Apa Yang Dimaksud Pembelajaran Kooperatif

Penerimaan kooperatif (Cooperative Learning) yakni suatu model pembelajaran dengan pendekatan atau politik penggunaan kelompok-kelompok kerdil (maksimal 5 orang) dengan struktur anggota yang beraneka macam, sehingga terjadi saling ketagihan berwujud, adanya tanggung jawab perorangan dan komunikasi yang intensif antara anggota kelompok dengan tujuan memaksimalisir proses sparing.

Pembelajaran Kooperatif - Pengertian, Tujuan, Unsur, Karakteristik dan Jenis

Pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian garis haluan solo yang dirancang bagi memberikan dorongan kepada pelajar tuntun agar bekerja sama selama proses penataran. Pembelajaran kooperatif riuk satunya bertujuan untuk memotivasi petatar agar bertambah aktif kerumahtanggaan pelaksanaan pembelajaran. Melangkahi penataran kooperatif siswa bisa bekerja sama dan saling tolong menolong n domestik memahami materi dan tugas sparing yang dihadapi.

Pengajian pengkajian kooperatif adalah pendekatan belajar kelompok yang n kepunyaan kebiasaan-aturan tertentu. Mandu dasar pendedahan kooperatif yakni siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya bikin mencapai tujuan bersama. Pengajian pengkajian kooperatif boleh bepergian dengan baik dan dapat diaplikasikan buat semua diversifikasi kelas, termasuk kelas bawah-kelas untuk anak-anak berpembawaan alias kelas dengan tingkat kecendekiaan rata-rata.

Konotasi Pembelajaran Kooperatif

Berikut definisi dan denotasi pengajian pengkajian kooperatif dari beberapa sumber trik:

  • Menurut Isjoni (2009), penelaahan kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana pelajar membiasakan dan bekerja internal gerombolan-kerumunan katai secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok berbagai macam.
  • Menurut Sugiyanto (2010), pengajian pengkajian kooperatif ialah model penataran nan berfokus pada eksploitasi kelompok kecil petatar untuk berangkulan internal memaksimalkan kondisi belajar cak bagi sampai ke tujuan belajar.
  • Menurut Rohman (2009), pembelajaran kooperatif adalah teoretis pembelajaran nan memfokuskan pada ubah ketergantungan berwujud antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap tampang, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok.
  • Menurut Solihatin dan Raharjo (2007), pembelajaran kooperatif adalah satu perilaku bersama kerumahtanggaan kontributif di antara sesama dalam struktur kerja setolok nan teratur dalam kelompok, nan terdiri mulai sejak dua insan atau lebih dimana keberuntungan kerja dipengaruhi makanya setiap anggota gerombolan.
  • Menurut Isjoni dan Ismail (2008), pembelajaran kooperatif ialah suatu pendekatan ataupun serangkaian strategi yang partikular dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta ajar seyogiannya bekerja sejajar selama berlangsungnya proses pembelajaran.
  • Menurut Hartono (2008), pembelajaran kooperatif adalah suatu penggunaan pembelajaran kelompok-kelompok kecil sehingga para siswa berkarya sebabat bakal memaksimalisir membiasakan mereka.

Tujuan Penelaahan Kooperatif

Tujuan terdahulu yang ingin dicapai internal penggunaan abstrak pembelajaran kooperatif adalah agar peserta ajar boleh belajar secara bergerombol bersama teman-temannya dengan cara silih menghargai pendapat dan memberikan kesempatan temannya bikin mengedepankan pendapat secara berkawanan. Menurut Isjoni (2009), manfaat dan harapan pembelajaran kooperatif yaitu ibarat berikut:

a. Hasil belajar akademik

Pendedahan kooperatif sungguhpun mencengam majemuk maksud sosial, juga memperbaiki prestasi siswa maupun tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat kamil ini menang privat membantu siswa memahami konsep-konsep sukar. Para pengembang model ini telah menunjukkan, pola struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai pelajar pada belajar akademik dan perubahan norma nan berhubungan dengan hasil berlatih.

b. Penerimaan terhadap perbedaan insan

Tujuan lain hipotetis pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas berpokok orang-insan yang berbeda berlandaskan ras, budaya, kelas bawah sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif membagi peluang kepada pelajar berusul berbagai latar pinggul dan kondisi lakukan berkreasi dengan saling mengelepai pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur sanjungan kooperatif akan belajar ubah menghargai suatu selevel enggak.

c. Pengembangan kelincahan sosial

Harapan terdahulu ketiga pembelajaran kooperatif yaitu mengajarkan kepada pelajar kecekatan berekanan dan kolaborasi. Kelincahan-keterampilan sosial signifikan dimiliki siswa, sebab ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Unsur-atom Pembelajaran Kooperatif

Menurut Rusman (2011) dan Suprijono (2011), atom-atom pembelajaran kooperatif yakni sebagai berikut:

a. Saling Ketergantungan Substansial (Positive Interdependence)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pengajian pengkajian kooperatif ada dua pertanggungjawaban keramaian. Permulaan, mempelajari alamat yang ditugaskan pada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara hamba allah untuk mempelajari incaran nan ditugaskan tersebut.

Bilang cara saling membangun ketergantungan positif merupakan ibarat berikut:

  1. Menumbuhkan perasaan peserta asuh bahwa dirinya terintegrasi kerumahtanggaan kelompok, pencapaian tujuan terjadi seandainya semua anggota kelompok mencapai tujuan. Peserta asuh harus bekerja sama untuk mencapai intensi.
  2. Mengusahakan seyogiannya semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama takdirnya kelompok mereka berhasil hingga ke maksud.
  3. Mengatur sedemikian rupa sehingga peserta bimbing n domestik kelompok hanya mendapatkan sebagian bersumber keseluruhan tugas kelompok. Artinya, mereka belum dapat menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan perolehan tugas mereka menjadi satu.
  4. Setiap pelajar tuntun ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berbimbing, saling melengkapi, dan saling tercantol dengan pesuluh bimbing tidak dalam keramaian.

b. Tanggung Jawab Perseorangan (Personal Responsibility)

Tanggung jawab orang seorang artinya setiap siswa akan akan merasa bertanggung jawab untuk mengamalkan nan terbaik. Unsur ini merupakan konsekuensi dari atom nan pertama. Oleh karena itu, keberhasilan kelompok terampai pada setiap anggotanya, maka setiap anggota gerombolan harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus menyerahkan nan terbaik bikin keberhasilan kelompoknya.

Beberapa cara menumbuhkan muatan jawab perseorangan adalah seumpama berikut:

  1. Kerubungan belajar jangan terlalu raksasa.
  2. Mengerjakan assesmen terhadap setiap siswa.
  3. Memberi tugas kepada siswa, yang dipilih secara random bagi mempresentasikan hasil kelompoknya kepada master maupun kepada pelajar didik di depan kelas.
  4. Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi cucu adam internal membantu kelompok.
  5. Mengirim seorang peserta didik kerjakan berperan bak pemeriksa di kelompoknya.
  6. Mengirim petatar didik mengajar temanya.

c. Interaksi Berhadapan (Face to face Promotive Interaction)

Interaksi berhadapan yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka mengerjakan interaksi dan diskusi bikin saling memberi dan mengakui kenyataan dari anggota keramaian lain. Inti berusul anasir ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan keefektifan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Unsur ini penting karena boleh menghasilkan ubah ketergantungan maujud.

Ciri-ciri interaksi bersemuka adalah sebagai berikut:

  1. Saling membantu secara efektif dan efisien.
  2. Ubah menjatah laporan dan sarana yang diperlukan.
  3. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien.
  4. Saling mengingatkan.
  5. Saling membantu dalam memformulasikan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah nan dihadapi.
  6. Saling berketentuan.
  7. Saling memotivasi bagi kesuksesan bersama.

d. Kerja sama dan Komunikasi (Participation Communication)

Partisipasi dan komunikasi melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi n domestik kegiatan pembelajaran1. Untuk dapat melakukan kerja sama dan komunikasi, siswa perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya, cara menyatakan ketidak-setujuan atau pendirian menyanggah pendapat insan lain secara santun, bukan memojokkan, dan cara menyampaikan gagasan dan ide-ide dianggapnya baik dan berguna.

e. Pemrosesan Kerumunan (Group Processing)

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melangkahi pemrosesan keramaian dapat diidentifikasi berpangkal urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota gerombolan. Siapa di antara anggota kelompok nan silam membantu dan siapa yang tidak kontributif. Tujuan pemrosesan kerubungan ialah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mengaras tujuan kelompok. Suka-suka dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kerdil dan kelas secara keseluruhan.

Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sanjaya (2006), karakteristik penataran kooperatif adalah penelaahan secara tim, didasarkan pada pengelolaan kooperatif, kemauan lakukan bekerja sama, dan keterampilan berkarya sekelas. Mengenai penjelasan untuk saban karakteristik tersebut merupakan bak berikut:

  1. Pembelajaran secara tim. Pembelajaran kooperatif yakni pembelajaran secara tim. Tim merupakan bekas buat mencecah harapan. Maka dari itu karena itu, tim harus bakir menciptakan menjadikan setiap pesuluh membiasakan. Semua anggota tim harus saling kondusif buat mencecah pamrih penelaahan. Cak bagi itulah, patokan keberhasilan penerimaan ditentukan oleh kemajuan cak regu.
  2. Didasarkan pada manajemen kooperatif. Pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang menguning mudahmudahan proses pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa nan akan dicapai, bagaimana pendirian mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan bukan-lain.
  3. Kemauan buat bekerja sama. Intern pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan bahara jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya silih kondusif. Misalnya, nan pandai kontributif nan kurang pandai.
  4. Keterampilan bekerja sederajat. Kemauan untuk berkolaborasi itu kemudian dipraktikkan melampaui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan privat keterampilan berserikat. Pesuluh perlu didorong bikin kepingin dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.

Jenis-variasi Pengajian pengkajian Kooperatif

Menurut Isjoni (2009), terletak beberapa diversifikasi pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan privat proses pendedahan di kelas, antara enggak adalah perumpamaan berikut:

a. Mencari Pasangan (Make a Match)

Pelecok satu stempel Make a Match adalah siswa berburu tara serentak belajar mengenai suatu konsep alias topik dalam suasana yang mengademkan. Make a Match boleh digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tataran usia. Sebelum penerimaan dimulai guru menyediakan kartu-kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban. Pelajar mendapatkan satu kartu dan harus mencari kartu tampin dalam tenggang daya yang ditentukan guru.

b. Ki beralih Oponen

Prosedur teknik bertukar antitesis diawali dengan siswa berbahagia satu pasangan yang ditunjuk guru. Guru memberikan tugas dan mengerjakannya dengan pasangannya, setelah selesai setiap rival menyatu dengan satu tara yang lain. Kedua pasangan tersebut saling bertukar rival. Siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama dengan orang tak. Pasangan bisa ditunjuk makanya hawa alias berdasarkan Teknik Mengejar Antagonis.

c. Berpikir Berdekatan Berempat (Think Pair Share)

Think Pair Share seperti namanya Thinking, diawali dengan guru mengajukan pertanyaan maupun isu tersapu dengan pelajaran. Lebih lanjut, Pairing yaitu temperatur memberi kesempatan siswa untuk bekerja bersanding. Hasil sumbang saran berhimpit dibicarakan dengan tara lain, tahap ini disebut Sharing. Memberi kesempatan pada siswa kerjakan berkreasi seorang dan bekerja seperti basyar lain. Keunggulan model ini yaitu membagi pastisipasi siswa secara optimal.

d. Berkirim Salam dan Soal

Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa kerjakan melatih pengetahuan dan keterampilan siswa. Siswa membuat soal sendiri dan mengamalkan soal yang dibuat maka itu temannya. Masing-masing pelajar saling membawa salam aktual soal yang mutakadim dibuat koteng, dan mengamalkan soal yang dibuat oleh teman yang enggak.

e. Kepala Bernomor (Numbered Heads)

Pembelajaran dengan pengarah bernomor diawali dengan numbering. Guru membagi kelas bawah menjadi kerubungan-kerubungan kecil sesuai dengan besaran konsep nan akan dipelajari. Sendirisendiri anggota kelompok diberikan nomor sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya. Master menerimakan materi untuk didiskusikan dalam kerumunan. Guru membagi pertanyaan dengan memanggil nomor nan setolok pada semua kelompok dan memberikan kesempatan untuk menjawab. Teknik ini menjatah kesempatan kepada petatar untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat.

f. Kepala Bernomor Terstruktur

Teknik pemimpin bernomor teratur prosedurnya rapat persaudaraan setinggi dengan Numbered Heads. Teknik ini dalam pelaksanaannya kian koheren. Master membagi papan bawah menjadi kerubungan-kelompok kecil sesuai dengan total konsep yang akan dipelajari. Tiap-tiap anggota kerumunan diberikan nomor sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya. Guru memasrahkan materi kerjakan didiskusikan dalam kelompok. Pesuluh bisa membiasakan melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan ganti keterkaitan dengan teman-teman kelompok.

g. Dua Adv amat Dua Pelawat (Two Stay Two Stray)

Penelaahan dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok dan pemberian tugas atau permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi radu, dua anggota kelompok sebagai konsul menghindari kerumunan dan bertamu kepada kerumunan tak. Dua anggota yang tidak bertugas sebagai duta, mempunyai kewajiban menerima pelawat berpangkal kelompok lain. Selesai mengamankan tugas, semua kembali ke kelompoknya sendirisendiri dan membicarakan hasil kerja nan telah dilakukan. Model ini mengasihkan kesempatan kepada siswa lakukan membagikan hasil informasi dengan kelompok enggak.

h. Keliling Kelompok

Teknik gelintar keramaian diawali dengan membagi kelas ke dalam keramaian-kelompok kecil. Guru mengasihkan permasalahan lakukan didiskusikan masing-masing keramaian. Radu berdiskusi kelompok-kelompok saling berkunjung ke kelompok lain untuk melihat tiang penghidupan kerubungan yang lain. Saban anggota kelompok mendapatkan kesempatan buat memberikan kontribusi dan mendengarkan pengalaman anggota lain.

i. Kancing Gemerincing

Lengkap pembelajaran kooperatif tipe pusat gemerincing merupakan teknik dimana peserta yang mendapatkan chips atau koin berfungsi sebagai tiket lakukan berbagi informasi sreg urun pendapat. Masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan kerjakan mengasihkan kontribusi dan mendengarkan rukyah dan pemikiran anggota enggak.

j. Keliling Kelas

Model pembelajaran kooperatif keliling kelas diawali dengan kerja siswa dalam kerubungan. Selesai berdiskusi, tiap-tiap kelompok memamerkan hasil kerja keramaian saban, kemudian semua anggota kerumunan bukan berkeliling cak bagi mengawasi hasil kerja dari semua kelompok yang telah dipamerkan. Teknik ini memberikan kesempatan kepada pelajar lakukan memamerkan hasil kerja dan melihat hasil kerja orang lain.

k. Lingkaran Kecil Lingkaran Raksasa (Inside Outside Circle)

Pembelajaran dengan Inside Outside Circle diawali dengan pembentukan kerumunan. Kelas dibagi menjadi dua gerombolan lautan, yakni kelompok limbung besar (asing) dan lingkaran kecil (privat). Atur kedua kelompok kalangan sehingga saling tatap muka. Guru mengasihkan tugas untuk didiskusikan berpasangan. Selesai berdiskusi, kelompok mengalir berlawanan sebelah. Setiap rayapan itu akan membentuk tandingan-padanan baru dan saling menjatah informasi hasil sumbang saran. Teknik Inside Outside Circle memberikan kesempatan kepada siswa agar ubah berbagi informasi bilamana yang bersamaan.

l. Tari Aur (Bamboo Dancing)

Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh temperatur dan memberi kelas menjadi dua kelompok osean. Atur dua kelompok dalam posisi berdiri setinggi. Dengan demikian siswa akan berhadapan berpasangan. Guru memasrahkan tugas bikin didiskusikan berpasangan. Radu sawala, atur lagi murid berderet berhadapan dan bergeser sejalan penusuk jam. Pergeseran akan berhenti ketika tiap-tiap siswa kembali ke bandingan sediakala. Model ini merupakan modifikasi pecah Lingkaran Mungil Lingkaran Besar, karena keterbatasan ira kelas.

m. Jigzaw

Pembelajaran dengan jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas makanya guru. Selanjutnya temperatur membagi papan bawah menjadi kelompok-keramaian lebih boncel sesuai dengan total konsep yang ada plong topik. Dalam pembelajaran jigsaw terdapat kerubungan ahli nan nantinya akan berkumpul dengan ahli dari kerumunan tidak dan berdiskusi. Model ini temperatur mengkritik skema atau latar pinggul camar duka petatar dan membantu murid mengaktifkan skema ini mudah-mudahan pendedahan lebih bermakna.

ufuk. Mengarang Bersampingan (Paired Stotytelling)

Model ini dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara pelajar, pengajar, dan bahan indoktrinasi. Dalam kegiatan ini petatar dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir berimajinasi sehingga siswa terdorong untuk belajar.

Keistimewaan dan Kekurangan Pengajian pengkajian Kooperatif

Setiap paradigma pembelajaran bisanya memiliki arti dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan pembelajaran kooperatif. Adapun kemujaraban dan kehilangan pendedahan kooperatif adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2006):

a. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif

  1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa bukan terlalu meranggitkan sreg suhu, akan hanya boleh menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai macam sumber, dan sparing dari pesuluh yang lain.
  2. Pengajian pengkajian kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mendedahkan ide atau gagasan dengan prolog-perkenalan awal secara lisan dan membandingkannya dengan ide-ide sosok lain.
  3. Boleh kontributif anak kerjakan respek pada individu tak dan menyadari akan segala keterbatasannya serta mengamini segala perbedaan.
  4. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk bertambah bertanggung jawab dalam belajar.
  5. Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh kerjakan meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termaktub mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, melebarkan kegesitan me-manage waktu, dan sikap berupa terhadap sekolah.
  6. Dapat melebarkan kemampuan peserta bikin menguji ide dan pemahamannya koteng, menyepakati umpan benyot. Siswa dapat berpraktik mengamankan komplikasi tanpa takut mewujudkan kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
  7. Dapat meningkatkan kemampuan siswa bikin menggunakan mualamat dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (berwujud).
  8. Interaksi selama kooperatif berlanjut dapat meningkatkan motivasi dan mengasihkan rangsangan cak bagi berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

b. Kesuntukan Pembelajaran Kooperatif

  1. Cak bagi memahami dan mengarifi filosofis pengajian pengkajian kooperatif memang perlu waktu. Sangat tidak rasional seandainya kita mengharapkan secara otomatis peserta akan mengarifi dan mengetahui makulat penelaahan kooperatif. Bagi petatar yang dianggap memiliki kepentingan, contohnya, mereka akan merasa terhalang maka dari itu petatar yang dianggap tekor mempunyai kemampuan. Alhasil keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja setimbang dalam kerumunan.
  2. Ciri utama kooperatif adalah bahwa siswa ganti membelajarkan. Makanya karena itu, jika sonder peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan indoktrinasi langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian segala segala yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak kawin dicapai oleh murid.
  3. Penilaian yang diberikan dalam pendedahan kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu mencatat, bahwa sesungguhnya prestasi yang diharapkan merupakan prestasi setiap insan siswa.
  4. Keberuntungan kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan perian yang cukup panjang, dan peristiwa ini tidak mana tahu dapat tercapai hanya dengan satu kali penerapan strategi ini.
  5. Meskipun kemauan berserikat ialah kemampuan yang adv amat cak bagi siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam atma yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara distingtif.

Daftar Referensi

  • Isjoni. 2009.

    Cooperative Learning
    . Bandung: Alfabeta.
  • Sugiyanto. 2010.

    Model-model Pembelajaran Inovatif
    . Surakarta: Yuma Pustaka.
  • Hartono. 2008.

    Penerimaan Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Meredakan
    . Pekanbaru: Zanafa Publishing.
  • Rohman, Arif. 2009.

    Memahami Pendidikan dan Pedagogi
    . Yogyakarta: LaksBang Mediatama.
  • Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007.

    Cooperative Learning
    . Jakarta: Dunia Aksara.
  • Isjoni dan Ismail, Mohd. Arif. 2008.

    Contoh-model Pengajian pengkajian Mutakhir
    . Yogyakarta: Referensi Pelajar.
  • Rusman. 2022.

    Paradigma-model Pembelajaran: Berekspansi Profesionalisme Master
    . Jakarta: Aji Grafindo Persada.
  • Suprijono. 2006.

    Cooperative Learning: Teori dan Petisi PAIKEM
    . Yogyakarta: Bacaan belajar.
  • Sanjaya, Wina. 2022.

    Strategi Pembelajaran
    . Jakarta: Kencana.

Source: https://www.kajianpustaka.com/2021/12/pembelajaran-kooperatif.html




banner

×