERPANTAU DAN “Terevaluasi” Hasilnya (OUTPUT DAN OUTCOME)
1. DINAMIKA
c. DINAMIKA PERTUMBUHAN
ARAH DINAMIKA SAINS DASAR ADALAH Untuk 1) MEMBANGUN DIRINYA
• KUATNYA Jalan angan-angan DAN Berlaku/Bersemi SAINS Sumber akar (ASPEK FILOSOFI Kian MANTAP)
• Mandu PEMBELAJARAN SISTEMATIK DAN MUDAH DIPAHAMI • HASIL RISETNYA APRECIATIF DAN TERPERHATIKAN 2. MEMBANGUN Bangsa
• MENGHASILKAN KARYA-KARYA Menyeluruh Menyampaikan ILMU, SEHINGGA MENJADI CIRI DAN JATIDIRI Bangsa INDONESIA SEBAGAI Bangsa PEMAJU
• MENGHASILKAN KOMODITAS (PEMIKIRAN, JASA DAN PRODUK) YANG DIMANFAATKAN Mahajana Bakal Kehidupan SEJAHTERA DAN MAJU
(14)
1. DINAMIKA
d. KOMPONEN DINAMIKA
AGAR TERJADI Satu DINAMIKA, KOMPONEN BERIKUT SANGAT Berperan :
• POSISI SAINS Dasar Intern PERTUMBUHAN ILMU PENGETAHUAN (DAN TEKNOLOGI) DAN DAN Tamadun Khalayak
• STRUKTUR PENALARAN DAN PEMAHAMAN DARI SAINS DASAR
• Kemandirian, SIKAP DAN PERILAKU DAN KEPEMIMPINAN Ilmuwan SAINS Bawah • Kendala YANG HARUS DIATASI
2. STRUKTUR PROSES DINAMIKA DAN SISTEM
PENALARAN SAINS Radiks
a. SAINS Asal DAN PERTUMBUHAN Guna-guna Warta (DAN TEKNOLOGI) DAN Kebudayaan Insan
(15)
OBSERVASIONAL
BUDAYA, PERILAKU &
KEINGINAN Turunan
LOGIKA (KUANTITATIF +
KUANTITATIF)
SAINS DASAR / MIPA
BIOLOGI
Kimia
FISIKA
Ilmu hitung
OBSERVASIONALHK Pan-ji-panji FISIKAL – KUANTITATIF – KUALITATIF
KEHAYATAN
( MIKRO, BUMI, KOSMOS )
KESEHATAN
&
KEDOKTERAN
BIO PROSES
&
TEKNOLOGI
AGRO
Rekayasa
&
TEKNOLOGI
Pabrik
SOSIAL, EKONOMI
&
KEMANUSIAAN
Anak adam
1 2 3 4 5
5 ESENSIAL
Keunggulan : “MAJELIS” Urut-urutan
Ilmu Siaran
Prestise Umur MANUSIA YANG MENCIRIKAN Peningkatan HASIL KARYA MANUSIA Kerumahtanggaan Modern (Tertera SENI BUDAYA), MEMANFAATKAN Kehidupan Nanang UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUPNYA Yang MEMULIAKAN PERDAMAIAN, KEADILAN DAN Kedamaian
(16)
SAINS DASAR MENJAWAB PERMASALAHAN Sukma DENGAN MENGHASILKAN :
• TERAPAN : “PROBLEM SOLVING” MASALAH NYATA • Industri : Menunaikan janji KEBUTUHAN MANUSIA
YANG SIFATNYA MASSAL DENGAN MENGHASILKAN “Barang” YANG DIPERLUKAN
• MENGHASILKAN CARA Berpikir Responsif, TERUKUR DAN KONSTRUKTIF DALAM MEMBANGUN
Nasib Umum (SOSIAL EKONOMI DAN KEMANUSIAAN)
1. MATEMATIKA
a) DEFINISI/PENGERTIAN DASAR DARI OBYEK BAHASAN b) PENGERTIAN BENAR, Riuk, DSB
c) UNGKAPAN KETERKAITAN BEBERAPA Denotasi (DALAM SIMBOL) DALAM Satu RUMUSAN DAN RUMUS d) KETERAMPILAN DALAM Mengamalkan PROSES
ARITMATIKA, Amatan (DIFERENSIAL-INTEGRAL), Lembaga Khasiat, URAIAN, NUMERIK, DSB. e) KETERAMPILAN BERPIKIR Responsif, Analisis,
DEDUKTIF, INDUKTIF, Amatan, SINTESIS, DSB.
b. STRUKTUR PENALARAN SAINS DASAR
2.
FISIKA
a) MEMODELKAN Hal/PERISTIWA DALAM SISTEM SEBAB (Sendang) DAN AKIBAT (Lembaga, GERAK, KINERJA, HASIL) YANG Dapat DIUKUR Simultan DAN TAK Bertepatan. DENGAN MERUJUK Syariat Bendera DAN PRINSIP-Kaidah TURUNANNYA. b) MENGGUNAKAN BAHASA MATEMATIKA (Kajian,
KETERAMPILAN Terkait, PROBABILISTIK, DSB) UNTUK MERUMUSKAN HUBUNG SEBAB-AKIBAT TADI (Susunan DINAMIKA).
(17)
3.
FISIKA – MATEMATIKA, Satu SINERGIS
a) MENGUNGKAPKAN SUATU PROSES/Kejadian Intern BAHASA RUMUS (RUMUSAN) SERTA Menunggangi Huruf angka ADALAH MERINGKASKAN
• URAIAN/CERITERA BAGAIMANA PROSES ITU TERJADI
• MENGUNGKAPKAN KETERUKURAN PROSES TERSEBUT
(KUANTITATIF)
• MENYATAKAN MANA Yang DIKETAHUI/HARUS DIUKUR, YANG DIMISALKAN DAN MANA Yang HARUS DIPERKIRAKAN/ DIHITUNG
b) ENTITAS/Kuantitas FISIKA SUATU BENDA Sendang PADA BANYAK Kejadian Enggak Bisa DISENTUH DIUKUR Sambil. MAKA DIGUNAKAN “Panggung FISIKA” (PANAS, Gaya berat, Magnet, Listrik, CAHAYA, TEGANGAN, DSB) Yang DIPANCARKAN Sumber Maupun Yang DITANGGAPI SUMBER JIKA DIBERI GANGGUAN, Nan KEMUDIAN MENGHASILKAN “GERAKAN” Yang DAPAT DIUKUR. SISTEM KONVERSI Wadah ITU DISEBUT INSTRUMEN/ALAT UKUR.
4.
KIMIA
Ilmu pisah ADALAH PROSES Pergantian ELEKTRON DI KULIT LUAR SUATU Elemen Mulai sejak Suatu SENYAWA.
PENALARAN KIMIA Cinta TERKAITKAN DENGAN PROSES PENGOLAHAN Bulan-bulanan/MATERI.
FISIK-Matematika MENJADI ALAT PENALARAN PROSES Kimia. PROSES KIMIA Intern SISTEM HAYATI DISEBUT BIOKIMIA Melandasi BIOPROSES.
5.
Ilmu hayat, ILMU HAYATI
MEMPELAJARI SISTEM KEHAYATAN: MANUSIA, Pohon, Binatang, Bibit penyakit Nan Mulanya DIUNGKAPKAN Pecah HASIL PENGAMATAN (FAKTA) DAN KEMUDIAN BIOKIMIA, BIOFISIKA MENJADI BAHASA MEKANISME PROSES
(18)
6.
REKAYASA DAN TEKNOLOGI
KARENA MATERIAL (HAYATI DAN NON HAYATI) BANYAK MANFAATNYA BAGI Individu, MAKA MANUSIA DENGAN MAMANFAATKAN ATURAN Pan-ji-panji DAN PENALARAN EKSAK Menciptakan menjadikan REKAYASA DAN MENERAPKAN TEKNOLOGI AGAR PROSES TERKAIT MATERIAL DAPAT Tertangani DAN MENGHASILKAN BERBAGAI Faedah Dalam Jumlah MENCUKUPI, DAN Lingkungan KEHIDUPAN Yang Lebih NYAMAN.
7.
METODE (Nanang) ANALITIK
BERNALAR DENGAN MENERAPKAN Hukum Pan-ji-panji, PRINSIP-Mandu KEBENARAN DAN RUNUT DISEBUT METODE ANALITIK.
SUATU SINTESIS METODE ANALITIK Adalah METODE PENELITIAN/RISET Nan DIAGRAM ALIRNYA SBB :
MODIFIKASI Cermin
Transendental TEORI
RUMUSAN
PERILAKU
PERILAKU
TEORETIK
“Terbandingkan”
FENOMENA,
Rang BARU,
Atau PERSOALAN
Nan DIBAHAS
KONSEP
PENGUKURAN
Simultan DAN
TAK Berbarengan
METODE
PENGUKUR-AN DPENGUKUR-AN
PENGOLAH-AN DATA
INSTRUMENTASI
Lembaga PENGUKURAN
PERILAKU EMPIRIS
HUKUM,
Kaidah-Kaidah, Ataupun
RANCANGAN
DASAR
FENOMENA Kerangka
Baru ATAU Permasalahan
TERJELASKAN
Perkiraan REALISASI RANCANGAN
KHASANAH
IPTEK
TEMUAN, Inovasi, Rakitan
Ya
Tidak
– Hukum ALAM,
– Mandu-Kaidah
– Tulang beragangan
DASAR
Menginjak
METODE INI MENGARAHKAN HASIL Ialah HASIL Reka cipta MEMAJUKAN ILMU (DISCOVERY) Maupun YANG
MENGHILIR MENJADI “KOMODITAS” Yang DIPERLUKAN Bani adam
(19)
8.
MENGHULU/“MENGANGKASA” DAN MENGHILIR
a) MENGHULU/”MENGANGKASA” :
ARAH PENALARAN Condong KE ATURAN DASAR/ ESENSIAL Untuk MENCARI Kejadian-HAL MENDASAR YANG BARU SEHINGGA MENGHASILKAN KERAGAMAN (ALTERNATIF) DALAM HASIL PENGHILIRANNYA DAN PENGUATAN PERTUMBUHANNYA (REVITALISASI)
b) MENGHILIR (KE ARAH KEBERLANJUTAN, SUSTAINABILITY): ARAH PENALARAN MENGHASILKAN Produk Yang Bermakna BAGI Makhluk, SEHINGGA TERJADI TRANSAKSI Bisnis : Barang DITUKAR DENGAN Uang SEPERTI : Membiasakan/Pidato, PELATIHAN, LISENSI, FRANCHISE, TRANSAKSI Perkulakan. Berpokok DANA (Uang lelah) Nan Terhimpun DILAKUKAN PENGEMBANGAN ILMU TERSEBUT.
9.
PENDEKATAN SISTEM
PENJELASAN PROSES SEBAB-AKIBAT SECARA GARIS Raksasa MEMERIKAN BESARAN/SATUAN Nan Terkait Privat PROSES
KOTAK PROSES “INTERAKSI” • HUKUM Liwa • Cara-PRINSIP • Sifat • KONDISI/Cais LINGKUNGAN • KATALIS • Prospek; Obstruksi c KENDALI OUT PUT IN PUT
SUATU FENOMENON TERJADI Berpokok UNTAIAN SISTEM PROSES
UMPAN BALIK
10. Obstruksi (ASPEK MANUSIAWI)
KONDISI AWAL (1970 – 2000)
• INSTITUSI SAINS DASAR/MIPA : “EXIST BY DEFAULT” HADIR KARENA KEHARUSAN KURIKULUM Nan ADA DI NEGARA-NEGARA Maju. • KEHIDUPAN PRAGMATIS MEMPERSEPSI SAINS DASAR TIDAK HASILKAN
Kurnia Taajul, SEHINGGA KURANG DIHARGAI/DIBIAYAI DIBANDINGKAN ILMU TURUNANNYA YANG DIHILIR. Nan DIAHARGAI :
− YANG MENGHASILKAN KOMODITAS (TEKNIK)
− YANG HASILKAN TATANAN PENGELOLAAN Persen (EKONOMI)
− Nan HASILKAN Kekuasaan (PEMERINTAHAN, HANKAM, Syariat)
• KONDISI Kurang Pujian MENGHASILKAN “Landasan KEBUNTUAN” DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN (Janjang) SAINS Radiks. Mileu INI TERJADI DAN MENJEBAK PARA PENGAJAR DAN Cendekiawan
• SULIT SEKALI MENJADI “VISIT BY ITS USERFUL PRODUCTS” (REVITALISASI)
(20)
Individu DG
KECERDASAN
RENDAH
Adv minim Apresiasi PENGAJAR GAJI RENDAH PEMBELAJARAN KURANG Bakir SKRIPSI SEMPIT, KERING KURIKULUM “WAJIB” Normatif
NEGARA
MAJU
GURU Alias DOSEN LULUSAN ASAL Tanggap “SAINS” Lakukan “SAINS” ? DOSEN TEMUKAN PELUANG DAN BERHASIL • Lain Pun • Tak CERITERA MAHASISWA KELUAR Alias PINDAH
SEBAGIAN
Ki akbar
Gudi KEBUNTUAN
PENGAJAR SAINS Radiks
KE BIDANG Tidak, LUPA
Industri
Yang BERHASIL
Enggak Serah Publikasi
• AKIBAT
DOSEN SAINS DASAR :
– INTROVERT “NRIMO”, Cacat PERCAYA DIRI – Aspal”MARGINAL”Cerek (Terpinggirkan) – DEKAT DENGAN “GARIS KEMISKINAN” – TIDAK Bisa MENANGGAPI “PEMBAHARUAN” – Bukan MAMPU MENGADAKAN Perlintasan – TERBENTUK “Medio CRICITY”
– BUDAYA “Cemburu” (SMS : SENANG MELIHAT Khalayak LAIN Trenyuh, SEDIH MELIHAT Orang Tak Senang)
3. SOLUSI ITERATIF
(REVITALISASI SAINS Sumber akar/MIPA)
a. INSENTIF
• PERBAIKAN GAJI DAN TUNJANGAN FUNGSIONAL • Darmasiswa PASCASARJANA (S2, S3) DENGAN SISTEM
PENERIMAAN SELEKTIF DAN ATAU ADAPTIF, Senggat UMUR DILONGGARKAN
• DIBANGUNKAN “SURPLUS CENTER” SAMBIL STUDI S3 • ADA “Lahan KHUSUS” Kerjakan RISET SAINS DASAR • KEGIATAN DIBINA DAN DIKAWAL Seyogiannya Ada
KEMUDAHAN FASILITAS SERTA Berkreasi Moralistis DAN MENJADI Langgeng
(21)
b. GIRI : SOFT SKILLS DAN LEADERSHIP
1) PEMBINAAN “SOFT SKILLS” (PENGEMBANGAN PRIBADI) AGAR MENJADI PRIBADI YANG BERPIKIR Riil, Berpunya, INOVATIF, Gemuk DAN BANYAK Persekutuan dagang, BAIK UNTUK Pembimbing DAN SECARA KURIKULER UNTUK MAHASISWA
2) MEMBANGUN “LEADERSHIP” Nan Berani MAJU DALAM INSTITUSI YANG Terserah SERTA DALAM Gerombolan BIDANG Aji-aji DAN Kepakaran.
c. MERUJUK Teoretis PERUBAHAN ILMU :
• MENUGASKAN Bilang Akademikus MENEKUNI “UJUNG TOMBAK” PERTUMBUHAN ILMU MAJU DENGAN DIDUKUNG KEGIATANNYA DENGAN TETAP MENGERJAKAN ASPEK TERAPAN UNTUK
“SURVIVALNYA” (20 % ?)
• MENGHILIR MENGEMBANGKAN TERAPAN DAN MENCIPTAKAN “HILIR” BARU Nan Terserah PASARNYA (80 % ?)
SAINS DASAR : “Barisan CADANGAN NASIONAL”
Tim
Maesenas
MA, STAT, FI, Borek, BI
PT PENYELENGGARA
PERGURUAN
Pangkat
DAERAH
PROMOVENDUS
S3
INSTITUSI
Enggak
Kunci
PERTUMBUHAN
PASAR
LAB
WORKSHOP
GRUP Riset
PROD HOUSE
DITJEN
DIKTI
TAWARKAN
PROGRAM & TOPIK
SURPLUS
CENTER
(22)
d.
KEGIATAN REVITALISASI SAINS Radiks/MIPA
1)
PROGRAM DOKTOR (S3)
• DOSEN DAN ILMUWAN SAINS DASAR HARUS DOKTOR • Program DOKTOR Intern NEGERI MENERIMA Peserta
SECARA SELEKTIF ADAPTIF
• PEMBIMBINGAN Adalah KERJASAMA/PEMDAMPINGAN • TIM PROMOTOR Membantu MEMBUATKAN SURPLUS
CENTER, DITEMPAT KERJA PROMOVENDUS DAN JARINGANNYA
• MEMANFAATKAN KEBERHASILAN Maupun KEUNGGULAN YANG ADA
• DILAKUKAN Kembali PEMBINAAN SOFT SKILLS DAN LEADERSHIP.
2. Pendalaman, PUBLIKASI DAN SEMINAR
• MEMANFAATKAN INSENTIF RISET DARI MENRISTEK Fokus SAINS DASAR DAN MATERIAL MAJU. Sekali lagi DANA Investigasi DARI DP2M DIKTI DENGAN MEMANFAATKAN GURUBESAR ATAU PAKAR Nan ADA SEBAGAI PEMBINA ATAU DINAMISATOR
• Jurnal ILMIAH Teradat DIMANTAPKAN PENERBITANNYA • DI TIAP SEMINAR PERLU DIBIASAKAN TERJADINYA
TRANSAKSI Bagaikan Media APRESIASI, BERBAGAI KEBERHASILAN DAN Bagian Bermula Kemajuan MEMANFAATKAN SAINS DASAR
3.
INSTITUSI, ORGANISASI
• SAINS DASAR TUMBUH Ki akbar BERSAMA-SAMA TUNAS DAN TURUNANNYA
• JANGAN Merujukkan TUNAS ATAU TURUNANNYA MENJADI ORGANIASASI TERPISAH, KARENA AKAN MEMUTUS PROSES Pengukuhan Pecah SAINS Radiks DAN MEMPERLEMAH Keefektifan INSTITUSI Emak Untuk MENJALANKAN Beban Memberikan Kenyataan DASAR BAGI PEMELAJAR
• FAKTA MENUNJUKKAN Induk SAINS Pangkal AKAN Mengutarakan TUNAS Yang Setolok DAN TUMBUH
• INSTITUSI MEWADAHI PROSES PENGUATAN DAN PERTUMBUHAN Makanya Alhasil DIPERLUKAN LEADERSHIP (BAIK DI Mileu Perguruan tinggi, Rang Penekanan DAN ORGANISASI BIDANG ILMU/PROFESI)
• KEBERADAAN INSTITUSI HARUS MEMBERIKAN MANFAAT Cak bagi ANGGOTANYA
• TIAP INSTITUSI Teradat Mengembangkan SURPLUS CENTER Untuk KEBERLANJUTANNYA
• Seandainya INSTITUSI Muara : FAKULTAS TEKNIK Adv minim Lestari, AJAK BERGABUNG DENGAN Mewujudkan FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI.
(23)
4. REKRUTING MAHASISWA DAN Pelukisan
• Kesuksesan SAINS Asal (MENGHULU DAN MENGHILIR) PERLU DIDOKUMENTASIKAN DAN DIVISUALISASIKAN SECARA BAIK SEBAGAI Alamat Mulanya Penerimaan MAHASISWA BARU
• DIKARENAKAN PARADIGMA PEMBINAAN Kemajuan Riset Yang Sungguh-Sungguh DAN IKHLAS. PENDIDIKAN SAINS Dasar Dapat Memungkiri “Kambing MENJADI HARIMAU Alun-alun KERJA”
• DIPERKENALKAN KEBERHASILAN STAF Penatar N domestik BIDANGNYA DAN PARA ALUMNI Dalam PEKERJAANNYA • Bisa Mengakuri MAHASISWA Gusuran DAN KONVERSI
BIDANG LAIN Melewati SISTEM MATRIKULASI
• Bidang ILMU S1 Boleh FOKUS Puas SEKTOR TERTENTU DIMANA DIPERLUKAN BANYAK SDM.
• SAINS Asal PENTING, Maka itu Balasannya HARUS REKRUT/Mengakuri BANYAK MAHASISWA .
5. PENGAJARAN DAN PEMAHAMAN
• MENGEMBANG TEKNIK-TEKNIK Pengajaran Buat PENINGKATAN Kognisi
• MENGEMBANGKAN Makmal PRAKTIKUM PEMAHAMAN HUKUM Umbul-umbul DAN Pendirian PERAGA DAN Perabot UKUR YANG Boleh DIBUAT SENDIRI
• Menunggangi BAHAN, POTENSI DAN Bagasi LOKAL UNTUK OBYEK BAHASAN
• Hawa SAINS DASAR Dianjurkan Cekut KURSUS/ Lektur PENGAJARAN SAINS (MA, FI, KI, BI)
4. MEMBANGUN DIRI DAN Bangsa
a. MEMBANGUN DIRI
1) CAPAI : KOMPETENSI AKADEMIK TERTINGGI (DR), MATANGKAN ASPEK FILOSOFI KEILMUAN TERKAIT DAN SECARA ANALOGIS Nan TEPAT DITERAPKAN DALAM KEHIDUPAN
2) Menyuruti Model KEMANDIRIAN :
TRIDHARMA (TERPADU Ki berjebah Terhargai) Andai “POINT AND COINT Generator) Memunculkan KARIR DAN SEJAHTERA
(24)
DIKLAT, Lokakarya
KONSULTASI, JASA IPTEK
BUKU Pintar DSB
DANA Proyek
HASIL PENJUALAN
KARYA
DANA KERJASAMA
PENGABDIAN
KEPADA
Awam
KEMAMPUAN
IPTEK
PENDIDIKAN
ALIH IPTEK
Penekanan
Dasar YANG Lestari
Khazanah BARU
Ki kesulitan SOLVING
RANCANGAN
PRODUKSI
PASAR / MASYARAKAT
DIAGRAM TRI DHARMA : POIN DAN COIN Penyemangat
CATATAN, BUKU
PENDIDIKAN S2, S3
POST DOCTORAL
GAJI,
Darmasiswa
Publikasi PATENT,
LISENSI
DANA RISET
ROYALTY
KEGIATAN RISET
KEGIATAN PENDIDIKAN
MANAJERIALKEGIATAN
KETERPADUAN KESEIRINGAN
Adegan SPIRAL :
DAUR AKTIVITAS MANAJERIAL
• KEMAJUAN DAN
• Manfaat
INSTITUSI
• LEADERSHIP
• Apresiasi
• Penampilan
• KONTRIBUSI
• DINAMISATOR
• Patuh
• SOP
• Pembiasaan
SEMANGAT
KERJA/Membiasakan
• Ilusionis
• FOKUS TUGAS
• GAUL
Kenaikan
MATURITAS
(25)
b) MEMBANGUN BANGSA 1) Pengajaran
a) MENCIPTAKAN Prinsip Pencekokan pendoktrinan Nan Grafis DAN MUDAH DIPAHAMI, SEHINGGA BELAJAR SAINS DASAR Tidak MERUPAKAN Bagasi Namun SUATU Kepelesiran
(LECTURETAINMENT)
b) MENGAJARKAN DAN MEMBERI Konseptual BAGAIMANA KREATIF DENGAN MENGGUNAKAN PRISNIP-Prinsip SAINS DASAR
c) MEMPERKUAT Kesadaran SAINS Pangkal AGAR PELAJAR DAN MAHASISWA MAMPU Bersaing Intern Lomba OLIMPIADE SAINS Jagat
d) Prinsip-PRINSIP SAINS DASAR MENGAJARKAN Keterusterangan, KRITIS, ULET, MANCARI SOLUSI, ADAPTIF, Yang SANGAT BAIK Buat PEMBANGUNAN Kepribadian BANGSA
2) RISET DAN KERJA OPERASIONAL
a) MELAKUKAN Pendalaman DAN MEMAJUKAN Ilmu DENGAN TEMUAN (DISCOVERY) YANG Menyeluruh YANG AKAN Mengangkut BANGSA INDONESIA TERPERHATIKAN SECARA Jagat
b) Menekankan Penajaman SAINS DASAR Lega SUMBER Ki akal Kalimantang INDONESIA. SELAIN Kerjakan
KEPENTINGAN KESEJAHTERAAN BANGSA Boleh MEMBAWA Label KOMPARATIF INI MENJADI UNGGULAN KOMPETITIF DUNIA, KARENA TEMUAN-TEMUAN Nan KHAS.
c) MEMBANGUN JARINGAN Pengajian pengkajian, RISET DAN PEMBANGUNAN PUSAT KERJA BERBASIS Pengkajian (SURPLUS CENTER) UNTUK MENGALIRKAN HASIL KERJA CERDAS DAN BERMANFAAT Lakukan MEMBANGUN PROSES “KEBANGSAAN CERDAS”.
5. PENUTUP
• LAKUKAN “EVALUASI DIRI”
• Rujuk Warta BAIK DARI Presentasi INI • TAMBAHKAN PEMIKIRAN LAIN (PENDAPAT SENDIRI
DAN ORANG Tidak) Yang SINERGIS
• SUSUN KEPUTUSAN BAGI DIRI Koteng ATAU ORGANISASI
• Lekas BERGERAK, Buat LANGKAH MAJU Privat Wewenang ANDA
• EVALUASI LANGKAH ITU, JIKA Konkret Serigala ORANG Tidak Berputar BERSAMA ADA
(26)
DOWN STREAMING PHYSICS
(RESEARCH) IN THE DEVELOPING COUNTRY: INDONESIA
Lilik Hendrajaya
Prof., Drs., Ir., M.Sc., Ph.D.
2
(© de2010)
1. THE PARADIGM OF RESEARCH TOWARD SUSTAINABILITY (RISET Condong KE KEMANDIRIAN
2. FOCUSING RESEARCH TO COUNTRY PROBLEMS 3. DIRECTION OF PHYSICS RESEARCH (BASIC
SCIENCES REVITALISATION)
4. DOCTORATE PROGRAM AND BUILD “SURPLUS CENTERS”
(27)
3
(© de2010)
1. THE PARADIGM OF “RESEARCH TOWARD SUSTAINABILITY”
(Eksplorasi Merentang KE KEMANDIRIAN)
1.1 GENERAL :
THE PARADIGM OF “UNIVERSITY SUSTAINABILITY”
• TRIDHARMA : POINT AND COIN GENERATOR • RESEARCH TOWARD SUSTAINABILITY
• ACADEMIC HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT • VALUE RESPECTED UNIVERSITY BUSINESS
4
(© de2010)
GREETING ………..
PHYSICS ? ………..
BE EXCELLENT…………..!
5
(© de2010)
a. TRIDHARMA (THREE PRINCIPALS)
COMMUNITY
SERVICES
EDUCATION
RESEARCH
COMMUNITY EDUCATION PROBLEMS TO SOLVE CASE STUDY METHOD TO APPLY GOOD BASIC NEW KNOWLEDGE • LECTURE NOTE • ADV DEGREE • SALARY • ROYALTY PUBLICATION PATENT EXPERTISE • RESEARCH FUND • ROYALTY, FEE
TRIDHARMA “POINT AND COIN Pengobar”
INTEGRATIVE, PRODUCTIVE, MEASURABLE
• LECTURE • PROFESSIONAL
SERVICSE • FEE
(28)
6
(© de2010)
b. AKADEMIC HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT
PROF
ASS
LECTURER
ASSISTANT
POST DOCTORATE DOCTORATE PROGRAM NATIONAL INTERNATIONAL INSTITUSIONAL FIELD PROFESSIONAL LABORATORIAL
CONE OF COMPETENCE SPIRAL OF MANAGEMENT
7
(© de2010)
c. VALUE RESPECTED UNIVERSITY BUSINESS
APPLIED RESEARCH “GOLDEN SEAT” NATIONAL PROFESSIONAL MASSAL EDUCATION GENERAL COMMODITY
ACTIVITY
MARKET
•SPECIAL STUDY •UPGRADE, IMPROVEMENT •NEW INDUSTRY •SPECIAL TUITION •OPERATROR, MANAGER
•SMALL, MIDLE BUSINESS
•TRAINER •SUPERMARKET •TRANSPORTATION •WARE HOUSE •OTHER SERVICES INDUSTRY GOVERNMENT INTERNATIONAL SKILL WORKFORCE PUBLIC
8
(© de2010)
1.2 RESEARCH TOWARD SUSTAINABILITY
(Investigasi Mendatangi KE KEMANDIRIAN)
THE FOUR PILLARS
a. METHODOLOGY IS DESIGNED TO DOWNSTREAM RESULT b. RESEACRH IS TO STRENGTHEN THEORY, APPLICATION
AND INDUSTRY
c. RESEARCH COMMODITIES
d. HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT SUPPORTING THE ABOVE THREE PILLARS
(29)
9
(© de2010)
Menginjak
WITH
Komplikasi
QUESTION
• NEW PHENOMENON • PROBLEM • DESIGN ?
?
GLOSSARY
OF
KNOWLEDGE
CHOSEN THEORETICAL Hipotetis • Indeks • IDENTIFICATION • OBSERVATION • MEASUREMENT DESIGNING, MAKING EQUIPMENTS OR MEANS METHOD OF MEASUREMENT AND DATA PROCESSING EMPIRICAL BEHAVIOR DERIVED THEORETICAL BEHAVIOR Cegak ?
NEW KNOWLEDGE
• PHENOMENON IS UNDERSTOOD • Ki kesulitan IS SOLVED • NEW DESIGN • PREDICTION • SOLUTION • APPLICATION • SYNTHESES • PRODUCTS
DOWN STREAM
IMPROVE
THE Kamil
YES
NO
a. METODOLOGY TO DOWNSTREAM THE RESULT
10
(© de2010)
b. RESEARCH TO STRENGTHEN (AT LEAST ONE OF)
THEORY, APPLICATION, AND INDUSTRY
T
H
E
Udara murni
R
Y
A
P
L
L
IC
A
Horizon
IO
N
IN
D
U
S
Lengkung langit
R
Y
A
P
L
L
IC
A
Tepi langit
IO
N
IN
D
U
S
T
R
Y
COST CENTER
SURPLUS CENTER
PROFIT CENTER
APPLICATION : HOW THEORY SOLVES REAL Ki aib
INDUSTRY : APPLICATION THAT PRODUCES INCOME/PROFIT
11
(© de2010)
AT EVERY FIELD MAJOR (KNOWLEDGE), THERE IS (AT LEAST ONE) A STRATEGIC COURSE (KNOWLEDGE) THAT HAS POTENCY TO ENRICH THE CORE THEORY AND HAS DEDICATED THOUGHT LEAD TO APPLICATION.
(30)
12
(© de2010)
c. RESEARCH COMMODITIES
1. GLOSSARY OF RELATED KNOWLEDGE
• HISTORY OF SPECIFIC SCIENCE OR TECHNOLOGY, MEMOIR • PUBLISHED SCIENCE PAPER
• SMART COOK BOOK, TECHNICAL MANUAL • DATA COLLECTION
• POPULAR ARTICLES • SOLD THROUGH PUBLISHER 2. SKIL KNOWLEDGE FOR WORKSHOP
3. SEMINAR GATHERING WITH BUSINESS TRANSACTION 4. SPECIAL EXPERTISE FOR STUDY AND Penyakit SOLVING
(CONSULTING SERVICES) 5. KNOWLEDGE PRODUCTS :
• INTELECTUAL PROPERTY : COPY RIGHT, PATENT, TRADE MARK/BRAND
• INDUSTRIAL PRODUCTS
d. HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT TO SUPPORT THE
ABOVE THREE PILLARS
13
(© de2010)
2. FOCUSING RESEARCH TO COUNTRY PROBLEMS
2.1 MINISTRY FOR RESEARCH & TECHNOLOGY FOCUS :
• FOOD RESILIENCE • HEALTH AND MEDICINES
• NEW AND RENEWABLE ENERGY (ENERGY AVAILABILITY) • DEFENCE & SECURITY TECHNOLOGY
• MANAGEMENT AND TECHNOLOGY OF TRANPORTATION • INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY • BASIC SCIENCES AND ADVANCED MATERIALS
• SOCIAL AND HUMANITY SUPPORT Keburukan SOLVING OF COUNTRY PROBLEMS
14
(© de2010)
2.2 HIGHER EDUCATION RESEARCH TOPIC CLUSTERS
• NEW ENERGY RESOURCES • FOOD SECURITY AND RESILIENCE • HEALTH AND MEDICINES
• INFRASTRUCTURE, TRANSPORTATION AND DEFENCE – SECURITY • INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY • DISASTER MANAGEMENTS AND MITIGATION • REGIONAL AUTONOMY AND DECENTRALISATION • POVERTY REDUCTION
• NATIONAL INTEGRATION AND SOCIAL HARMONISATION • CLIMATE CHANGE AND BIODIVERSITY
• ARTS, CULTURE AND CREATIVE INDUSTRY • NATIONAL BUILDING AND COMPETITIVE POWER
(31)
15
(© de2010)
3. DIRECTION OF PHYSICS RESEARCCH (BASIC SCIENCE
REVITALIZATION)
3.1 BASIC SECIENCE INSTITUTION
a. EXIST BY “DEFAULT” Start FROM NOW :
• EXIST BY PRODUCING BENEFIT
b. THE ESSENTIAL OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
16
(© de2010)
BIOLOGY LIFE SCIENCE
PROCESS
CHEMISTRY PHYSICS MATHEMATICS HUMAN, CULTURE, BEHAVIOR, LOGICAL PHYSICAL SCIENCES – QUANTITATIVE
(MICRO, EARTH, COSMOS)
HUMAN HEALTH AND MEDICAL SCIENCE BIO PROCESS AND AGRO TECHNOLOGY ENGINEERING AND INDUSTRIAL TECHNOLOGY SOCIAL, ECONOMY HUMANITY
THE ESSENTIAL OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
3.2 RESEARCH IN PHYSICS
a. ADVANCED RESEARCH (30 %)
• THEORY PRINCIPLES TOWARD DISCOVERY • MICRO AND NANO STRUCTURES OF ADVANCED
MATERIALS
• QUANTUM APROACH OF FIELD THEORY • PHYSICS OF COMPLEX SYSTEM
b. RESEARCH DIRECTED TO COUNTRY PROBLEMS
THIS OUR EXERCISE TO INDICATE AND DRAW “RED LINE” HOW PHYSICS CONTRIBUTE TO SOLVE COUNTRY PROBLEMS (70 %)
(32)
18
(© de2010)
PROBLEMS
ENERGY
FOOD
HEALTH
MEDICINE
NATURAL
DISASTER
INFRASTRUCTURE
TRANSPORTATION
DEFENCE SECURITY
PHYSICS
RESOURCES: •SOLAR CELL, FUEL CELL, HYDRO POWER, GASIFICATION BIOMASS •GENERATION •EFICIENCY •EXPLORATION •FOSSIL FUEL •NON FOSSIL •NUCLEAR •INSTRUMENTS •PRESERVATION •DRYING, AIR CONDITIONING •PACKAGING •INSTRUMENTS •BIOPHYSICS, HEALTH PHYSICS •INSTRUMENT S •MODELLING •MEDICINE PRODUCTION AND PACKAGING •MECHANISM •PREDICTION •MITIGATION •OBSERVATION •INSTRUMENTS •MODELLING •CONSTRUCTION MATERIAL •INDIRECT, NON DESTRUCTIVE TEST/ MEASUREMENT •METALURGY •TRANSPORTATION VEHICLE & INSTRUMENTS •DEFENCE & SECURITY EQUIPMENTS & WEAPONS
EXAMPLE : PHYSICS FOCUS ON Masalah
19
(© de2010)
4. DOCTORATE Programa AND BUILD SURPLUS CENTERS Over THE
COUNTRY
4.1 IMPORTANCE
• LOCAL ENERGY AVAILABILITY
• PHYSICS INSTRUMENTATION FOR EDUCATION, RESEARCH AND COMMERCIAL
• NATURAL DISASTER MECHANISM, OBSERVATION
MEASUREMENT, AND INSTRUMENTATION, PREDICTION AND MITIGATION
• MATERIALS FROM LOCAL RESOURCES
• OPEARTIONS RESEARCH, PLANNING AND CONTROL
4.2 BUILD SURPLUS CENTER WHILE DOING DOCTORATE PROGRAM
20
(© de2010) DG. HIGHER EDUCATION (GOV) THE SUPERVISORS • PROFESSORS • EXPERTS Ph.D. STUDENT NON UNIV. INSTITUTION LOCAL GOVT INDUSTRIAL GROWTH CENTER LOCAL UNIVERSITY SURPLUS CENTER • SERVICES LAB • CONSULTING GROUP • WORKSHOP • PRODUCTION HOUSE • INDUSTRY, ETC. RELEVANT
(33)
21
(© de2010)
4.3 HOW THE PHYSICS STUDY Acara OR DEPARTMENT TO SURVIVE AND BE STRONG
FOCUS TO NATURAL AND MAN MADE RESOURCES PROCESSES TO DEVELOP INDUSTRY.
EXAMPLES (EXPECTED TO BE) :
REGION DIRECTION/TOPIC 1. SOUTH SUMATRA
2. RIAU 3. SURAKARTA
•PHYSICS LEAD TO MINING INDUSTRY
•PHYSICS LEAD TO RIVER AND GROUND WATER MANAGEMENT
•PHYSICS LEAD TO OIL AND Tabun INDUSTRY
•PHYSICS LEAD TO RIVER AND COASTAL MANAGEMENT
•PHYSICS LEAD TO ENERGY AVAILABILITY
•PHYSICS LEAD TO INFORMATION TECHNOLOGY SERVICES
22
(© de2010)
5. CHANGE MIND SET AND ATTITUDE
CHANGING MIND SET AND ATTITUDE ARE MUST !
5.1 MIND SET
a. FROM ADVANCED SCIENTIFIC RESEARCHER (WHEN ABROAD) THEN BECOME INITIATIVE NATION PROBLEM SOLVING AND NATION STRENGTH BUILDER
b. WORK WITH AVAILABLE RESOURCES, THEN BUILD WELL EXPERTISE GROUPS AND FUNCTIONING NETWORKS c. EXPLOIT YOUR MIND, MUSCLE AND TOUNGE PROPERLY
TRIPLE “O”
O = Penggagas = MIND
O = Urat = MUSCLE = PHYSICAL WORK O = OMONG = TOUNGE = COMMUNICATION
5.2 ATTITUDE
a. IF YOU DON’Falak LEARN KNOWLEDGE FROM YOUR EMOTIONAL INTELLIGENCE SIDE, THEN YOUR ATTITUDE WILL BE DETERMINED BY PHYSICS YOU LEARNED
• PHYSICS ATTITUDE IS TOO DETERMINED, THEREFORE DO LEARN SOFT SKILLS (EQ)
• DEVELOP YOUR “MAGNETIC INTELLIGENT”
CONSTRUCTING, RADIATING, COMMUNICATING FIELD (THE SIXTH SENCE)
b. DEVELOP YOUR “TRIPLE A” A = APTITUDE
A = ATTITUDE A = APPEARANCE
(34)
24
(© de2010)
5.3 PHYSICS HAVE “SOURCE” OF LEARNING TO BE
a. THE MEANING OF DIVERGENCE THEORY DIVERGENCE = ∇∙
b. THE POWERFUL OF “ROTATION/CURL THEORY” ROTATION = ∇X 0 W
INNOVATION 0
A
i FOLLOWING THE EXISTING SOP IMPROVEMENT AND CREATIVITY
(35)
MENGHILIRKAN RISET FISIKA
Lilik Hendrajaya
Prof., Drs., Ir., M.Sc., Ph.D.
MENGHILIRKAN
Pengkhususan FISIKA
Oleh Lilik Hendrajaya FMIPA – ITB
“Kontribusi Fisika dalam Meningkatkan Kesejahteraan dan Keselamatan
Lingkungan” PARADIGMA Eksplorasi Merentang KE
KEMANDIRIAN
Pengkajian FISIKA
“BENTUK Selongsong” Penyelidikan FISIKA Pencahanan ORANG FISIKA
Membuat JARINGAN Kepakaran DAN
PRODUKSI
SEMINAR DAN WORKSHOP Kewarganegaraan FISIKA
SALAM FISIKA
1. FISIKA/PHYSICS …… ?
BE EXCELLENT ………!
2. Masa depan FISIKA …..?
DAHSYAT ……!
D = DREAM
A = ACTION
H = HIGH POWER
S = SKILL
Y = YEN AND PASSION
A = ACCELERATION
Kaki langit = TIME PLAN
(36)
B.
JENIS TUJUAN Pengkhususan
RISET
Riset
AKADEMIK
RISET
MEMBANGUN
INSTITUSI /
NEGARA
RISET TAHAPAN Nan DI EVALUASI
KEMAJUANNYA Bakal Kemustajaban
Kemajuan IPTEK DAN PEMBENTUKAN
KOMPETENSI PELAKSANAANNYA.
HASIL : Informasi, PATENT,
PROTOTIPE Makmal
RISET AKADEMIK Nan
DIARAHKAN MENGHASILKAN
Komoditas Yang TERPASARKAN
Bikin MENJAMIN
KEBERLANJUTANNYA.
HASIL : HASIL RISET AKADEMIK
DAN KOMODITAS IPTEK.
PILAR-1
PERISET WAJIB BERSEMANGAT DAN
MEMILIH METODOLOGI Nan TEPAT
AGAR Buru-buru Ataupun Kelak (Terbandingkan
WAKTUNYA) KARYANYA MENJADI
Barang YANG TERSERAP PASAR.
OLEH KARENANYA, METODOLOGI
BERIKUT Terbiasa DI RUJUK
(37)
MODIFIKASI Eksemplar
Eksemplar TEORI
RUMUSAN
PERILAKU
PERILAKU
TEORETIK
“Terhargai”
FENOMENA,
RANCANGAN Bau kencur,
Alias Persoalan
Nan DIBAHAS
KONSEP
PENGUKURAN
LANGSUNG DAN
Bukan Serempak
METODE
PENGUKUR-AN DPENGUKUR-AN
PENGOLAH-AN DATA
INSTRUMENTASI
Rencana PENGUKURAN
PERILAKU EMPIRIS
HUKUM,
Pendirian-PRINSIP, ATAU
Kerangka
DASAR
FENOMENA RANCANGAN
BARU Alias Persoalan
TERJELASKAN
PREDIKSI REALISASI Tulangtulangan
KHASANAH
IPTEK
TEMUAN, Terobosan, Penemuan
Ya
Tidak
– Hukum ALAM,
– Mandu-PRINSIP
– RANCANGAN
Bawah
Mulai
PILAR Alur KERJA
RISET Ilmu PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
PILAR-2
RISET HARUS Melantangkan SALAH SATU Pecah TIGA
KOMPONEN HASIL, Yakni :
1.
TEORI
, AGAR ILMU Tumbuh MAJU.
2.
TERAPAN
, Adalah BAGAIMANA TEORI MENJAWAB
Permasalahan NYATA.
3.
INDUSTRI
, Yaitu TERAPAN YANG TERBUKTI
Dapat
HASILKAN PENDAPATAN ( UANG )
Bersambung-sambung
( Bakal ITU Wajib DIBAKUKAN ).
CATATAN :
TEORI
:
COST CENTER
TERAPAN
:
SURPLUS CENTER
INDUSTRI
:
PROFIT CENTER
DI TIAP TUBUH TEORI SUATU
ILMU Pemberitaan SELALU
Suka-suka Penggalan Hobatan YANG
BERKEMAMPUAN MENGUATKAN
“INTI” TEORI DAN HASILKAN
Akal pikiran KE “TERAPAN”
Source: https://123dok.com/document/q0xdd8xq-didactical-design-research-ddr-dalam-pengembangan-pembelajaran-matematika.html